Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menanti Ketua BPK, HAA, Unjuk Keberanian

16 April 2016   16:04 Diperbarui: 18 April 2016   08:35 4409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Naga-naganya harapan publik terhadap HAA mau memperlihatkan keberaniannya, ibarat jauh panggang dari api. HAA seperti tidak memiliki beban moral untuk tetap mempertahankan posisinya saat ini (Ketua BPK). Boleh jadi hal itu, karena pengaruh cara berpikir salah sehingga HAA yakin apa yang dilakukan bukan merupakan sebuah kesalahan. Meski di belahan dunia lain, pasti HAA tahu dan dengar, bahwa karena skandal itu telah mengantarkan mereka harus meletakkan jabatannya. 

Atau bisa sebaliknya, HAA menganut moral hazard (moral jahat). Sebuah standar nilai yang membolehkan setiap penganutnya untuk melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya, meski dengan jalan yang tidak benar. Menyembunyikan harta dengan tujuan menghindari membayar pajak merupakan hal yang biasa. Bagi penganut mazhab moral hazard ini, sepanjang tidak merugikan orang lain secara langsung (meski dengan tidak membayar pajak akan merugikan negara dan hajat hidup orang banyak), hal itu bukan merupakan sebuah dosa. 

Karena itu, menurut HAA dan rekannya adalah salah kaprah dan salah sasaran bila menuntutnya harus mundur dari Ketua BPK. Bagi HAA tidak ada yang salah dengan Panama Papers. Dengan nada bertanya, HAA menjawab pertanyaan wartawan ketika disinggung mengenai Panama Papers, “apa setiap orang yang ada di Panama Papers bersalah?” (sumber). 

***

Jika pejabat publik setingkat Ketua BPK saja sudah bertanya status hukumnya dalam sebuah “skandal” yang menyebutkan namanya, maka sudah tidak ada lagi harapan untuk negeri ini berubah wajah. Jangankan HAA mau mencontoh PM Islandia dan Menteri Perindustrian Spanyol, karena itu kejauhan, bagaimana dengan contoh mantan Dirjen Pajak yang mau mengundurkan diri hanya karena target penerimaan negara dari pajak tidak tercapai. Padahal target penerimaan pajak tersebut sangat tergantung pada berbagai variabel, bukan semata kesalahan Dirjen Pajak. Tapi, sebagai “orang yang bertanggung jawab” atas policy yang telah ditetapkan, Dirjen Pajak bersedia mengundurkan diri untuk menujukkan “moralnya” kepada publik. 

Bahkan Ketua BPK, HAA, seakan ingin membersihkan nama baiknya, dalam dua hari terakhir tampil di dua stasiun TV yang berbeda untuk menjelaskan silang sengkarut mengenai polemik LHP BPK tentang audit inevestigtif pembelian lahan RS. Sumber Waras. Dengan tanpa merasa terbebani, HAA dengan percaya diri terus menerus “mengkampanyekan” bahwa audit yang dilakukan sudah sesuai dengan prosedur yang benar. Karena itu, apa yang tercantum dalam laporan itu merupakan sebuah kebenaran mutlak. Padahal tidak sedikit pula yang mempertanyakan validitas laporan itu dari kemungkinan intervensi kepentingan politik dalam laporan audit tersebut. 

Mungkin HAA berharap dengan menjelaskan duduk persoalan silang sengkarut polemik kasus pembelian lahan RS. Sumber Waras tersebut, maka perhatian publik akan beralih dan tidak lagi mempersoalkan namanya yang tercantum dalam Panama Papers. Jika sudah demikian “motifnya”, maka jangan berharap HAA masih memiliki keberanian untuk mengikuti PM. Islandia dan Menteri Perindustruian Spanyol, minimal mengikuti contoh baik yang telah ditunjukkan mantan Dirjen Pajak. Quovadis HAA membawa “moralmu”? 

Wallahu a’lam bish-shawabi

Ya sudah, selamat membaca, …

Makassar, 16  April  2016

  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun