Menghabiskan sepanjang hidup kita, bergerak melawan kehendak alam merupakan upaya yang sia-sia serta membuang-buang waktu. Daripada menghabiskan hidup kita dengan upaya untuk menguasai, mengatur dan mengubah kehendak alam, akan lebih baik jika kita menerima hal tersebut dan membiarkannya berlalu layaknya air yang mengalir pada permukaan batu, bergerak menuju samudra.
Samahalnya seperti pembacaan Jeng Bella tentang Bazi yang dapat membaca bleprint seseorang, beberapa orang dilahirkan untuk memimpin dan yang lain di lahirkan untuk mengikuti, beberapa hal harus selalu kaku dan yang lain dapat menjadi fleksibel, beberapa hal secara alami kuat dan besar dan yang lain akan selalu kecil, beberapa hal harus selalu dilindungi dan dipelihara dan yang lain akan menemui kehancurannya. Sang master mampu menerima segala sesuatu sebagaimana adanya, dan karena belas kasih jauhilah pemborosan, berlebihan, dan sesuatu yang ekstrim. Lao Tzu, Tao Te Ching, 29
Bertindak untuk tindakan itu sendiri
Ketika kita dapat mendalami makna dari Wu-Wei, hal tersebut akan menjadi lebih menarik. Kita dapat mengasumsikan bahwa definisi yang paling akurat mengenai Wu-Wei adalah tindakan tanpa usaha, berbeda dari terjemahan konvensional seperti “tanpa-aksi” dan “tidak melakukan apa-apa”. Hal tersebut lebih kepada bertindak dengan aktif, bergerak sesuai jalan, meskipun secara umum disebutkan dengan membiarkan segalanya terjadi.
Dengan tindakan tanpa usaha, kita dapat mengatakan bahwa kita tidak melakukan sesuatu secara berlebihan, melainkan bergerak mengikuti. Kita bergerak mengikuti aliran sungai tanpa mempertimbangkan kemana aliran tersebut akan membawa kita, berlayar pada daerah yang belum dipetakan, dan jangan biarkan ketidaktahuan akan sesuatu menganggu perjalanan. Sepertihalnya kita berenang mengikuti arus, tidak melawannya, membuat jalan yang dilalui semakin lancar, tanpa terbata-bata. Berenang melawan arus membutuhkan usaha yang lebih, sama seperti bergantung pada sebuah batu. Sehingga membiarkan diri kita terbawa arus atau tidak melawan kehendak alam adalah jalan yang baik.
Ketika kita memaksaan sesuatu, masalah akan muncul. Misalnya ketika kita ingin pergi berkencan, orang yang akan kita temui hanya tertarik pada satu hal yaitu mengetahui diri kita seperti apa, orang seperti apa yang mereka temui pada saat itu. Tetapi banyak orang yang melakukan persiapan berlebihan, menganalisa secara berlebihan dan melatih kata-kata yang ingin diucapkan. Makanya kita merasa gugup, tertekan dan khawatir.
Mengapa hal tersebut terjadi? Biasanya terjadi karena kita terlalu fokus pada hasil, Zhuangzi pernah berkata mengenai bagaimana harapan yang berbeda dapat memengaruhi emosi dan tindakan jika kita menggantungkan diri kepadanya.
Menerapkan Filosofi Wu-Wei Dalam Kehidupan
Berbicara mengenai kencan, kebanyakan orang mengingankan kencan yang mereka jalani berjalan dengan sukses, dan ingin orang yang kita ajak berkencan menyukainya. Sehingga muncul tekanan, ada harga yang harus di menangkan, dan jika tidak mendapatkan hal tersebut, kita akan merasa sedih dan galau. Sehingga kencan yang mungkin akan menjadi sesuatu yang menyenangkan, malah menjadi sesuatu yang membuat tertekan, terkesan di paksaan dan penuh dengan kekhawatiran. Dengan pikiran yang berkecamuk dan persiapan yang berlebihan.
Kita menghalangi jalan sendiri, menghalangi kehendak semesta, yang sebenarnya tidak bisa kita kontrol, tidak perduli sedalam apa kita memikirkannya atau persiapan seperti apa yang kita lakukan. Tetapi bayangkan jika kita datang dalam suatu kencan, tanpa persiapan yang berlebihan, tanpa mengharapkan apapun. Sekarang kita bertindak secara natural, spontan, dan tidak memberikan ruang untuk overthingking disitulah kita menerapkan Wu Wei.
Karena tidak ada waktu untuk merencanakan, menganalisis dan segala sesuatu yang terjadi pada saat itu, maka akan terlihat lebih tulus dan tidak kaku. Sehingga, jika kita mampu membiarkan hasil sebagaimana adanya, maka kita akan mampu bertindak tanpa usaha dan lebih responsif terhadap tindakan yang dilakukan.
Memandang Ego Melalui Kacamata Wu-Wei
Jika kita memilih untuk mendalami diri kita lebih dalam, maka kita akan sampai pada ego dan kekosongan yang terdapat didalam diri kita. Karena pengalaman di masa lalu, situasi sosial, atau ideologi kita membentuk diri menjadi seseorang yang memiliki pengetahuan, kebudayaan yang sesuai dengan konteks tersebut. Konteks ini dapat berupa komunitas religius, negara, profesi.