Di antara jembatan dan gedung tinggi,
Syahdu hidup kita terlihat,
Sebagai bukti kekejaman yang menyilau,
Tapi dalam hati kita, itu hanya sekadar bukti.
Jembatan, laksana langit-langit kepada kita,
Menghubungkan kedua belah ujung,
Gedung tinggi, pohon-pohon yang tak terkubur,
Berdiri di atas tanah yang menderita.
Dalam syahdu tersebut, kita berpikir,
Apakah kita tetap di sini,
Atau kita harus melaju ke sana-sini,
Untuk menghilangkan kekejaman yang diinginkan.
Gedung tinggi, simbol kejam yang tetap,
Jembatan, jalan terbuka untuk semua,
Antara keduanya,
Kita menemukan kebenaran yang tak terbacalah.
Kata-kata syahdu ini, mengucapkan kekejaman,
Antara jembatan dan gedung tinggi,
Mengingat kita untuk tidak lupa,
Bahwa kita harus bertambah pengetahuan.
Di antara jembatan dan gedung tinggi,
Syahdu hidup kita terlihat,
Namun dalam hati kita,
Kuat dan tetap dalam menghadapi masa depan.
Jakarta, 6 Maret 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H