Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Griezmann dan CR7 “Melukai” Xavi dan Pelajaran dalam Final LC

29 Mei 2016   10:11 Diperbarui: 29 Mei 2016   10:58 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selebrasi Kemenangan Real Madrid (Sumb. http://bola.kompas.com/)

Oleh : eN-Te

Pagelaran final Liga Champions (LC)  2015/2016 telah berlangsung dinihari tadi (Ahad, 29/5/16). Tim mana yang paling berhak menggenggam si “Kuping Besar” antara duo Madrid, Real Madrid dan Atletico Madrid, pun sudah diketahui.

Ada yang bersorak gembira, tertawa, berlari sambil mebuka baju, dikerubuti dan ditindih teman-temannya, melompat-lompat, membentuk lingkaran, menari-nari, menyanyi, laku kegembiraan lainnya. Itulah ekspresi selebrasi, merayakan kemenangan. Sementara di kelompok seberang ada yang tertunduk lesu, berurai air mata, dan diam membisu. “Menyesali” kekalahan dan mengekspresikan rasa kecewa.

***

Duo Madrid bertarung dengan sangat gigih untuk membuktikan diri sebagai klub sepakbola terbaik di muka jagad ini. Melalui pertarungan sepanjang 90 menit menghasilkan gol sama kuat 1 : 1. Pertarungan pun harus dilanjutkan dengan dua sesi extra time.

Meski sudah mendapat waktu tambahan 30 menit, duo Madrid belum dapat membuktikan siapa yang paling layak menepuk dada sebagai kampiun. Jalan terakhir yang harus dilakukan oleh pengadil lapangan adalah memberikan kesempatan kepada kedua tim untuk mengadu nasib menjadi jawara melalui adu tos-tosan.

***

Uji peruntungan pun dilakukan. Tampil sebagai penendang pertama untuk meberikan “sock therapy” dari Los Blancos adalah Lucas. Dengan dingin Lucas mengirimkan bola ke pojok kiri jala kiper, tanpa bisa diantisipasi kiper lawan, Jan Oblak. Tersentak oleh gebrakan Lucas, Atletico mengirimkan Griezmann sebagai algojo pertama. Misi pun dituntaskan dengan baik oleh Griezmann.

Drama berlanjut pada penendang berikutnya, hingga pada algojo ke-4 dari pasukan Atletico. Simeone mengirim algojo Juanfran untuk “mengeksekusi” Keylor Navas, sayangnya bola sepakannya terlalu lemah dan mengenai tiang gawang sebelah kanan dan memantul kembali ke arah lapangan.

Kegagalan Juanfran memberi keuntungan psikologis bagi pasukan Zidane. Real Madrid berada di atas angin, karena empat algojo dari Real Madrid semuanya tuntas menjalankan misinya. Pada posisi tersebut kedudukan Real Madrid unggul satu gol, dengan posisi 4 : 3.

Real Madrid hanya membutuhkan satu biji gol tambahan untuk meraih jawara. Zidane pun mengirim Christiano Ronaldo (CR7) untuk maju menunaikan “misi akhir”. Misi berjalan sempurna, CR7 dapat menuntaskan misi untuk menempatkan Zidane sejajar dengan pelatih-pelatih top lainnya yang masuk daftar sebagai pemain dan pelatih yang pernah merengkuh gelar juara LC.

***

Bagaimana pula dengan Xavi? Seperti diketahui Xavi Hernandes adalah salah satu anggota pasukan dari klub sepakbola terbaik dari negeri Catalan, yakni Barcelona. Sebelum bergabung dengan klubnya sekarang, Xavi merupakan salah satu punggawa Barca. Selama bersama pasukan Catalan, Xavi sudah mempersembahkan berbagai juara untuk Barca, mulai dari liga domestik, La Liga, Copadelrey, Piala Super, Liga Eropa, LC, Piala Dunia antarklub, dll.

Di pentas liga domestik, Real Madrid adalah seteru abadi Barcelona. Maka wajar bila aroma persaingan juga menjalar kepada para pemainnya. Salah satunya Xavi.

Sebelum pagelaran final LC 2015/2016 dinihari tadi, Xavi pernah menyampaikan harapannya agar Atletico dapat memenangkan pertarungan bergengsi itu. Harapan Xavi ini hampir pasti juga menjadi harapan semua pendukung dan fans Barcelona di seluruh dunia. Sayangnya harapan itu setelah kedua pasukan bertarung habis-habisan selama 120 menit tidak kesampaian. Layu pula asa itu, ketika Atletico belum dapat merengkuh jawara, karena masih kalah dalam proses “mengocok dadu”,  dalam drama adu tos-tosan.  

***

Asa dan keinginan Xavi hampir kesampaian seandainya Griezmann tidak membuang-buang kesempatan sangat berharga ketika mengambil tendangan pinalti pada waktu normal. Pelanggaran Pepe terhadap Tores memkasa wasit harus menunjuk titik putih pada awal-awal waktu babak kedua.

Mungkin Griezmann dengan sengaja “melukai” hati Xavi, mengingat Real Madrid adalah klub ibukota di mana Atletico juga berasal. Rupanya Griezmann tidak ingin setelah ia kembali bersama pasukan Atletico ke ibukota Spanyol itu, dia menjadi terasingkan. Maka Griezman lebih memilih untuk mengecewakan Xavi dan pendukungnya daripada harus “teraleanasi” dan mendapat cibiran dari publik dan warga kota Madrid.

Greizmann lebih memilih menendang bola secara keras dengan kekuatan penuh ke arah gawang yang dijaga Keylor Navas. Mungkin karena kekuatan pendorong  yang sangat kuat sehingga kecepatan bola melebihi kecepatan yang “seharusnya”. Maka arah bola pun menuju dan membentur mistar gawang dan mental ke lapangan. Jika penalti Griezmann berhasil, bola dapat masuk ke jala gawang Keylor Navas, ceritanya menjadi lain. Xavi dapat bersorak-sorai, karena asanya untuk “mencibir” Real Madrid kesampaian. Tapi, ...

***

Hala Madrid, Anda semua pantas menggenggam predikat sebagai yang terbaik. Dengan sebelas gelar yang sudah di tangan, rasanya masih sangat mustahil klub-klub lain dapat mengejar dan menyamai prestasi Anda.

Zidane tidak hanya dikenal karena aksi “brutalnya” pada Piala Dunia 2016 karena menanduk pemain belakang Italia, tapi ternyata pada tangannya memiliki “tuah”. Tidak hanya tangan, tapi melalui kakinya pula ia pernah mempersembahkan si “Kuping Besar” kepada klub kebanggaan Kota Madrid itu.

Itulah drama  dari fakta sebuah pertandingan. Selalu saja ada ekspresi tawa dan tangis hadir secara bersamaan. Karena dalam sebuah kompetisi pasti ada yang menang dan ada pula yang kalah. Bagi yang menang dapat merayakan dengan elegan tanpa harus memperlihatkan ekpresi kejumawan yang berlebih. Bagi yang kalah juga harus menerima sebagai sebuah  fakta tentang arti perjuangan yang tidak selalu memberikan hasil sesuai harapan dan keinginan. Tinggal bagaimana menyikapi itu dengan sikap kesatria dan dewasa. Selanjutnya bangkit dan bergerak maju (move on).

***

Sikap sportif mengakui kelemahan dan kekalahan adalah sebuah pelajaran penting yang dapat kita ambil dari dunia olahraga. Termasuk pula dalam cabang olahraga sepakbola. Tim yang kalah harus dengan legowo mengakui keunggulan lawan dan memberikan tabik. Setelah itu harus bangkit berusaha mengevaluasi kelemahan dan memperbaiki, kemudian bergerak maju.

Bukan malah sebaliknya. Berusaha mengutak-atik apa yang sudah diraih lawan dengan berbagai dalih dan alasan. Apalagi harus menghubungkan pada hal-hal yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan pertandingan.

Begitu pula bila pelajaran ini kita tarik ke ranah politik. Kita bercermin dari kebesaran jiwa para atlet, setelah bertanding meski ia kalah, masih memberikan rasa hormat dan mengakui bahwa lawan memang yang masih unggul. Tidak perlu grasa grusu mencoba membuka sesuatu yang nyaris tidak ada, kemudian dibuat seolah-olah ada, hanya untuk mendelegitimasi posisi lawan.

Meski secara faktual berbeda ideologi dan kepentingan, bila sudah menyangkut nasib dan kepentingan bangsa dan negara semua kepentingan lain harus cair di dalamnya. Tidak atas nama kepentingan golongan dan kelompok serta berbeda ideologi, kemudian tidak mau berbesar hati mengakui keunggulan lawan. Akhirnya, bila ini gagal dilakukan yang ada adalah rasa sakit yang berkepanjangan sehingga membuat kita susah untuk bangkit dan bergerak maju. Padahal hidup bukan hanya berakhir hari ini, masih panjang jalan yang harus dilalui dan direntang ke depan.

Wallahu a’lam bish-shawabi

Makassar, 29  Mei  2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun