Kuliah di Jerman diimpikan oleh banyak generasi bangsa kita. Mengingat lulusan Jerman yang sudah cukup diketahui kualitasnya di negara kita, semisal mantan Presiden kita, Pak Habibie yang sudah tidak diragukan lagi kemampuannya dibidang transportasi (teknologi pesawat terbang), atau, top designer mercedes Jerman yang salah satunya adalah orang Indonesia, atau lagi, dokter ahli yang hanya baru dipegang 4 orang di Jerman (dan salah satunya adalah orang Indonesia) [1], bisa jadi salah satu penarik minat dari banyak mahasiswa Indonesia untuk menimba ilmu di negeri Angela Merkel ini.
Â
Disamping dikenal dengan jurusan teknik dan kedokterannya yang bagus, biaya hidup kuliah di Jerman relatif lebih murah dibanding Inggris, Belanda, Jepang dan Amerika. Karena itu, minat untuk melanjutkan study ke Jerman semakin meningkat, seperti dicatat oleh Lembaga Statistik Jerman, pada winter semester 2006/2007 bahwa „di seluruh universitas dan sekolah tinggi di Jerman tercatat 2537 mahasiswa yang berasal dari Indonesia dan hampir 500 orang di antaranya adalah mahasiswa semester pertama.“ Dan dari data tersebut 70% dari mahasiswa yang datang ke Jerman dalam 20 terakhir adalah mengambil jurusan teknik.
Â
Banyak cara untuk bisa meraih mimpi kuliah di Jerman. Dengan mencari peluang beasiswa atau biaya sendiri. Dua kondisi tersebut pada akhirnya bermuara pada satu keadaan: pertanggungjawaban kita terhadap study.
Â
Mencari peluang beasiswa
Â
Sampai saat ini, mencari peruntungan di beasiswa adalah salah satu cara yang paling diminati. Disamping karena proses mendapatkannya perlu perjuangan tersendiri, juga mengurangi beban moral, telah menghabiskan dana orang tua yang tidak sedikit. Satu hal yang perlu diperhatikan, bentuk kontrak antara si pemberi dan si penerima beasiswa, dimana ada yang memberlakukan sistem kontrak (terikat) setelah akhir masa study tapi ada juga yang tidak.
Â
Kontrak perlu dipahami dengan baik. Karena ada beberapa kasus, semisal, setelah si penerima beasiswa menyadari kontrak tidak menguntungkan dirinya, pada perjalanan study akhirnya memutuskan kontrak yang disetujui di awal study, dan berujung dikenakan denda. Atau si penerima beasiswa menghilang dan tidak pulang ke tanah air, berujung si pemberi beasiswa menjadi kecarian. Dan yang pasti, tidaklah bijak jika seseorang yang berpendidikan tinggi pada akhirnya main kucing-kucingan dengan si pemberi beasiswa, apapun alasan dibalik itu. Jadi, alangkah baiknya jika merasa tidak bisa menyanggupi yang disyaratkan, mencoba berjuang dengan cara sendiri tanpa merugikan pihak lain adalah salah satu pilihan.
Â
Selanjutnya, untuk mendapatkan informasi tentang beasiswa di Jerman bisa didapatkan dari berbagai sumber, seperti:
Â
1.Kedutaan besar Jerman-Indonesia.
Â
Â
Â
Informasi terkait beasiswa serta jurusan yang dibuka universitas di Jerman biasanya akan diperbaharui secara berkala di website resmi kedutaan di Jakarta atau bisa dilihat langsung di website KBRI Berlin-Jerman, atau lewat website resmi, semisal daad (German Academic Exchange Service). Dan ada baiknya, setahun sebelum keberangkatan ditanyakan langsung ke kedutaan di Jakarta tentang informasi yang dibutuhkan agar lebih memantapkan persiapan. Karena proses memilih, melamar universitas, lalu mencari beasiswa pun perlu waktu, belum lagi, ada banyak dokumen yang perlu dipersiapkan. Jadi, semakin cepat mengetahui informasi yang diperlukan, tentu akan semakin baik.
Â
2. Tempat Kursus