Mohon tunggu...
Emma Megawati
Emma Megawati Mohon Tunggu... Guru - Guru Biologi SMA IT Qardhan Hasana Banjarbaru

sebagai guru biologi, saya juga memiliki aktifitas sebagai guru atau pembimbing tari dan seni teater. teater yang saya angkat adalah teater tradisional yaitu Mamanda dan Japin bekisah. Mamanda merupakan teater tradisonal Kalimantan selatan yang harus terus dilestarikan. selain bidang seni saya juga sangat tertarik dunia sastra terutama dalam membuat tulisan. sejak dulu saya sangat tertarik dengan dunia tulisan akan tetapi tidak memiliki keberanian untuk mencoba. Dan Alhamdulillah sejak tahun 2020 saya mencoba mulai menulis samai sekarang dan semoga saja keinginan saya untuk menulis sebuah buku dapat terwujudkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Diri

28 Oktober 2022   20:30 Diperbarui: 28 Oktober 2022   20:37 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada Intinya,  anak atau murid harus dituntun untuk mengembangkan dirinya sesuai kodrat dan potensinya dengan penuh perhatian, kasih sayang yang tulis , mendampingi, merawat dan menjaganya serta doa dan harapan untuknya.

Maka guru tidak hanya memandang sistem among sebagai suatu metode atau sistem saja, tetapi lebih dari itu yaitu sebagai cara berpikir ( mindset) Among. Juga penting disadari oleh kita sebagai pendidik. Guru yang memiliki karakter dan dihormati murid, guru yang memiliki kemampuan mengelola dan mengembangkan kemampuan sosial emosional. Sehingga keberpihakan kepada murid dapat terwujudkan.

3. Pembelajaran berrpusat pada anak dan Pendidikan budi pekerti

Dari kutipan tulisan Ki hajar Dewantara " Bebas dari segala ikatan dengan suci hati mendekati sang anak, bukan untuk meminta sesuatu hak, melainkan untuk Berhamba pada sang anak "(Ki Hajar Dewantara, 1922)" [Asas Taman Siswa ke-7, diparafrasakan Profesor Sardjito, Rektor Universitas Gajah Mada di penganugrahan Doktor Honoris Causa kepada Ki Hajar Dewantara di bidang Ilmu Kebudayaan, Desember 1956.]

Selayaknya orang tua tentu berhamba kepada sang anak dan dengan seiklhas-ikhlasnya cinta kasih sayang untuk anak-anaknya tentu begitu juga yang diharapkan oleh anak didik kita sehingga tidak ada rasa benci maupun dendam kepada murid  dan sebaliknya.

Kata Menghamba tentu terasa sangat begitu asing ditelinga kita dan berasumsi negatif, Akan tetapi hal tersebut bukanlah kita harus menuruti apapun kemauan murid-murid kita tetapi disini lebih kepada pemberi layanan optimal yang didasari keikhlasan dan ketulusan. Dan perlu kita ingat  didalam memberikan layanan kepada murid , guru juga berperan sebagai penuntun. Guru tidak harus menuruti semau kemauan dan permintaan muridnya karena jika itu salah atau negatif maka guru wajib menuntunnya untuk memberikan pemahaman bahwa itu salah sehingga tidak dapat dituruti. Dan jika hal itu bagus maka perlu diberikan apresiasi sebagai bentuk pengharagaan kepada mereka.

Sebagai pusat pembelajaran anak seharusnya dapat dengan mudah menerima dan berperan aktif dalam pembelajaran. Kita sebagai guru  berupaya untuk memfasilitasi  seluruh aspek perkembangan anak didik. Salah satunya dalam proses pembelajaran selaaknya kita memperhatikan cara atau gaya belajar anak sehingga anak akan mendapatkna suanasa belajar yang menyenangkan, rasa dihargai , bebas mengeluarkan ide, berfikir kreatif  dapat mengembangakn dirinya sesuai dengan gaya atau bakat/ minat  mereka sendiri.

Dalam teorinya yaitu Teori Konvergensi, KHD menggabungkan dari dua teori yang ada yaitu teori tabularasa dan teori negatif yang isinya menjelaskan bahwa " anak bukan kertas kosong yang bisa digambar sesuai dengan keinguinan orang dewasa". Kodrat manusia sebagai suatu kertas yang sudah terisi dengan tulisan yang samar dan belum jelas arti dan maksudnya maka tugas pendidik  untuk memperjelas dan menebalkan garis samar-samar agar dapat memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia seutuhnya.

Pertaanyaan sekarang, bagaimana cara menebalkannya ? tentu cara menebalkan laku anak dengan kekatan konteks diri anak dan konteks sosio-kultural.

Untuk konteks diri anak tentu disesuaikan dengan tahap perkembangan anak itu sendiri, anak 0 sampai 8 tahun tentu pola pengasuhannya berbeda dengan anak 8 -- 16 tahun begitu  juga dengan 16 -24 tahun. Sedangkan menebalkan laku anak dengan kekuatan konteks sosio kultur yaitu disesuaikan dengan Kondisi lingkungan anak itu berada. Seperti di kalimantan selatan 3 ( tiga) kata yang selalu kami ucapkan kepada anak-anak baik kecil maupun besar sebagi bentuk doa , pengharapan dan cinta kasih orang tua kepada anak-anaknya yaitu " Baiman-Bauntung-Batuah". 

Kata Beiman dalam bahasa indonesianya artinya Beriman, diharapkan anak-anaknya  memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga menjadikan manusia-manusia yang berakhlak mulia serta memiliki budi pekrti yang luhur. Kata Bauntung atau Beruntung artinya anak-anak mereka bakal menjadi orang yang selalu beruntung dalam mejalani hidupnya, karena bagi masyarakat banjar, orang pantai  akan kalah nasibnya dengan orang yang beruntung dan orang yag beruntung tentu akan dijauhkan dari segala kesialan-kesialan. Kata Batuah artinya memiliki karomah atau inerbeuty atau pancaran pesona yang dapat membuat ketertarikan dalam hubungan kerja sama sehingga terjalin komunikasi yang lancar. Dengan doa dan pengharapan tersebut maka diharapkan anak-anak semuanya memiliki budi pekerti yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun