Rupanya, saya sudah sangat lama tidak menulis di Kompasiana. Awalnya, karena tidak bisa log-in dari Firefox dan menjadi keterusan nggak menulis. Oh ya, MasInJer itu adalah grup Masyarakat Indonesia di Jerman yang kami setting tertutup di facebook.Â
Sejauh ini sekitar 1.500 an anggota. Kami cukup aktif berinteraksi, mulai dari tanya-jawab seputar kehidupan di Jerman, jual beli bagasi dari Indonesia ke Jerman dan sebaliknya serta berbagi pengalaman dll.Â
Sempat saya ingin membuatkan account Kompasiana Masinjer beberapa waktu lalu karena ada banyak informasi terkait hidup di Jerman yang bagus untuk dibagikan dalam bentuk tulisan.Â
Sayangnya, saya belum berhasil membuat account tersebut. Jadi kali ini, berhubung masih berdekatan dengan 17-an, saya ingin berbagi (lewat account pribadi saya dahulu) perihal keseruan 17-an kami minggu lalu.
Adalah Berlin yang terpilih untuk tempat berkumpul MasInJer tahun 2019 ini, setelah pertemuan pertama tahun 2018 lalu, yang menang voting grup adalah Munchen dengan event Oktoberfest nya.Â
Rencana berkumpul di Berlin tahun ini sengaja dibuat bisa berdekatan dengan perayaan HUT ke-74 RI. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui, seperti itulah kira-kira tujuannya.Â
Perantau mana coba yang tidak ingin merayakan HUT RI bersama-sama di kedubes nya, bukan? Karena itu, setelah kami dapat informasi perayaan Pesta Rakyat tersebut, kami pun mengatur waktu ketemuan grup MasInJer di tanggal 16 Agustus 2019 kemarin di bekas bandara Tempelhof Berlin.
Belum lagi, tempat bertemu di area barbecue di bekas bandara Tempelhof itu susah ditemukan oleh beberapa teman. Tempatnya luas sekali memang. Bekas bandara itu kini difungsikan sebagai public park, tempat berolahraga dan juga ada 3 tempat untuk barbecue.Â
Di area ini, menjadi salah satu tempat yang diijinkan untuk barbecue di Berlin (karena tidak boleh sembarangan tempat, bisa di denda).Â
Haha. Mau gimana lagi. Maappp...
Keterlambatan saya dan bang Steph (suami) terjadi karena kami sempat agak kelimpungan mempersiapkan makanan-minuman serta peralatan barbecue dan pernak pernik nya. Kami baru tiba di Berlin pukul 01:00 dini hari Jumat itu. Kami baru saja balik liburan, tepatnya sejak tanggal 1 Agustus meninggalkan Berlin.Â
Sabtu pagi setelah sarapan, kami baru belanja. Saya bertugas belanja perlengkapan makan (dari KIK) serta daging halal sebagian dari Netto, selebihnya mesti ke toko Turki.Â
Pagi itu, saya juga membujuk bang Steph untuk mau membelikan meja camping dari Decathlon saat mau berangkat. Kami sudah membawakan meja kecil dari Stuttgart beserta dua dudukan kecil yang bisa berfungsi menjadi meja, tapi setelah saya hitung lagi tampaknya tidak cukup.Â
Karena itu, saya minta tolong dibelikan, hitung-hitung buat investasi pribadi untuk dipakai pergi camping kapan-kapan.
Kami berdua berpencar belanjanya. Berita baiknya, bang Steph ketemu meja seperti yang saya minta, memang lagi rejeki! Malah bang Steph membelikan tambahan 2 kursi lipat camping besar dan 2 kursi lipat kecil. Jadi pengen pergi camping cepat-cepat, padahal baru juga balik. Haha.
