Â
1. Memiliki kemampuan berbahasa Jerman
Â
Walaupun program study master atau doktor yang kita ambil adalah dalam bahasa Inggris, jika ada keinginan menambah uang saku dengan bekerja paruh waktu, maka, berbahasa Jerman adalah syarat yang tidak bisa ditawar. Sebagai mahasiswa, di Jerman kita mendapatkan ijin bekerja maksimal 90 hari dalam setahun. Dimana, penghasilan 400 euro per bulan dibebaskan pajak untuk program bachelor dan master, dan untuk program doktoral dua kali lipatnya. Namun, tidak berarti tidak bisa berpenghasilan lebih, hanya, pada akhir tahun dikenakan pajak, itu saja.
Â
2. Didukung nilai akademis yang baik
Â
Sudah uang pas-pasan, masa iya nilai akademis juga pas-pasan? Lalu apa lagi yang kita bisa tawarkan untuk si pemberi pekerjaan kelak? Hehehe. Ya, maksudnya, mari kita tunjukkan usaha serta perjuangan kita untuk mendapatkan nilai yang bagus. Nilai bagus berarti ada usaha dilibatkan didalamnya, tidak selalu karena pintar secara akademik. Tidak muluk rasanya mengatakan bahwa nilai akademis perlu, memang hanya ibarat tiket untuk memasuki dunia kerja. Disamping itu, tidak menutup kemungkinan bahwa kita juga bisa bekerja jadi asisten lab atau bekerja sama Professor saat masa study (dimana sebagian institute ada yang meminta nilai akademis).
Â
3. Hilangkan gengsi
Â
Jika memutuskan bekerja paruh waktu, mari merendahkan hati saja dengan segala jenis perkerjaan yang ada. Jadi pramusaji, pencuci piring di restoran atau bekerja di pabrik, kerjakanlah dengan senang hati. Jangan membawa rasa nyaman dari Indonesia (yang dilayani asisten rumah tangga dan diantarkan oleh supir), karena itu tentu akan menambah beban di pundak. Intinya, diterima saja dengan anggapan menambah pengalaman, toh ini hanya sementara. Mari belajar dari mahasiswa Jerman yang juga berupaya membiayai kuliah sendiri dengan bekerja paruh waktu atau bekerja saat musim panas.
Â
4. Bersosialisasi
Â
Bina hubungan yang baik dengan siapa saja, dengan teman Indonesia juga teman bangsa lain. Tidak hanya untuk keperluan informasi semata, namun, untuk mengembangkan diri, termasuk mempelajari budaya setempat. Pepatah mengatakan, dimana langit dipijak disitu langit dijunjung itu tetap berlaku. Disamping, orang Jerman tidak ubahnya seperti kita, mereka juga sangat membantu dan mau berbagi. Bagaimana akan dibantu dan berbagi? Tentu karena terhubung sebagai teman. Dan yang pasti, mereka juga senang ketika kita menunjukkan ketertarikan dengan budaya mereka, yang mungkin diawali dengan bahasa.
Â
5. Berhemat
Â
Biaya tinggal di apartemen privat (dikelola swasta) akan berbeda dengan di asrama mahasiswa (diberi tunjangan oleh pemerintah Jerman), jadi, selama masih ada kemungkinan tinggal di asrama, mungkin ada baiknya tinggal di asrama saja. Lalu, makan di mensa (kantin mahasiswa) tentu akan lebih mahal dibanding masak sendiri. Juga, kalau ingin berbelanja sandang misalnya, tunggu saat penawaran di akhir musim, pasti akan sangat berhemat banyak. Tidak usah malu, karena barang yang ditawarkan tetap sama hanya waktu saja yang berbeda.
Â
***