Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tax Amnesty, Antara Keresahan dan Semangat Patriotisme

31 Agustus 2016   12:04 Diperbarui: 31 Agustus 2016   12:18 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski diliputi pesismisme terhadap program Tax Amnestyhal itu tidak lantas membuat optimisme kita menjadi terkubur dan hilang. Meski saat ini sebagian masyarakat (Indonesia) menghakimi bahwa Tax Amnestytidak berhasil.

Mungkin secara kuantitas dari nilai atau target pajak yang ingin dikumpulkan maka anggapan itu bisa benar, bahwa Tax Amnestytelah gagal. Akan tetapi, bila dilihat dari kesadaran masyarakat yang sangat antusias ikut terlibat dalam diskurus atau isu ini, maka kebijakan Tax Amnesty menunjukkan tanda-tanda telah berhasil.

Isu Tax Amnestytelah membuat animo dan antusiasme yang menggambarkan kesadaran warga negara (wajib pajak) untuk taat membayar pajak. Di situlah terlihat semangat patriotisme dari warga negara terhadap keinginan mempertahankan eksistensi dan keberlanjutan sebuah negara. “Kesadaran  merupakan modal yang tak ternilai sebagai asset  yang tak berwujud” (intengibel asset)” (Darussalam, Narasumber ILC).

Aset tak berwujud itu merupakan bentuk lain dari semangat patriotisme. Karena hari-hari ini kita sedang belajar untuk menyusun jejak sejarah Indonesia, ya salah satunya melalui pro kontra kebijakan Tax Amnestyini.

Mengingat tingkat ketidakpatuhan wajib pajak di Indonesia masih sangat tinggi antara 40%-48%. Tax Amnesty harusnya dipandang sebagai sebuah kebijakan terobosan untuk meretas jalan meningkatkan kepatuhan wajib pajak, di samping semangat patriotisme itu. Karena itu, “suatu negara diperkenankan untuk melakukan Tax Amnesty  apabila tingkat ketidakpatuhan wajib pajak (masih) sangat tinggi” (Darussalam, Analis Pajak, Narasumber ILC).  

Untuk mengakhir tulisan ini, saya ingin mengutip pernyataan seorang Narasumber ILC tadi malam, yang merujuk pada pendapat seorang ekonom Jerman. Ia menyatakan bahwa ekonom Jerman itu berkata, bahwa,  “kalau ingin melihat bentuk nilai dan peradaban sebuah bangsa, maka lihatlah sejarah perpajakannya”.Karena menurut seorang Hakim Agung Amerika, bahwa “pajak yang kita bayar adalah sebuah ongkos peradaban”. Sehingga kalau hari ini kita meributkan pajak berarti kita sedang menuju ke peradaban yang lebih baik  (Yustinus Prastowo, Narasumber ILC).

 Wallahu a’lam bish-shawabi

Makassar, 31082016    

Sumber tulisan : Diskusi ILC TV One, Selasa  Malam, 30/8/2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun