Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dagelan Sidang Ice “Sianida” Coffee Vietnam Masih Berlanjut

8 September 2016   12:05 Diperbarui: 10 September 2016   10:14 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: megapolitan.kompas.com

Menurut saksi fakta ini, ketika insiden es kopi maut itu terjadi, ia juga sedang berada di lokasi kejadian (Kafe Olivier). Mereka sedang  mengadakan pertemuan (meeting).

Saksi fakta ini merupakan presiden direktur sebuah perusahaan swasta. Pada hari “H” kejadian, beliau sedang mengadakan pertemuan dengan stafnya di Kafe Olivier. Dan sangat kebetulan, meja yang ditempati beliau berdekatan dengan meja di mana Jessica (terdawka) sedang menunggu kehadiran kedua sahabatnya.

Menurut saksi bahwa sebagaimana dugaan waktu racun sianida ditaburkan ke dalam kopi oleh terdakwa (Jessica), malah pada saat itu terdakwa sedang melakukan komunikasi melalui telepon dengan seseorang. Seseorang entah Mirna, Hani, atau orang lain.

Hal yang lucu adalah ketika jaksa menanyakan kepada saksi sesuai pengakuan bahwa mendengar dan melihat Jessica sedang menelepon dengan HP (gadget). Jaksa bertanya, “di mana posisi berdiri terdakwa, dan menggunakan tangan sebelah mana ketika terdakwa menelepon?” Saksi malah menjawab tidak tahu. Padahal sebelumnya saksi mengatakan dengan pasti bahwa melihat dan mendengar Jessica sedang menelepon. Sehingga terkesan sepertinya ada sesuatu yang sedang “dimainkan” saksi ini. Entah untuk maksud dan tujuan apa, serta demi kepentingan siapa?

Kemudian dagelan sidang ditutup dengan insiden bentak membentak antara JPU dan PH, sehingga Hakim terpaksa “mengusir” pengunjung keluar sidang. Hal yang sungguh sangat disayangkan.

Hal itu pula kemudian berimbas pada kesempatan saksi ahli berikutnya untuk memberikan kesaksiannya. Baru pada perkenalan, di mana PH membacakan profil saksi ahli dengan seabrek prestasinya, Hakim terpaksa harus menyetop sidang. Menurut Hakim bila sidang dilanjutkan akan memakan waktu yang cukup lama. Karena itu, Hakim memutuskan untuk menunda sidang pada Rabu (14/9/2016) yang akan datang. Agenda sidang masih mendengarkan kesaksian dari saksi yang dihadirkan PH untuk meringankan terdakwa.

Mungkinkah pada episode berikutnya dari sinetorn sidang Ice “Sianida” Coffee Vietnam ini masih akan menyuguhkan dagelan-dagelan konyol ala episode-episode sebelumnya? Mari kita tunggu bersama!

Wallahu a’lam bish-shawabi

Makassar, 08092016

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun