Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bukan Ahok, PDIP Mencari Figur Gubernur Manusiawi

6 Juni 2016   11:16 Diperbarui: 7 Juni 2016   07:17 1298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau penggusuran yang dilakukan di Jakarta mendapat perhatian yang demikian luas dari semua elemen masyarakat. Termasuk para bacagub, yang beramai-ramai mendatangi lokasi penggusuran. Katanya, bukan untuk pencitraan, tapi karena panggilan nurani demi kemanusiaan, sebab mereka calon pemimpin yang mempunyai sense of humanity.  

Ada bendera dan tenda partai juga ikut berkibar di lokasi penggusuran. Ada juga elit politik dan anggota DPR merasa harus turun ke lapangan melihat, jangan-jangan ada hak-hak azasi warga terabaikan? Dan berdasarkan observasi mereka, sehingga sampai pada kesimpulan bahwa Ahok memang bukan tipe pemimpin yang memiliki sense of humanity.Sementara di Tangerang (Kampung Dadap), sudah seharusnya terjadi seperti itu, karena gaungnya tidak cukup membuat citra elit politik dan parpol terdongkrak naik.

***

Kita tunggu saja apa manuver PDIP selanjutnya. Apakah PDIP sebagai partai wong cilik masih cukup sensitif terhadap aspirasi dan keinginan mayoritas warga ibukota? Atau sebaliknya, karena ego politik, sehingga PDIP harus dengan tega mengabaikan aspirasi dan keinginan warga ibokota sebagaimana tercermin melalui pergerakan Teman Ahok dalam memobilisasi KTP dukungan untuk Ahok (dan Heru). Dan tetap ingin melakukan “audisi” mencari pemimpin yang manusiawi, tidak seperti tipologi Ahok, “yang kasar, tidak santun, dan yang lebih penting dari itu, kafir”.

Kita tunggu sampai pendaftaran bacagub secara resmi dibuka oleh KPUD DKI Jakarta! Kemudian selanjutnya kita saksikan seperti apa kecenderungan aspirasi dan dukungan politik warga ibukota pada Pilgub DKI 2017 nanti? Apakah kepada petahana, Ahok yang (tak) manusiawi atau calon lain yang menurut PDIP sebagai pemimpin manusiawi?

Sebelum sampai ke sana, pertanyaan awalnya adalah, mungkinkah PDIP mendapatkan calon pemimpin yang manuiawi itu, di tengah fenomena banyak elit dan tokoh politik “tidak bersih lingkungan”?

Wallahu a’lam bish-shawabi

Awal Ramdhan, 6  Juni  2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun