Suara bell sekolah telah berbunyi. Anak-anak telah masuk ke kelas mereka masing-masing. Aku bergegas menuju kelas tempatku mengajar. Langkahku terhenti saat melihat seorang anak bernyanyi-nyanyi sendiri. Tak dihiraukannya bunyi bel sekolah. Dia terus bernyanyi dan tampak gembira. Begitu pandangan kami bertemu, dia tersenyum dan segera berlari menuju kelasnya. Aku hanya tersenyum dan menggeleng melihat tingkahnya.
Hari ini, aku mulai mengajar di kelas I. Anak-anak sudah banyak yang datang. Ada yang bersalaman denganku, lalu langsung permisi untuk makan. Ternyata dia belum sempat sarapan di rumah.
Aku tersenyum memperhatikan sambil bertanya, "Sarapan apa pagi ini, Nak?"
Dengan malu-malu sambil menutupi makanan dia menjawab, "Biasa, Bu. Tahu tempe."
"Alhamdulillah, kita tetap bersyukur, segera habiskan, ya." Dia mengangguk sambil mengunyah makanannya.
Aku duduk di meja guru sambil menyapa murid yang lain. Bel pun berbunyi. Semua anak segera masuk ke dalam kelas bersiap untuk memulai pembelajaran.
Aku menjelaskan di depan, tiba-tiba terdengar bunyi ledakan yang diiringi bau yang begitu menyengat. Aku pura-pura tidak tahu.
"Bu, ada yang kentut ... bau lagi."
Sambil melangkah ke arah mereka aku berkata, "Masa, iya?"
"Iya, Bu," sahut mereka serempak.
Suasana kelas menjadi hiruk-pikuk hanya karena kentut. Sambil senyum aku bertanya lagi kepada mereka. "Siapa yang kentut, ya?"