Namun kembali saya seolah diingatkan bahwa saat kita berusaha maksimal dan sepenuh hati, apapun itu, pasti bisa. Walau persiapannya serba ekspres, puji syukur, bisa dan cukup.Â
Saya mengingat teman-teman yang sudah mempersiapkan diri untuk ikut berkumpul jauh hari. Memesan hotel dan tiket pp. ke Berlin. Menyiapkan make-up, tambang, kelereng dll. untuk peralatan lomba.Â
Ada yang datang dari liburan langsung terbang ke Berlin, ada yang datang naik pesawat dari wilayah lain di Jerman, bangun subuh dan melakukan perjalanan ratusan kilometer (seperti kami 700 an kilometer lebih sekali jalan) agar Jumat itu bisa berkumpul. Luar biasa, bukan?
Kebersamaan dan rasa saling memiliki itu tidak ada tandingannya. Kami semua punya tujuan yang sama, berkumpul sesama putra-putri bangsa dan merayakan 17an bersama-sama.Â
Dari dana yang kami kumpulkan untuk membeli bahan makanan, Admin berusaha menyisihkan untuk membeli hadiah kecil untuk para pemenang lomba; peralatan yang bisa dipakai sehari-hari dan juga mie instant. Ini penting! Haha. Eh, masih ada bonus, host dari Berlin menyiapkan souvenier dari Berlin.
Diselingi canda tawa saat mempersiapkan barbecue-an, kami mengadakan beberapa lomba. Mulai dari lomba make-up putri, yang dipandu oleh Admin-Bayern, Intan Hutahaean. Dilanjutkan lomba makan sate.Â
Awalnya, kita merencanakan lomba kerupuk, tapi kerupuk (rengginang) nya hancur saat perjalanan. Tinggal dua saja yang utuh. Kerupuk nya mahal lagi, nggak sukses memperkenalkan lomba kerupuk.
Saat kami bertanding, tiba-tiba sudah ada ada anak-anak di kedua ujungnya ikutan menarik tambang. Haha. Ini bagian paling seru dari perlombaan hari itu. Kegunaan tambang nya maksimal, tidak sia-sia dibawa jauh oleh Mbak Mary Klama ke Berlin. Setelah tarik tambang, masih digunakan untuk main lompat tali juga.
Mereka diminta make-up in istri masing-masing, tidak boleh dibantu dan tidak boleh dikasi tau clue nya.Â
Peralatan make-up di taro beberapa jarak dari mereka berempat lalu dikasi waktu 10 menit. Hasilnya? Ada yang bisa dan ada yang bisa banget. Haha. Belum 5 menit bang Steph sudah selesai, katanya sudah tidak tau mau buat apa lagi.
Waktu terasa kurang panjang saat sudah berkumpul. Sudah hampir pukul 20:00, gelap mulai menghampiri dan kami semua mesti kembali ke rumah atau tempat penginapan masing-masing karena besoknya, kami akan bergabung dengan masyarakat Indonesia di Jerman lainnya untuk merayakan HUT ke-74 RI di Wisma kedubes Jerman.
Pesta Rakyat 2019 digelar mulai pukul 11:00 sampai pukul 16:00. Selain hiburan dari dalam dan luar Indonesia yang didatangkan oleh KBRI Jerman, masyarakat Indonesia yang hadir juga dimanjakan oleh masakan nusantara yang bisa dibeli dari booth yang ada.Â
Mulai dari jajanan pasar, bakso, masakan Bali, sate Padang dll. Wuih, siapin perut kosong. Kapan lagi dapat seperti itu di Jerman, bukan? Saya sempat mencoba sate Padangnya, enak banget.
Apa yang beda dari perayaan tahun lalu? Tahun lalu, semua makanan gratis disediakan oleh KBRI Jerman. Tahun ini, tidak. Dan yang saya perhatikan lagi, tahun ini, tidak ada lagi makanan terbuang di piring seperti tahun lalu.Â
Untuk ini, saya mendukung KBRI. Alokasi dana seperti itu, tentu akan lebih bermanfaat jika digunakan untuk hal yang lebih tepat dan lebih penting lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H