Terakhir saya ingin menegaskan, sebagai anak Lewotanah, jangan bersikap petantang petenteng, karena alasan akademis dan keilmuan, kemudian dengan begitu saja melupakan akar tradisi dan budaya. Biar bagaimana pun, fakta menunjukkan bahwa di sanalah akar kita. Akar yang membentuk dan mengantarkan kita hingga seperti hari ini, dalam tampilan profesi kita masing-masing.
Ya sudah, mari berdiskusi untuk menambah khasanah pemahaman kita tentang adat tradisi dan norma agama (syariat) yang tentu tetap berpedoman pada Qur’an. Mungkin kita dapat mengadopsi semboyan orang Padang, Adat Bersendikan Syara, Syara bersendikan Kitabullah”.
Mohon maaf, bila ada yang kurang berkenan!
Makassar, 02 Agustus 2016.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H