***
Bagaimana pula dengan Xavi? Seperti diketahui Xavi Hernandes adalah salah satu anggota pasukan dari klub sepakbola terbaik dari negeri Catalan, yakni Barcelona. Sebelum bergabung dengan klubnya sekarang, Xavi merupakan salah satu punggawa Barca. Selama bersama pasukan Catalan, Xavi sudah mempersembahkan berbagai juara untuk Barca, mulai dari liga domestik, La Liga, Copadelrey, Piala Super, Liga Eropa, LC, Piala Dunia antarklub, dll.
Di pentas liga domestik, Real Madrid adalah seteru abadi Barcelona. Maka wajar bila aroma persaingan juga menjalar kepada para pemainnya. Salah satunya Xavi.
Sebelum pagelaran final LC 2015/2016 dinihari tadi, Xavi pernah menyampaikan harapannya agar Atletico dapat memenangkan pertarungan bergengsi itu. Harapan Xavi ini hampir pasti juga menjadi harapan semua pendukung dan fans Barcelona di seluruh dunia. Sayangnya harapan itu setelah kedua pasukan bertarung habis-habisan selama 120 menit tidak kesampaian. Layu pula asa itu, ketika Atletico belum dapat merengkuh jawara, karena masih kalah dalam proses “mengocok dadu”, dalam drama adu tos-tosan.
***
Asa dan keinginan Xavi hampir kesampaian seandainya Griezmann tidak membuang-buang kesempatan sangat berharga ketika mengambil tendangan pinalti pada waktu normal. Pelanggaran Pepe terhadap Tores memkasa wasit harus menunjuk titik putih pada awal-awal waktu babak kedua.
Mungkin Griezmann dengan sengaja “melukai” hati Xavi, mengingat Real Madrid adalah klub ibukota di mana Atletico juga berasal. Rupanya Griezmann tidak ingin setelah ia kembali bersama pasukan Atletico ke ibukota Spanyol itu, dia menjadi terasingkan. Maka Griezman lebih memilih untuk mengecewakan Xavi dan pendukungnya daripada harus “teraleanasi” dan mendapat cibiran dari publik dan warga kota Madrid.
Greizmann lebih memilih menendang bola secara keras dengan kekuatan penuh ke arah gawang yang dijaga Keylor Navas. Mungkin karena kekuatan pendorong yang sangat kuat sehingga kecepatan bola melebihi kecepatan yang “seharusnya”. Maka arah bola pun menuju dan membentur mistar gawang dan mental ke lapangan. Jika penalti Griezmann berhasil, bola dapat masuk ke jala gawang Keylor Navas, ceritanya menjadi lain. Xavi dapat bersorak-sorai, karena asanya untuk “mencibir” Real Madrid kesampaian. Tapi, ...
***
Hala Madrid, Anda semua pantas menggenggam predikat sebagai yang terbaik. Dengan sebelas gelar yang sudah di tangan, rasanya masih sangat mustahil klub-klub lain dapat mengejar dan menyamai prestasi Anda.
Zidane tidak hanya dikenal karena aksi “brutalnya” pada Piala Dunia 2016 karena menanduk pemain belakang Italia, tapi ternyata pada tangannya memiliki “tuah”. Tidak hanya tangan, tapi melalui kakinya pula ia pernah mempersembahkan si “Kuping Besar” kepada klub kebanggaan Kota Madrid itu.