Provinsi Sulsel terdiri dari 24 Kab/Kota, maka ke-24 Kab/Kota sudah pasti Partai Golkar memiliki pengurus daerah pada tingkat DPD II. Maka itu berarti secara matemtais sudah ada 24 suara di tangan untuk SYL.
Kemudian bila SYL sedikit memainkan sentiment etnis Sulawesi dan Indonesia bagian Timur, maka akan semakin banyak pundi-pundi suara SYL. Untuk pulau Sulawesi ada terdapat enam Provinsi. Bila enam-enamnya dapat dikuasai SYL dengan memainkan sentimen etnis tadi, maka SYL sudah mengumpulkan 30 suara, yakni 6 DPD I dan 24 DPD II. Belum lagi ditambah dengan suara-suara dari DPD-DPD II di Pulau Sulsel pada 5 provinsi lainnya. Maka total suara SYL sudah bisa mencapai lebih dari 100 suara. Selanjutnya bila SYL dapat mengambil hati DPD I dan DPD II di wilayah bagian Timur Indonesia, maka sudah pasti pundi-pundi suara SYL akan bertambah.
SYL juga dapat memainkan jaringan APPSI. Seperti halnya memainkan sentimen etnis, SYL tidak haram pula memainkan ikatan emosional antargubernur dan Pengurus Daerah Partai Golkar yang akan promosi naik pangkat. SYL dapat memanfaatkan kemampuan “retorikanya” ketika memenangkan pemilihan Ketua APPSI periode kedua untuk menundukkan hati para gubernur seluruh Indonesia untuk memilihnya. Dalam hal ini gubernur yang juga sebagai pengurus DPD I Partai Golkar, atau perpanjangan tangan ke pengurus daerah.
Dengan hitung-hitungan sederhana di atas kertas seperti ini maka peluang untuk menjadi orang pertama dari daerah yang merebut tahta Partai Golkar akan terbuka lempang. SYL akan menjadi kuga hitam yang perlu diperhitungkan calon-calon lainnya, jika tidak SYL akan dengan mulus melaju meraih kursi kekuasaan di Partai Golkar.
Penutup
Satu hari lagi Munaslub Partai Golkar akan dibuka (Ahad, 15/5/16) di denpasar Bali. Semua calon Ketum sudah pasti mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk “amunisi” yang dibutuhkan untuk bertarung di arena laga.
Menurut pengamat politik Hanta Yudha, untuk memenangkan kursi Ketum Partai Golkar pada Munaslub nanti, setiap calon harus memiliki tiga modal utama. Tiga modal itu, ia sebut sebagai tiga faktor yang paling menentukan kemenangan, yakni faktor logistik (uang), faktor sinyal dukungan pemerintah, dan faktor kedekatan dengan Ketum Partai Golkar sekarang, ARB. Di samping itu menurut Hanta, bahwa masih ada empat faktor lainnya sebagai faktor pendukung untuk memenangkan laga di Munaslub. Yakni, faktor ideologi (harus memiliki ideologi yang kuat), faktor posisi, siapa dapat apa, faktor hukum (dapat memberi rasa aman dari kemungkinan terseret kasus), dan faktor memiliki basis ekonomi (punya fulus yang dapat dimainkan) (sumber).
Sudah pasti, antara satu calon dengan calon lainnya memiliki keyakinan yang sama akan memenangkan pertarungan. Semua modal politik sudah pasti akan dikeluarkan dalam rangka menggapai tahta 01 Partai Golkar. Dari delapan (8) calon Ketum yang ada, sudah pasti ada calon favorit dan ada calon nonunggulan. Pada kedua kategori ini, tersembul calon yang menjadi kuda hitam. Apakah calon Ketum yang menjadi kuda hitam berasal dari kelompok idealis politik atau sebaliknya kelompok pragmatis politik. Bila berasal dari kelompok pertama, yang mengutamakan idealisme politik, yang mencoba mengedepankan hihgh politic, dengan mengajukan ide, gagasan, dan pemikiran, apakah yang menjadi kuda hitam itu, ayam jantan dari Timur, SYL?
Mari kita tunggu dan saksikan nanti pada arena Munaslub Partai Golkar, yang insyaallah akan berlangsung dan mulai dibuka secara resmi, esok hari, Ahad (15/5/16) di Denpasar Bali.
Wallahu a’lam bish-shawabi
Makassar, 14 Mei 2016