Saat ini, Ananda Sukarlan telah melahirkan puluhan aransemen Rapsodia Nusantara yang terbagi dalam Rapsodia. Menurut Ananda, melalui Rapsodia Nusantara akan membawa identitas Indonesia ke ranah internasional juga," (Dari berbagai sumber pemberitaan dan literasi)
Bertepatan dengan hari Ibu, Konser Mega Rangkaian  Rapsodia Nusantara Ananda Sukarlan menampilkan denting piano yang mengiringi suara emas Tenor Nikodemus Lukas membawakan lagu dari puisi-puisi Perempuan antara lain Phillis Wheatley, Slave Penyair dari Kolonial Amerika yang memiliki latar belakang yang tidak biasa lahir di Afrika (mungkin Senegal) sekitar 1753 - 1754.
Seorang budak belia 8 tahun yang diculik dan dibawa ke Boston kemudian dibeli John Wheatley untuk istrinya, Susanna, pada thn 1761 sebagai pelayan pribadi, dan dia diberi nama keluarga Wheatley. Keluarga Wheatley mengajarkan bahasa Inggris dan Kristen. Phillis mempunyai kecerdasan  dan daya tangkap cepat, mereka juga mengajarinya beberapa sejarah Latin, kuno, mitologi dan sastra klasik.
Setelah Phillis Wheatley mendemonstrasikan kemampuannya, keluarga Wheatleys, yang jelas merupakan keluarga budaya dan pendidikan, mengijin Phillis sejak 1765 untuk belajar dan menulis puisi, sejak 1765.
Phillis Wheatley memiliki pembatasan lebih sedikit daripada yang dialami kebanyakan budak - tetapi dia masih seorang budak. Situasinya tidak biasa. Dia bukan bagian dari keluarga Wheatley putih, dia juga tidak cukup berbagi tempat dan pengalaman dari budak lain.
Pada tahun 1767, the Newport Mercury menerbitkan puisi pertama Phillis Wheatley, sebuah kisah tentang dua orang yang hampir tenggelam di laut, dan iman mereka yang teguh pada Tuhan. Elegentnya untuk penginjil George Whitefield, memberi perhatian lebih pada Phillis Wheatley.
Selain puisi Phillis Lukas juga menampilkan beberapa karya perempuan Indonesia yakni Helvytiana Rosa, Emi Suy, Medy  Loekito dengan indah dan memukau. Juga penampilan Pinanis belia Kevin Trisna dan Pianist kecil Kayleen Chan yang menakjubkan.
Dalam Konser Desember In Sriwijaya ini Puisi berjudul Malam (Emi Suy) yang dinyanyikan suara emas  Tenor Nikodemus Lukas diiringi denting piano Mas Ananda  Sukarlan dan nyanyian alam semesta. Saya berpendapat konser yang luar biasa ini tak hanya spectacular namun membawa para penikmatnya rekreasi ke masa lampau.
Komunikasi beberapa arah terjalin lewat denting piano. Komunikasi antara penikmat musik dengan masa silam, dengan semesta, dengan pianist. Pianis dengan masa silam. Seolah hanyut terbawa satu keadaan yang tak hanya merinding, menggetarkan jiwa namun meleleh air mata.
Bagi kawan2 yang ketinggalan nonton konser ini bisa dibuka link channel You Tube Budaya Kita dibawah ini.
 https://m.youtube.com/watch?v=c1tu82vyhu4