Mohon tunggu...
Denny Boos
Denny Boos Mohon Tunggu... Administrasi - Profesional

Perempuan asal Tobasa. Menyukai hal-hal sederhana. Senang jalan-jalan, photography, sepedaan, trekking, koleksi kartu pos UNESCO. Yoga Iyengar. Teknik Sipil dan Arsitektur. Senang berdiskusi tentang bangunan tahan gempa. Sekarang ini sedang ikut proyek Terowongan. Tinggal di Berlin.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Tiga Minggu Menjelajah Skandinavia dengan Mobil Caravan

10 Februari 2016   15:43 Diperbarui: 10 Februari 2016   17:55 1379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada daerah-daerah di Norwegia yang tidak memungkinkan dijangkau dengan darat, solusinya pakai kapal dulu nyeberang baru melakukan perjalan darat kembali. Nah, ketika nyeberang seperti ini, biasanya biaya nyeberang mobil bisa lebih dari 10 kali tiket orang.

3. Biaya Parkir Mahal

Selain terkadang sulit menemukan parkir, biaya parkir cukup mahal di beberapa kota yang kita kunjungi, contohnya di Copenhagen dan Oslo. Dengan pertimbangan ini, kita tinggalkan caravan nya di camping area dan memiliih Oslo pass untuk menjelajah Oslo, misalnya.

Ya, sementara itu dulu yang saya ingat ya. Asyik pokoknya melakukan perjalan panjang seperti ini dengan mobil caravan, lebih banyak untungnya daripada enggak nya. Pantas saja orang-orang Barat yang travelholic benar-benar memanfaatkan cara ini dengan maksimal walau harus dibayar capek. Mereka mau susah-susah dengan caravan atau bahkan naik motor menjelajah (Eh, ketemu orang dari Belanda naik motor saat di Norwegia, nyentrik banget dah itu si abang).

Dan kembali lagi, sebenarnya itu semua didukung oleh kesadaran negara-negara akan potensi pariwisata yang dimiliki, fasilitasnya dibenahi. Coba di Norwegia, di daerah sangat kecil pun, kita menemukan tempat membuang tangki WC, tersedia air bersih, penduduk bisa bahasa Inggris, jadi yang ingin travelling sudah dimudahkan lebih duluan dan nggak takut kalaupun sampai nyasar. Kapan giliran Indonesia ramah fasilitas dengan traveller semacam ini?

(Jadi, saat itu saya jadi tau, kenapa pulang liburan justru naik 2 kilo. Karena kita nyetok makanan banyak, masa mau dianggurin kan yah?) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun