Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dua Hari yang Menyesakkan: Sebuah "In Memoriam"

24 Februari 2016   08:30 Diperbarui: 24 Februari 2016   08:50 1002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu pun berlalu. Interaksi berlangsung dengan sangat akrab dan harmonis antarsesama teman dan seluruh staf LPMP. Bersamaan dengan semakin mapan karier, semakin meningkat pula tingkat kesejahteraan. Salah satu pameo bahwa seseorang semakin mapan kehidupannya, maka dapat dilihat pertambahan berat badan. Dan hal itu tercermin dari fisik Pak Edy yang semakin tambun. Seiring berlalunya waktu, tubuh Pak Edy semakin bertambah, sampai menjurus pada obesitas. Kondisi inilah, yang membuat saya sering menyapa dia dengan sebutan “bondeng” (istilah Bugis Makassar yang menjelaskan seseorang yang gemuk dan besar (tambun)). Maka bila saya bertemu dengan Pak Edy, saya biasa menyapa dengan sebutan “mengejek” itu tadi, bondeng. Pak Edy tidak terlalu risau dengan sapaan “mengejek” itu, mungkin bagi dia, hal itu merupakan guyonan semata. 

Tapi rupanya, dugaan saya keliru. Almarhum, karena terobsesi sangat ingin menurunkan berat badan (baca ingin kurus), maka rajin mengkonsumsi obat-obat herbal. Sayangnya, konsumsi obat herbal yang dilakukan Pak Edy tidak diimbangi dengan asupan gizi dan nutrisi yang baik dan seimbang. Hingga akhirnya dia harus menyerah pada takdir, menghembuskan nafas terakhir di RS. Bhayangkari Makassar, pada Ahad (21/02/2016) pukul 11.30 Wita.

Doa Kami

Sahabat, kami semua merasa kehilangan atas kepergian kalian berdua. Kami semua juga ingin berlama-lama bersama kalian berdua, Mas Bagus dan Pak Edy. Kami juga sangat berduka karena ditinggal pergi ketika obsesi ini membuncah, ingin bersama-sama dapat melakukan transformasi  “wajah” instusi ini agar tidak selalu menjadi “tanda tanya”. Sayangnya, apa daya, Sang Maha Kasih, ternyata lebih menyayangi kalian. Dan karena itu, Tuhan, Sang Pemilik Tunggal Arasy ini, memanggil kalian berdua pulang lebih awal mendahului kami.

Selamat jalan teman, sobat, saudara, dan sahabat. Kami semua ikhlas melepas kepergian kalian, dengan diiiringi doa, semoga kalian berdua kembali menemui Ilahi Rabby, dalam keadaan khusnul khatimah, diterima segala amal ibadah kalian, diampuni segala dosa kalian, dan kelak ditempatkan di sisi-Nya bersama orang-orang yang dimuliakan. Karya dan amal bhakti kalian, semoga dicatat sebgai amal jariah, yang dijamin oleh Allah SWT, sebagai salah satu amal yang tidak akan terputus walau seorang anak bani Adam telah berkalang tanah. Amien YRA.  

 

Ya sudah, selamat membaca,
Oleh : eN-Te

Wallahu a’lam bish-shawabi

Makassar, 24  Pebruari  2016   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun