Secara umum, agama merupakan sistem yang mengatur kepercayaan serta peribadatan kepada Tuhan serta tata kaidah yang berhubungan dengan adat istiadat atau budaya yang menghubungkan manusia dengan tatanan kehidupan.
Agama pertama kali ada pada zaman praaksara. Agama yang berawal dari masa praaksara berupa agama animisme yang percaya akan makhluk-makhluk halus dan roh nenek moyang yang ada sebelum manusia purba itu sendiri ditemukan, agama dinamisme yang percaya bahwa benda yang memiliki kekuatan atau daya memiliki kekuatan gaib, totemisme merupakan kepercayaan dimana suatu makhluk hidup dianggap suci maupun membawa kejahatan bagi orang sekitar.
Seiring jalannya waktu, manusia lalu mengenal istilah Tuhan, satu-satunya pencipta alam semesta yang memiliki posisi tertinggi di kerajaan surga. Hal-hal ini timbul dikarenakan rasa takut manusia, termasuk kurangnya ilmu pengetahuan manusia pada masa praaksara.
Pada masa praaksara, manusia tidak memiliki ilmu pengetahuan yang cukup baik untuk menjelaskan fenomena yang terjadi di alam pada saat itu, hingga ada yang merasa takut dan mempercayai bahwa adanya sebuah roh yang melindungi, ada juga yang mempercayai bahwa fenomena-fenomena alam tersebut terjadi akibat amarah roh nenek moyang mereka, timbullah animisme.
Agama yang didapatkan berawal dari zaman praaksara yang terdapat Indonesia. Terdapat 2 zaman yaitu zaman batu dan zaman logam. Zaman batu, zaman ini disebut dengan zaman batu dikarenakan benda yang dibuat manusia cenderung menggunakan batu-batu.
Sedangkan zaman logam disebut dengan sebutan zaman logam karena lebih terkenal dengan bahan awal yang digunakan untuk membuat barang lebih kuat yang diperlukan. Terdapat 3 zaman yang terdapat dalam zaman logam ini. Di dalam zaman batu, terdapat 4 zaman yang ada dalam zaman tersebut, antara lainnya adalah:
Zaman Paleolitikum
Zaman paleolitikum atau zaman baru tua yang memiliki kehidupan yang sangat sederhana namun lambat. Di dalam zaman ini, manusia purba menggunakan alat berupa batu kasar yang dibuat menjadi senjata seperti kapak genggam atau chopper dan alat-alat yang terbuat dari tulang dan tanduk rusa.
Benda ini juga merupakan alat manusia purba yang pertama kali digunakan mereka. Kelompok manusia purba di masa paleolitikum terdiri dari anggota yang banyak dan membutuhkan makanan yang banyak sehingga persediaan hewan liar dan umbi-umbian akan cepat habis.
Oleh karena itu, tempat tinggal mereka berpindah-pindah atau nomaden, mereka akan mencari daerah tanah yang masih subur dan banyak menyediakan bahan makanan yang lain. Hal ini akan berlangsung secara terus menerus.
Manusia purba pada saat itu sangat bergantung pada keadaan alam yang mereka tempati untuk memenuhi kebutuhan hari-hari mereka. Makanan yang mereka peroleh hanya melalui umbi-umbian dan juga beberapa daging hasil dari perburuan lalu dikumpulkan dan dimakan dengan bersama-sama manusia purba lainnya.
Zaman Mesolitikum
Zaman Mesolitikum atau zaman batu tengah dikenal sebagai zaman dimana manusia purba berburu dan mengumpulkan tingkat lanjut. Manusia purba pada zaman ini pada saat mencari makan mereka akan berburu hewan-hewan besar, meramu kayu-kayuan, dan juga bercocok tanam.
Mereka juga menerapkan kehidupan nomaden yang artinya tidak tetap. Jadi manusia-manusia akan selalu berpindah dari satu tempat ke tempat lain, biasanya mereka tinggal di goa atau tepi pantai. Dikarenakan pada zaman ini sudah ada lukisan tembok, kapak persegi menhir, dan juga kubur batu, zaman mesolitikum ini dapat dibilang unik.
Di dalam masa mesolitikum, kehidupan manusia purba memiliki sosial yang telah menerapkan pemberlakuan norma dan aturan. Sistem yang mereka gunakan pada masa itu adalah sistem hukum rimba yang dimana mereka akan memilih yang paling kuat dari yang terkuat menjadi pemimpin atau ketuanya.
Zaman Neolitikum
Zaman neolitikum atau zaman batu muda terkenal dengan masa bercocok tanamnya. Manusia Memulai aktivitas pertanian menggunakan alat-alat pertanian yang terbuat dari batu. Zaman neolitikum yang dimulai dengan perubahan tradisi yang awalnya mengumpulkan makanan menjadi menghasilkan makanan.
Manusia purba pada zaman ini menghasilkan makanan sendiri dengan mulai menanam tanaman buah, sayur, dsb untuk mencukupi kehidupan sehari-harinya sedangkan hewan yang mereka tangkap seperti sapi, kerbau, kuda, babi, unggas, dll akan dipelihara dan diternak.
Di dalam masa mesolitikum, kehidupan manusia purba memiliki sosial yang telah menerapkan pemberlakuan norma dan aturan. Sistem yang mereka gunakan pada masa itu adalah sistem hukum rimba yang dimana mereka akan memilih yang paling kuat dari yang terkuat menjadi pemimpin atau ketuanya.
Manusia purba zaman neolitikum pada saat itu juga telah mengenal sistem tukar menukar atau barter. Terdapat beberapa hasil barang dari masa ini, diantaranya adalah kapak persegi, kapak lonjong, mata panah, perhiasan-perhiasan, dan juga gerabah.
Zaman Megalitikum
Zaman megalitikum atau zaman batu besar merupakan zaman yang menghasilkan barang kebudayaan yang berupa batu-batu yang berukuran besar. Pada zaman ini, budaya pembuatan alat-alat dari batu telah bergeser untuk keperluan kepercayaan, yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang. Mereka membuat benda-benda dari batu dalam ukuran besar.
Barang tersebut tidak lain dari menhir, dolmen, kubur batu, sarkofagus, waruga, dll. Hal ini diakibatkan karena kebudayaan masyarakat masa megalitikum yang sudah meningkat, sehingga mereka mulai membuat kebudayaan dengan batu-batu besar.
Batu-batu besar ini digunakan sebagai sebuah medium untuk menghormati dan memuja roh-roh nenek moyang. Dalam masa inilah puncak kepercayaan masa praaksara. Masyarakat-masyarakat percaya bahwa bencana-bencana terjadi akibat amarah roh-roh nenek moyang. Ada banyak sekali peninggalan batu-batu besar yang dibuat di masa megalitikum yang masih berdiri sampai sekarang.
Setelah zaman batu, terdapat juga zaman logam atau yang biasa dikenal dengan zaman perundagian. Zaman logam merupakan periode yang di mana manusia praaksara telah menemukan mineral logam dan menggunakannya sebagai alat dan bahan barang yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari yang dibutuhkannya. Zaman ini dibagi menjadi 3 zaman diantaranya:
Zaman Perunggu
Zaman perunggu. Zaman ini disebut sebagai zaman perunggu karena barang yang dibuat merupakan barang yang menggunakan bahan dasar perunggu. Peralatan yang dihasilkan pada zaman ini berupa kapak perunggu yang berbentuk corong, nekara, bejana perunggu, perhiasan, dan arca-arca yang terbuat dari perunggu.
Zaman Tembaga
Zaman tembaga merupakan zaman dimana manusia mulai membuat barang-barang menggunakan tembaga sebagai alat keseharian mereka, namun zaman ini tidak terjadi di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan tidak ditemukannya peninggalan barang yang terbuat dari tembaga. Dikarenakan tidak adanya zaman tembaga di Indonesia, setelah zaman perunggu Indonesia langsung memasuki zaman besi.
Zaman Besi
Zaman besi, manusia pada zaman ini membuat barang menggunakan biji-biji besi yang kemudian di leburkan di dalam cetakan yang berbentuk berbagai bentuk barang yang diperlukan. Zaman ini tentu memiliki barang yang lebih sempurna dibandingkan dengan zaman perunggu maupun tembaga.
Barang yang dihasilkan berupa tombak, mata panah, sabit,mata pisau,kapak,pedang dan mata bajak. Meski lebih sempurna, pada saat ditemukan alat yang terbuat dari besi juga memiliki kekurangan yaitu sebagaimana barang yang terbuat dari besi akan cepat berkarat dan mudah hancur jika ditinggal terlalu lama. Manusia purba pada zaman ini masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme.
Walau menganut kepercayaan yang sama, terdapat perbedaan yang dikatakan lumayan berbeda sekali dari masa-masa yang sebelumnya di zaman batu. Di zaman logam, masyarakat sudah mulai menyembah dan beribadah menggunakan alat-alat khusus untuk praktik pemujaan. Hal ini membuktikan peningkatan budaya, kepercayaan, dan ilmu pengetahuan masyarakat manusia purba pada waktu itu. Dalam zaman perunggu masyarakat pastinya masih menganut animisme dan dinamisme, tetapi menggunakan alat-alat yang terbuat dari perunggu untuk proses penyembahan dan ibadah.
Semasa berjalannya waktu, Indonesia mulai berkembang. Hidup di Indonesia sebagai warga maupun penduduk pasti memiliki hal yang pasti harus kita taati yaitu dasar negara Indonesia, UUD 1945, Pancasila, dsb. harus dipatuti oleh siapapun yang memasuki kawasan bangsa Indonesia. Pasti ada juga hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan dan keberagamaan Indonesia, walau Indonesia memiliki warga yang berbedab-beda agamanya.
Begitu juga dengan sistem pemilihan agama. Masyarakat Indonesia sekarang dapat memilih atau memeluk agama yang dianut dan dipercayanya. Setiap manusia memiliki hak asasi yang membuat manusia bebas untuk memilih agama apa yang akan dipilihnya sendiri tanpa terhalang oleh orang lain. pasal 28 E ayat 1 dan 2 serta pasal 28 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Pasal 28 E ayat 1 berbunyi ”Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.” dan Pasal 28 E ayat 2 berbunyi ”Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.” Meski begitu masyarakat Indonesia dilarang untuk memuja dan menyembah benda maupun barang seperti patung, batu, hewan, dll dikarenakan melanggar perintah Allah.
Seperti kepercayaan pada zaman batu dulu cenderung lebih ke arah animisme, dinamisme, totemisme, dan menyembah roh nenek moyang. Pada masa paleolitikum, manusia purba memiliki kepercayaan berupa animisme yang dibuktikan melalui tulang belulang yang ditinggalkan di dalam goa, dinamisme dengan batu yang dipercaya memiliki roh jahat yang terkandung di dalamnya, dan menyembah roh nenek moyang, hal ini dipercaya bahwa dengan adanya gunung meletus, gempa bumi, ataupun bencana alam lainnya diakibatkan oleh kemarahan roh nenek moyang mereka.
Kepercayaan pada zaman mesolitikum juga berupa kepercayaan atas roh nenek moyang mereka. Hal ini dapat dibuktikan melalui lukisan di tembok yang disertakan dengan warna merah yang mungkin melambangkan kekuatan pelindung yang dimiliki oleh roh nenek moyang tersebut.
Dalam zaman neolitikum terdapat 3 kepercayaan pada zaman masa ini yaitu aliran animisme. Masyarakat percaya akan hal ghaib dan orang yang meninggal akan memasuki dunia/alam yang berbeda. Oleh karena itu, manusia yang telah meninggal akan diberi barang-barang keperluan setiap hari. Kepercayaan dinamisme.
Dikarenakan kepercayaan animisme zaman masa bercocok tanam, muncullah tradisi mendirikan bangunan besar yang terbuat dari batu. Pada zamannya disebut tradisi megalitik (juga terdapat pada masa megalitikum) berupa dolmen, menhir, waruga, sarkofagus, dll yang lalu disembah. Dan kepercayaan totemisme. Mereka percaya bahwa beberapa hewan dan tumbuhan memiliki kekuatan gaib yang memberikan keselamatan maupun kutukan terhadap pemilik.
Dikarenakan pada zaman batu belum memiliki UUD seperti yang kita miliki sekarang, animisme, dinamisme, totemisme, dan kepercayaan terhadap roh nenek moyang merupakan kepercayaan agama yang seharusnya tidak di percayai oleh masyarakat Indonesia. Seiring berkembangannya zaman, manusia purba mulai mengenal Tuhan dan perlahan meninggalkan kepercayaan tersebut dengan percaya dan berpikir lebih benar
Dosa dalam agama yang terjadi memang banyak dan sudah dianggap normal bagi masyarakat sekitar, belum juga banyak masyarakat yang tidak peduli akan apa yang dilakukannya akan menimbulkan masalah bagi orang-orang sekitar maupun diri sendiri atau tidak. Tindakan-tindakan tersebut sebenarnya menentang banyak pengajaran, tetapi masih banyak orang yang menggunakan agama sebagai alasan untuk melakukan hal-hal yang tidak menguntungkan masyarakat.
Tidak hanya warga atau penduduk, tetapi bagian-bagian dari pemerintahan juga melakukan hal-hal yang sama. Hal ini sudah disindir oleh banyak sekali orang, namun masih kurang diketahui. Maka dari itu, kita sebagai penerus bangsa harus lebih mengetahui pendidikan agama lebih baik agar tidak melakukan kesalahan yang sama seperti masyarakat lainnya.
Alkitab: Amsal 3:5-6
“Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.”
Alkitab: Yeremia 17:7-8
“Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.”
Alkitab: Matius 6:26
“Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H