Kita mulai dengan melihat kekuatan calon Ketum nomor urut 7, IBU. Saya sebenarnya memiliki referensi yang sangat terbatas tentang profil IBU. Karena itu, saya sangat spekulatif bila mencoba mengestimasi kekuatan IBU hanya berdasarkan informasi dan referensi yang terbatas, bahkan hampir minim itu.
Sepak terjang politik IBU dalam percaturan politik nasional kurang menggema. Apakah selama malang melintang di “belantara” Partai Golkar, calon Ketum nomor urut 7 ini telah memiliki cukup amunisi sehingga sangat percaya diri untuk maju berlaga dan bertarung secara head to head dengan calon lainnya di arena Munaslub di Bali.
Mungkin secara dimensi waktu, calon Ketum nomor urut 7, IBU, memiliki pengetahuan yang cukup tentang Partai Golkar. Secara historis memiliki rentang waktu yang cukup panjang menyelami seluk beluk dan potensi Partai Golkar. Sehingga di mata voter IBU memiliki cukup “bekal” untuk dapat menahkodai Partai Golkar dalam mengarungi konstelasi perpolitikan nasional yang serba fluktuatif.
Sebelum bergabung menjadi kader Partai Golkar, IBU pernah menjabat sebagai Ketua Umum Angkatan Muda Pemba(ha)ruan Indonesia (AMPI) periode 1994-1999. AMPI merupakan salah satu underbow Partai Golkar. Karena itu secara otomatis IBU juga menyandang sebagai kader Partai Golkar.
Kemudian IBU pernah menjabat di struktural Partai Golkar sebagai salah satu Ketua DPP pada periode 2009-2014. Sebelumnya IBU juga terdaftar sebagai salah seorang anggota Fraksi Partai Golkar di DPR RI selama tiga periode (1987-1992, 1992-1997 dan 1997-1998) (sumber). Menilik pada profil singkat ini, maka dapat dikatakan bahwa kekuatan IBU masih sangat minim. Peluang IBU tidak terlalu besar menjadi kuda hitam dalam Munaslub di Bali nanti.
Beralih ke SYL. SYL saat ini menjabat sebagai Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) untuk periode kedua. Sebelum menjabat sbegai Gubernur Sulsel, SYL pernah merintis karier di jajaran strutural pemerintahan mulai dari tingkat yang paling bawah.
Seperti disampaikan dalam debat calon Ketum di Surabaya beberapa waktu yang lalu, SYL pernah menjabat sebagai Lurah, Camat, dan Bupati dalam dua periode. Dan sekarang menjabat sebagai Gubernur dalam peride kedua. Jadi menilik jenjang kariernya, SYL sangat sempurna. Itu berarti SYL memiliki segudang pengalaman dan pengetahuan yang mumpuni dalam mengelola sebuah institusi.
Di luar itu, mempunyai pengalaman segudang dalam mengelola sebuah organisasi. Mulai dari DPP KNPI Sulsel (Tahun 1990-1993), Ketua DPP AMPI Sulsel (Tahun 1993-1998), Sekretaris SPP Golkar Sulsel (Tahun 1993-1998), Wakil Ketua APKASI Pusat, Ketua FKPPI Sulsel (Tahun 2004-2008), Ketua FORKI Sulsel (Tahun 2004-2008), Ketua Kwarda Gerakan Pramuka (Tahun 2004-sekarang), Ketua Kosgoro 57 (Tahun 1998), Ketua ORARI Sulsel, Ketua DPD I Golkar Sulsel (Tahun 2009-sekarang) (sumber), dan sekarang menjabat sebagai Ketua APPSI periode kedua (sumber).
Dalam posisinya sebagai Gubernur Sulsel, SYL juga dipercaya untuk memimpin para Gubernur seluruh Indonesia dalam Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI). Dengan jaringan gubernur antarprovinsi, dan sudah pasti sebagian gubernur adalah juga pengurus Partai Golkar, maka SYL boleh banyak berharap mendapat limpahan suara dari DPD I Partai Golkar yang dipimpin oleh Gubernur. Karena itu, SYL boleh berharap mempunyai peluang yang cukup terbuka untuk memenangkan pertarungan pada Munaslub nanti.
Di lain pihak keuntungan yang diperoleh dari posisinya sebagai Gubernur Sulsel, yang dalam koordinasinya memiliki garis komando sampai ke tingkat Kab/Kota, maka mempunyai jaringan sampai ke tingkat Bupati. Sudah pasti pada daerah Kab/kota se-Sulsel, ada Bupati/Walikota yang merupakan pimpinan Partai Golkar.
Modal lain, SYL juga merupakan salah seorang Ketua DPD I Partai Golkar Sulsel. Dalam posisinya sebagai Ketua DPD I Partai Golkar, SYL sudah pasti memiliki perangkat partai sampai ke tingkat DPD II yang memiliki hak suara. Dengan memanfaatkan jaringan structural partai di tingkat provinsi, maka SYL memiliki kans yang besar untuk merebut kursi 01 Partai Golkar.