Bahwa mereka memahami dan sangat tahu bahwa ada doktrin agama yang menyatakan bahwa fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan (membunuh orang). Tapi mengapa pula dalam banyak peristiwa politik, kelompok yang merasa paling Islami ini menjadikan fitnah sebagi menu utama untuk menyerang dan menjatuhkan lawan? Boleh saja kita mengatakan wajarlah, namanya saja politik, apa saja bisa dilakukan. Semua hal menjadi “halal” bila bersentuhan dengan politik.
Tapi bagi saya, hal ini merupakan anomali sikap beragama dan distrosi moral agama yang dilakukan secara sengaja dan telanjang. Praktek hipokritisme yang dikamuflase dengan bahasa agama. Lebih lucu lagi mendasarkan keistiqomahan itu hanya melalui tampilan fisik berupa aksesories pakaian dan jubbah semata. Padahal hal itu hanya merupakan sesuatu yang artifisial, tidak merupakan hal yang substansial. Dan saya (sudah) merasa muak dengan perilaku seperti itu.
Jika mindset seperti ini, menghalalkan segala cara untuk meraih tujuan, maka tidak ada gunanya lagi berkutat dengan norma. Padahal norma (semua norma, apalagi norma agama) merupakan frame-view (kerangka pandang), yang menjadi kerangka acuan untuk menentukan pilihan baik dan buruk. Jika semuanya berkriteria baik, apa yang menjadi pembeda bahwa itu memang benar-benar baik?
Mereka yang melakukan salah kaprah itu, melekat pada dirinya sebagai tokoh agama, sekaligus di sisi lain juga menyandang label sebagai tokoh politik. Meski menyandang juga predikat tokoh politik, tapi hal itu tidak harus mendominasi perannya sebagai tokoh agama, yang mengayomi dan menenteramkan. Mestinya hadir sebagai penyejuk, bukan malah sebaliknya, datang menambah suhu politik dan suasana social menjadi tak karu-karuan. Maka pada kondisi ini, jangan salahkan bila umat juga harus menentukan bersikap masa bodoh dengan anjuran dan ajakan “menyerang” pihak lain, yang jelas-jelas mempunyai hak politik dan social sesuai dengan ketentuan konstitusi (Negara).
Wallahu a’lam bish-shawabi
Makassar, 21 Agustus 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H