Meski diliputi pesismisme terhadap program Tax Amnestyhal itu tidak lantas membuat optimisme kita menjadi terkubur dan hilang. Meski saat ini sebagian masyarakat (Indonesia) menghakimi bahwa Tax Amnestytidak berhasil.
Mungkin secara kuantitas dari nilai atau target pajak yang ingin dikumpulkan maka anggapan itu bisa benar, bahwa Tax Amnestytelah gagal. Akan tetapi, bila dilihat dari kesadaran masyarakat yang sangat antusias ikut terlibat dalam diskurus atau isu ini, maka kebijakan Tax Amnesty menunjukkan tanda-tanda telah berhasil.
Isu Tax Amnestytelah membuat animo dan antusiasme yang menggambarkan kesadaran warga negara (wajib pajak) untuk taat membayar pajak. Di situlah terlihat semangat patriotisme dari warga negara terhadap keinginan mempertahankan eksistensi dan keberlanjutan sebuah negara. “Kesadaran merupakan modal yang tak ternilai sebagai asset yang tak berwujud” (intengibel asset)” (Darussalam, Narasumber ILC).
Aset tak berwujud itu merupakan bentuk lain dari semangat patriotisme. Karena hari-hari ini kita sedang belajar untuk menyusun jejak sejarah Indonesia, ya salah satunya melalui pro kontra kebijakan Tax Amnestyini.
Mengingat tingkat ketidakpatuhan wajib pajak di Indonesia masih sangat tinggi antara 40%-48%. Tax Amnesty harusnya dipandang sebagai sebuah kebijakan terobosan untuk meretas jalan meningkatkan kepatuhan wajib pajak, di samping semangat patriotisme itu. Karena itu, “suatu negara diperkenankan untuk melakukan Tax Amnesty apabila tingkat ketidakpatuhan wajib pajak (masih) sangat tinggi” (Darussalam, Analis Pajak, Narasumber ILC).
Untuk mengakhir tulisan ini, saya ingin mengutip pernyataan seorang Narasumber ILC tadi malam, yang merujuk pada pendapat seorang ekonom Jerman. Ia menyatakan bahwa ekonom Jerman itu berkata, bahwa, “kalau ingin melihat bentuk nilai dan peradaban sebuah bangsa, maka lihatlah sejarah perpajakannya”.Karena menurut seorang Hakim Agung Amerika, bahwa “pajak yang kita bayar adalah sebuah ongkos peradaban”. Sehingga kalau hari ini kita meributkan pajak berarti kita sedang menuju ke peradaban yang lebih baik (Yustinus Prastowo, Narasumber ILC).
Wallahu a’lam bish-shawabi
Makassar, 31082016
Sumber tulisan : Diskusi ILC TV One, Selasa Malam, 30/8/2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H