Mohon tunggu...
Denny Boos
Denny Boos Mohon Tunggu... Administrasi - Profesional

Perempuan asal Tobasa. Menyukai hal-hal sederhana. Senang jalan-jalan, photography, sepedaan, trekking, koleksi kartu pos UNESCO. Yoga Iyengar. Teknik Sipil dan Arsitektur. Senang berdiskusi tentang bangunan tahan gempa. Sekarang ini sedang ikut proyek Terowongan. Tinggal di Berlin.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

[Potret] Berlin, Perihal Menggantung Sepatu di Pohon

16 Februari 2016   05:52 Diperbarui: 16 Februari 2016   17:53 916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih dalam upaya mencari refrensi, Wikipedia menyebutkan, bahwa tradisi melempar sepasang sepatu ke kabel listrik atau pohon ini banyak di temui di Amerika dan Kanada serta dibeberapa negara lainnya. Entah kapan asal mulanya, entah apa tujuan awalnya, saya belum menemukan. Namun berbagai pendapat menyebutkan, ini semacam bahasa sandi. Bisa berupa hal serius dan bisa juga sekedar "fun". Seperti disebutkan contoh yang saya kutip: disatu kondisi, menggantung sepasag sepatu ini bisa menandakan seseorang yang telah meninggal, atau ada yang lain lagi, melempar sepatu ketika akan mengawali hidup baru di sebuah kota baru, lalu di belahan Eropa Timur justru memasukkan perihal menggantung sepatu tersebut menjadi perlombaan (olahraga), atau lagi, di budaya Arab yang menganggap melempar sepatu ke orang itu justru penghinaan seperti saat Presiden George W. Bush dilempar sepatu oleh kameramen Irak lalu ditangkap dan dipenjara.

Jadi, boleh juga lah dipahami dan dimasukkan dalam kriteria, perihal menggantung sepatu seperti apa yang diliput tv Jerman itu...

Sah-sah saja, bukan?

[caption caption="Lemparnya benar-benar sekuat tenaga ini..."]

[/caption]

Kalau baca cerita dibalik menggantung sepatu dari berbagai negara ini, memang unik. Hanya, nggak kepikir saja gimana jadinya kabel listrik atau pohon di tengah kota ketika ada tergantung beberapa pasang sepatu. Apa betul terlihat indah? Berapa lama kabelnya bisa bertahan?

Namun membaca refrensi terkait, sepertinya masyarakat dimana budaya itu ada, pada akhirnya bisa menerimanya menjadi sebuah adat karena tau cerita di balik hal tersebut. Ya, pada akhirnya melihatnya sebagai sesuatu hal yang unik dan indah juga.

Cuma jadi kepikir lagi yang lain, mari memelihara ke-khas-an yang kita miliki, termasuk bahasa. Nggak kebayang karena sudah kehilangan bahasa, sampe lempar-lemparan sepatu. Eh! Maksudnya, ternyata bahasa menyampaikan sesuatu itu beragam. Mari melestarikan semua hal positif yang bisa dilestarikan, mungkin itu pesan dari urusan gantung menggantung sepatu ini...

[caption caption="Orang-orang yang tidak ingin dilempar sepatu, juga sepatunya nggak mau dilempar"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun