Mendidik dan Mengajar adalah dua hal yang selalu bersama-sama dan tak bisa dipisahkan, namun itu hanya sebagai teori semata-mata karena pada  kenyataanya  masih banyak diluar sana yang hanya berfokus pada proses mengajar saja tanpa melibatkan proses mendidik.  Mengapa hal itu terjadi, tentu banyak faktor yang mempengaruhinya, salah satunya yaitu ketidakpahaman akan arti keduanya. Orang menganggap bahwa mengajar adalah proses mendidik, sehingga banyak terjadi kesalahan atau miskonsepsi dalam pelaksanannya.  Contoh yang sering kita temuai dilapangan, bahwa banyak guru-guru yang hanya berfokus untuk mentransfer ilmu kepada murid muridnya tanpa memperhatikan bagiamana kondisi murid itu sendiri.
Kesalahan tersebut diperparah lagi dengan doktrin turun temurun bahwa anak ( murid) itu ibarat kertas kosong yang dapat di isi atau ditulis oleh orang tua atau pendidik( guru)  baik pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan  yang mereka inginkan, oleh sebab itu keterpurukan dunia anak-anak semakin dalam dan menyedihkan. Hal inilah yang dapat kita rasakan bersama, hampir  bertahun-tahun bergelut dalam dunia pendidikan baru sekarang memahami bahwa mendidik dan mengajar adalah  dua hal yang berbeda namun saling menguatkan.Â
Begitu juga dengan saya selama ini , saya  beranggap  bahwa murid adalah objek pendidikan yang dapat dibentuk sesuai kehendak guru, terkadang saya juga hanya berfokus bagaimana cara agar materi dapat tersampaikan semua  dan berharap semua murid -- murid bisa menguasainya dan mendapatkan nilai yang tinggi. Dengan pemikiran seperti itulah yang kadang membuat saya  menjadi galau, terkadang sedih dan marah karena apa yang  diharapkan tidak sesuai harapan dengan kata lain belum mendapatkan nilai yang tinggi atau tercapai dengan maksimal.Â
Karena semenjak  memasuki dunia pendidikan  sampai sekarang , belum pernah mendalami atau mendapatkan pembelajaran tentang filosofi pendidikan itu sendiri . Sehingga ibarat berjalan hanya tahu arah dengan mengikuti jalan yang ada tanpa tahu apa maksud dan tujuan yang ingin dicapai.Â
Namun itu dulu, sekarang pemikiran saya sudah berubah seiring dengan ilmu yang didapatkan saat mengikuti  pendidikan guru penggerak.  Pada program awal pendidikan guru penggerak  yaitu Modul 1, saya mendapatkan ilmu yang sangat luar biasa yang tentunya memberikan saya pandangan dan wawasan yang luas tentang  filosofi pendidikan khususnya menurut pemikiran  Ki Kajar Dewantara.Â
Jujur bagi saya hanya tahu bahwa Ki Hajar Dewantara adalah pahlwan pendidikan yang memprakarsai berdirinya taman siswa dan 3 semboyon yang sebatas tahu dan di dengar tanpa tahu arti  dan makna di dalamnya. Sedih memang selama ini tidak mau berusaha mencari tahu, akan tetapi sekarang saya bersyukur kepada  Allah telah  memberikan jalan agar tidak tersesat selamanya yaitu dinyatakan lulus sebagai calon guru penggerak yang tentunya  ini adalah langkah awal untuk menuju gerbang perubahan diri dalam dunia pendidikan.Â
Modul 1.1. ini sungguh sangat pas dan tepat diberikan diawal kepada kami para CGP ( calon Guru Penggerak)  dimana pada modul ini kami diberikan kesempatan untuk mengenal konsep pendidikan Ki Hajar Dewanta dengan  menyimak  video singkat dan juga  berdiksusi tentang kondisi pendidikan pada zaman kolonial serta perjalanan KHD ( Ki Hajar Dewantara )  sejak pembentukkan perguruan taman siswa sampai pada  pemikiran-pemikiran KHD tentang bagimana menjadi manusia merdeka.Â
Setelah mempelajari Moduul 1.1. maka dapat saya ambil 3 garis besar inti sari filosofi pendidikkan  Menurut Ki Hajar Dewantara:
1. Pendidikan adalah Tuntunan.
Menurut KHD pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi menurut KHD (2009), "pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya"