Ada beberapa aliran yang sama sekali tidak percaya akan sejarah. Mereka juga menolak pendapat bahwa sosiologi harus memiliki hukum-hukum, prinsip-prinsip atau kriteria yang pasti.
Kemudian timbul semacam anarkisme ilmiah yang bersikap pesimistis terhadap filsafat sosiologi serta ilmu-ilmu manusiawi, dan berpendapat bahwa yang menjadi faktor dasar tersebut adalah serba kebetulan.Â
Semua perubahan, kemajuan, kemerosotan, dan revolusi yang dialami suatu bangsa adalah akibat dari suatu kebetulan saja. Aliran ini menganggap setiap hal sebagai akibat kebetulan belaka.
Kelompok lainnya yaitu, golongan materialis dan mereka yang menganut paham determinisme sejarah. Kelompok ini percaya bahwa terdapat faktor-faktor dan  hukum-hukum yang menentukan kehidupan masyarakat manusia sepanjang sejarah.
Faktor-faktor dan hukum-hukum itu mempunyai peranan yang sama seperti halnya hukum-hukum mengenai alam semesta. Manusia perorangan tidak dapat mempengaruhi masyarakatnya. Karena masyarakat adalah gejala alam yang berkembang sesuai dengan faktor-faktor dan hukum-hukum alam.
Kelompok berikutnya terdiri atas mereka yang memuja para pahlawan serta orang-orang besar. Menurut pandangan kelompok ini, nasib masyarakat dan umat manusia tergenggam dalam tangan orang-orang besar, yang bertindak sebagai pemimpin masyarakat.Â
Karena itu kebahagiaan dan kebinasahan suatu masyarakat tidak hanya bergantung pada massa rakyatnya, bukanlah akibat hukum lingkungan dan masyarakat yang pinasti, bukan pula akibat kebetulan.
Semua semata-mata bergantung pada orang-orang besarnya, yang sesekali muncul dalam masyarakat untuk mengubah nasib masyarakat mereka dan ada kalanya bahkan nasib ummat manusia.
Sejak zaman demokrasi Athena hingga dewasa ini, tidak satupun dari ajaran demokrasi yang menegaskan bahwa massa rakyat menjadi faktor penentu dalam perubahan dan perkembangan sosial.Â
Bahkan para sosiolog yang paling demokratis pun, harus mengakui bahwa bentuk pemerintahan serta organisasi administratif dan sosial terbaik ialah rakyat turut berpartisipasi dengan memberikan suara dan memilih pemerintahan mereka.
Akan tetapi, ternyata tidak menganggap rakyat sebagai faktor dasar perubahan dan perkembangan sosial. Malahan sebaliknya, yang mereka andalkan sebagai penentu adalah determinisme, pemimpin-pemimpin besar, golongan elite, peristiwa kebetulan atau kehendak Tuhan.