Mohon tunggu...
Emmy Kezia
Emmy Kezia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

A lifelong learner

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Tampil "Sempurna" di Era Media Sosial: Bagaimana Standar Kecantikan Memengaruhi Gangguan Disforia Tubuh

7 November 2023   20:23 Diperbarui: 7 November 2023   20:35 5806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahukah kamu bahwa aktris pemeran Riverdale, Lili Reinhart, telah lama mengumumkan bahwa ia bermasalah dengan Body Dysmorphic Disorder (BDD)?


"I've been struggling with obsessive thoughts about my body/weight the last few months and it's gotten pretty severe in the last week. So, I want to take a moment to be vulnerable and share this in hope that any of you who are also struggling don't feel so alone. I'm here with you."

Lili berbicara tentang perjuangannya dengan pikiran obsesif tentang tubuh dan berat badan dalam beberapa bulan terakhir. Cerita Lili menunjukkan bahwa bahkan selebriti yang umumnya terlihat "sempurna" di mata publik sepertinya, tidak luput dari kemungkinan mengidap body dysmorphic disorder. Mengapa disebut "disorder" dan apa yang dirasakan oleh orang dengan gangguan BDD ini?

Perkembangan era digital saat ini telah mendorong individu, terutama kaum wanita, untuk memanifestasikan kecantikan mereka di platform jejaring sosial, di mana mereka menerima apresiasi dalam bentuk "likes" dan pujian. Instagram, sebagai salah satu contoh, telah memperkenalkan standar kecantikan dengan cara yang provokatif dengan berulang-ulang reformulasi konsep standar kecantikan yang sempurna. Mereka akan menilai tubuh mereka sendiri dengan mengacu pada standar yang telah ditetapkan oleh masyarakat. Hal ini seringkali mendorong perasaan ketidakpuasan yang signifikan terhadap penampilan fisik mereka, mendorong mereka untuk melakukan berbagai perubahan dan penyesuaian pada tubuh mereka, sesuai dengan norma-norma kecantikan yang ada.

Bagi sejumlah individu, ketidaksempurnaan pada aspek fisik mereka menjadi sumber ketidaknyamanan yang signifikan. Hal ini mencakup berbagai isu seperti jerawat, bentuk tubuh, berat badan, tinggi badan, dan lain sebagainya. Pada dasarnya, perbedaan-perbedaan fisik ini adalah hal yang umum dan alamiah dalam pengalaman manusia. Akan tetapi, tidak semua individu mampu dengan mudah menerima perbedaan tersebut. Bahkan, dalam beberapa situasi, seseorang dapat mengalami kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan terkait dengan ketidaksempurnaan pada tubuh mereka. Sebagai contoh, ada individu yang merasa bahwa mereka gemuk, meskipun orang lain mungkin melihat berat badan mereka sebagai sesuatu yang normal. Dalam beberapa kasus, individu yang sering mengalami perasaan dan pemikiran semacam ini mungkin mengidap gangguan dismorfik tubuh. Gangguan dismorfik tubuh (Body Dysmorphic Disorder/BDD) merupakan suatu kondisi kesehatan mental di mana individu mengalami ketidakmampuan untuk menghentikan pemikiran mengenai satu atau lebih ketidaksempurnaan atau kecacatan dalam penampilan fisik mereka.


Faktor Pemicu Munculnya Gangguan Dismorfik Tubuh

Penyebab BDD belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa faktor yang berperan meningkatkan risiko BDD antara lain:

  • Riwayat keluarga dengan BDD atau gangguan mental serupa
  • Jumlah sel kimia otak yang tidak normal
  • Tipe kepribadian (perfeksionis, rendah diri, dsb.)
  • Memiliki orang tua atau keluarga yang terlalu kritis terhadap penampilan

Gejala Body Dysmorphic Disorder

Penderita BDD cenderung terus-menerus menahan fokus pada kekurangan/ketidaksempurnaan penampilannya, yang terkadang bahkan hampir tidak disadari oleh orang lain. Perasaan cemas dan rendah diri termasuk overthinking mengenai cara pandang orang lain terhadap dirinya pun kerap kali dirasakan oleh penderita BDD. Biasanya, pikiran dan perasaan negatif iut timbul karena anggapan bahwa bentuk anggota tubuhnya tidak ideal (hidung terlalu pesek, jerawat atau bekas luka pada kulit, rambut rontok atau menipis, ukuran payudara atau penis yang terlalu kecil atau besar, dan sebagainya).

Gejala BDD dapat berupa perilaku berulang (repetitive behavior), seperti bercermin dan perawatan berlebihan, atau kebiasaan membandingkan penampilan diri dengan orang lain sebagai akibat dari kekhawatiran akan penampilan dan emosi menyakitkan yang dialami. Perilaku-perilaku tersebut biasanya tidak mudah dikendalikan/dikontrol.

Kapan harus memeriksakan diri ke dokter?

Sebelum memutuskan untuk pergi ke dokter, sadari beberapa perilaku tidak wajar dalam menilai penampilan, terutama apabila perilaku tersebut mengganggu kinerja dan prestasi dalam pekerjaan maupun pendidikan, mengganggu hubungan dengan orang lain, menghilangkan keinginan untuk pergi ke tempat umum, atau merasa cemas jika berada di antara banyak orang.

Untuk mengetahui penyebab dan penanganan yang tepat, psikiater akan melakukan penilaian kondisi kejiwaan pasien dengan cara menanyakan riwayat kondisi medis dan hubungan sosial pasien dan keluarganya, serta melakukan evaluasi psikologis untuk mengetahui faktor risiko, pikiran, perasaan, serta perilaku yang terkait dengan pandangan negatif pasien terhadap dirinya

Penanganan  Body Dysmorphic Disorder

Penanganan terhadap BDD dapat dilakukan dengan kombinasi antara terapi perilaku kognitif dan pemberian obat-obatan. Terapi perilaku kognitif untuk gangguan dismorfik tubuh berfokus untuk membantu penderita mengelola pikiran dan reaksi emosional negatif dengan mengubah pandangan dan kebiasaan/ritual abnormal mengenai penampilan, mengurangi atensi atau fokus pada diri sendiri (self-focused), dan meningkatkan strategi koping yang sesuai.

Selain itu, BDD juga dapat ditangani dengan konsumsi obat-obatan. Meskipun tidak ada obat yang secara khusus disetujui oleh US Food and Drug Administration (FDA) untuk mengobati gangguan dismorfik tubuh, tetapi  obat untuk mengobati kondisi kesehatan mental lainnya, seperti depresi dan gangguan obsesif-kompulsif dapat efektif. Jenis obat yang dapat dikonsumsi penderita BDD adalah Inhibitor Reuptake Serotonin Selective (SSRI). SSRI dapat membantu mengendalikan pikiran negatif dan perilaku berulang serta termasuk yang paling efektif untuk gangguan dismorfik tubuh dibanding dengan antidepresan lain, apabila diminum sesuai dengan dosis yang tepat.


Support Group Penanganan BDD

https://bddfoundation.org
https://bddfoundation.org

The Body Dysmorphic Disorder Foundation, yang berbasis di Inggris, merupakan sumber informasi dan dukungan internasional bagi individu yang berjuang melawan BDD atau yang ingin mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai kondisi ini. Mereka menyediakan berbagai layanan yang dapat diakses melalui kontak email di support@bddfoundation.org. Selain itu, tersedia kelompok dukungan daring (online support group) yang memberikan lingkungan aman untuk berdiskusi lebih lanjut mengenai pengalaman individu dan saling memberikan dukungan serta dorongan.

Program lain yang tersedia adalah Overcoming BDD Program, yang diselenggarakan secara daring selama 20 minggu setiap tahun oleh BDD Foundation. Program ini bertujuan meningkatkan akses terhadap teknik terapi CBT (Cognitive Behavioral Therapy) dan dukungan sebaya. Selain itu, penting juga untuk memperhatikan program yang membantu individu menjalin hubungan yang sehat dengan media sosial. Terkadang, hubungan kita dengan media sosial dapat menjadi masalah; ini terjadi ketika kita menyadari bahwa kehadiran kita di internet atau media sosial membuat kita merasa cemas, tertekan, malu, atau depresi, bukannya bahagia atau antusias.

Ditulis oleh Emmy Kezia dan Enzelika Rahel Sininta.


Referensi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun