Oleh : eN-Te
Pertandingan pertama babak pengisian lanjutan di Grup D Copa America Centenario 2016 pada Sabtu pagi (11/6/16) mempertemukan juara bertahan Chile dengan Bolivia. Kedua tim mempunyai misi yang sama, harus meraih kemenangan, mengingat pada pertandingan pertama di penyisihan grup kedua tim menderita kekalahan dari lawan-lawannya.
***
Waktu hanya tinggal menghitung detik. Tiba-tiba pluit berbunyi, tiiiit. Wasit kemudian langsung menunjuk titik putih di daerah pertahanan Bolivia. Sontak para pemain Bolivia pun maju mengerubuti wasit memprotes keputusannya yang cenderung menguntungkan lawan, yakni juara bertahan, Chile.
Wasit tak bergeming dengan reaksi para pemain dan official Bolivia. Ia tetap pada keputusannya, bahwa bola yang ditendang pemain Chile mengenai, atau tepatnya ditahan dengan tangan oleh pemain bertahan Bolivia. Tapi, pemain Bolivia tetap memberikan protes karena keputusan wasit dianggap kontroversial. Malah untuk mendukung protes mereka agar didengarkan wasit, mereka meminta wasit untuk melihat tayangan ulang kejadian itu.
Wasit sudah memutuskan, dan ia tidak mau menganulir keputusannya. Meski dari tayangan ulang terlihat bola memang benar tidak mengenai tangan pemain bertahan Bolivia. Dari tayangan ulang terlihat jelas ketika bola ditendang pemain Chile, pemain bertahan Bolivia menyilangkan tangannya ke belakang punggungnya untuk menghindari agar tangannya tidak tersentuh bola. Dan benar bola tidak langsung mengenai tangan pemain bertahan Bolivia, malah yang mengenai bola adalah pundak bagian depan.
Maka pertandingan antara Chile vs Bolivia pun menyisahkan tanya dan kontroversi. Tanya untuk Bolivia, bagaimana mungkin wasit dapat memberikan hadiah kemenangan cuma-cuma kepada Chile? Kontroversi karena bola tidak persis tepat mengenai tangan, malah tangan sangat pemain sedang dilipat di belakang punggungnya.
***
Hanya dalam hitungan detik, Bolivia pun dengan sengaja disingkirkan wasit. Adalah Arturo Vidal sebagai algojo yang “ditunjuk” wasit untuk mengeksekusi dan memastikan pasukan Chile masih memiliki asa melaju ke babak berikutnya di Copa America Centenario 2016. Tentu saja kepastian Chile masih tetap melaju ke babak berikutnya masih harus ditentukan melalui pertandingan terakhir melawan Panama.
Bila pada pertandingan terakhir di Grup D, Chile vs Panama berakhir dengan kemenangan di pihak juara bertahan dengan skor tidak terlalu mencolok, maka Chile berhak menjadi runer up Grup D di bawah Argentina. Tapi apabila, Panama yang memenangkan pertandingan, berarti Panama yang berhak melaju ke fase berikutnya, sedangkan Chile sebagai juara bertahan harus menguburkan mimpinya lanjut ke babak perempat final. Kecuali, pasukan Chile masih dinaungi dewi fortuna, melalui tangan wasit, dan kemudian kembali membantu untuk meloloskan Chile melalui keputusan kontroversi pula.
***
Utak atik klasemen Grup D. Argentina hampir pasti keluar sebagai juara grup. Sebab Argentina telah mengemas enam point hasil dua kali memetik kemenangan ketika berjumpa dengan Chile di pertandingan pertama, dan menang melawan Panama di pertandingan kedua pengisian grup.
Di susul kemudian Chile dengan nilai 3, hasil satu kali menang dan satu kali kalah. Poin yang sama juga diperoleh Panama, tapi kalah selisih dan produktivitas gol. Sedang sebagai juru kunci dan dipastikan tersingkir dari turnamen, yakni Bolivia dengan koleksi gol masih nol, atas dua kali mengalami kekalahan dari Argetina dan Chile. Apalagi lawan yang harus dihadapi di pertandingan terakhir di fase grup adalah kandidat kuat juara Copa America Centenario 2016, Tim Tango, Argentina.
***
Pertandingan antara Chile vs Bolivia berlangsung seru. Kedua tim berbagi angka sama 0:0 ketika masuk jeda paruh babak pertama. Chile langsung menggebrak ketika paruh kedua baru berjalan beberapa detik. Gol tercipta atas hasil kerjasama Arturo Vidal dengan Mauricio, yang dituntaskan dengan sempurna oleh Vidal. Satu nol untuk Chile.
Tersengat dengan gol Vidal, pemain Bolivia berusaha bangkit. Mereka menyusun serangan dan berusaha mencari peluang agar dapat menciptakan gol penyama. Kesempatan itu pun datang. Melalui servis tendangan bebas, Bolivia dapat menyamakan kedudukan pada menit ke-61.
Pemain pengganti Campos Davalos mengambil tendangan bebas ketika terjadi pelanggaran terhadap pemain Bolivia oleh pemain belakang Chile. Dengan tendangan yang terukur dan terarah dari luar kotak pinalti, Davalos mengirimkan bola ke sudut kanan gawang, dan menaklukkan kiper Chile, Claudio Bravo. Reaksi Bravo sedikit terlambat, dan bola pun meluncur deras merobek jala gawang. Kedudukan menjadi 1:1.
***
Setelah Bolivia menyamakan skor, Chile berusaha bangkit untuk mencari gol tambahan. Serangan pun dibangun dengan berusaha mengurung pertahanan Bolivia. Sayangnya semua upaya yang dilakukan Alexis Sanchez dkk, belum membuahkan hasil. Sampai datang “pertolongan” wasit di pengujung waktu tambahan.
Pemain Chile membawa bola menysusuri sisi kanan pertahanan Bolivia. Bola digocek memasuki area kotak pinalti, tapi pemain belakang Bolivia berusaha menghalangi. Ketika sudah mendekati area kotal pinalti, bola kemudian ditendang ke arah gawang, tapi sial, bola malah mengenai pundak bagian dalam pemain bertahan Bolivia.
Wasit yang pada saat itu berdiri tidak terlalu dekat dari lokasi kejadian, malah menafsirkan bahwa bola tadi mengenai tangan pemain bertahan Bolivia. Karena itu, wasit langsung memutuskan menunjuk titip putih sebagai ganjaran atas pelanggaran terlarang tersebut.
Pemain Bolivia pun meradang. Mengingat waktu hanya menyisahkan hitungan detik. Bila keputusan wasit dibiarkan, maka hal itu, malah akan menguntungkan Chile. Padahal bila skor tetap 1:1 sampai permainan berakhir, asa Bolivia masih ada, yang nantinya akan diperjuangkan dan ditentukan pada pertandingan terkahir melawan Panama.
Rupanya reaksi protes pemain Bolivia tidak digubris sama sekali. Malah diberi ganjaran kartu kuning pula. Terkesan wasit sedang menjalankan sebuah misi untuk “meloloskan” Chile. Dan misi pun berhasil ia tunaikan! Chile masih memiliki nafas unuk berlari mengejar dan mempertahan trophy juara Copa Amerika, yang baru diraih tahun lalu dengan menundukkan favorit juara, Argentina melalui adu tos-tosan.
***
Menarik kita ikuti perjalanan Chile sebagai juara bertahan pada Copa America Centenario 2016 ini. Apakah akan tetap dinaungi dewi fortuna, dan akan terus mendapat perlakuan khusus dan istimewa dari korps pengadil lapangan hijau? Jika indikasi “bantuan” wasit itu ada, maka nilai sportivitas dan fair play telah tergadai pada sebuah event olahraga sepakbola internasional sekelas Copa Amerika.
Hal itu dapat kita lihat dan saksikan nanti pada pertandingan terakhir fase grup di Grup D, antara Chile vs Panama. Apakah para korps pengadil lapangan hijau akan kembali “mengorbankan” Panama, hanya untuk memberi jalan kepada Chile sebagai juara bertahan supaya tetap melaju ke babak berikutnya di ajang Copa America Centenario 2016 ini?
Wallahu a’lam bish-shawabi
Makassar, 12 Juni 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H