Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pemimpin Patron Idola

10 Maret 2016   08:25 Diperbarui: 10 Maret 2016   16:47 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Epilog

Indonesia bukan tidak pernah melahirkan pemimpin yang dapat menjadi patron idola. Stock dan produk pemimpin model patron idola cukup banyak. Dalam rentang sejarah perjuangan hingga lahir dan terbentuknya Republik ini, Indonesia melahirkan banyak pemimpin yang dapat memiliki kepemimpinan yang mampu menghadirkan jiwa pemimpin ala Ki Hajar Dewantara.

Indonesia pernah melahirkan dan memiliki pemimpin besar sekaliber Soekarno-Hatta. Sejarah telah membuktikan bahwa kedua tokoh besar bangsa ini telah menginspirasi rakyatnya untuk berjuang bersama. Keduanya telah melalui berbagai macam dan bentuk “siksaan fisik” dan kenyang dengan segala macam penderitaan. Semua itu tidaklah membuat keduanya harus “menyerah” pada nasib, tapi tetap mencoba “merawat” penderitaan  demi sebuah obsesi besar yang mereka usung bersama rekan-rekannya, kemerdekaan dan kedaulatan bangsa, Indonesia merdeka dan berdaulat.

Soekarno-Hatta adalah salah dua contoh model pemimpin yang menjadi patron idola. Pada zamannya, masih banyak pemimpin lainnya yang memiliki kriteria patron idola. Ada H.O.S. Cokroaminoto, K. H. Hasyim As’ary, Sutan Syahrir, Ki Hajar Dewantara, Mohammad Nasir, Haji Agus Salim, Tan Malaka, dan masih banyak lagi lainnya. Semuanya mewakili zamannya menjadi asset bangsa yang keteladanannya dapat menghadirkan patron idola. Mestinya nilai-nilai kejuangan yang pernah mereka wariskan untuk bangsa ini menjadi sebuah investasi jangka panjang untuk dapat melahirkan calon pemimpin yang dapat menjadi patron idola.

Sayangnya fenomena Indonesia kekinian, malah melahirkan calon pemimpin yang sangat kering akan makna hakiki memimpin. Ia hanya mampu mendapatkan pengakuan secara legal formal, tapi sungguh sangat tidak bisa “merawat” apalagi menjabarkan arti kepemimpinan itu. Dan kondisi tersebut pada tataran praktikal dalam atmofsir social politik Indonesia sungguh membuat kita hampir kehilangan harapan. Namun sebagai orang yang beragama kita tidak boleh putus harapan, karena negeri besar ini mempunyai cara sendiri untukd apat melahirkan pemimpin yang dapat menjadi patron idola. Meski untuk melahirkan dan membentuk pemimpin patron idola ini tidak mudah, harus melalui jalan yang panjang dan berliku. Membutuhkan tempaan “penderitaan”  yang tidak ringan.Tidak asal jadi, lahir bukan dengan cara instan, pemimpin karbitan, apalagi melalui model mobilisasi dengan cara mengeksploitasi sentimen keagamaan.

 

Wallahu a’lam bish-shawabi

Ya sudah, selamat membaca, …

Makassar, 10  Maret  2016    

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun