Pada tahun-tahun belakangan ini, kebanyakan intelektual kita berpendapat bahwa kita tidak perlu lagi berbicara, dan bahwa percuma saja kita membicarakan penderitaan kita.Â
Sampai sekarang, selalu saja kita berbicara dan membicarakan penderitaan kita tanpa berbuat atau bertindak. Karena itu kita harus berhenti berbicara, dan setiap orang harus mulai bertindak memperbaiki keluarga dan negerinya.
Pendapat itu dirasa keliru. Karena sebenarnya sampai saat ini kita belum pernah berbicara, belum pernah membicarakan penderitaan kita, belum pernah kita menganalisa penderitaan secara seksama dan ilmiah.Â
Apa yang telah kita kerjakan hanya mengeluh, dan keluh-kesah jelas tidak ada gunanya. Selama ini, kita belum pernah sama sekali membicarakan permasalahan psikologis kita.Â
Memang kadang kita seolah-olah telah mendiagnosa semua penyakit kita dan mencoba berusaha untuk menemukan penyembuhannya. Padahal kita belum pernah membuat diagnose atas penyakit kita.
Mereka yang telah turun ke lapangan dan karena itu telah mengalami serba kesukaran, hambatan, dan kegagalan dalam usahanya, tahu dan benar-benar merasakan bahwa selama ini sebenarnya kita terlalu sedikit membicarakan penderitaan-penderitaan kita, dan bahwa kita belum cukup sadar akan penderitaan kita, kesukaran kita, penyelewengan kita.
Selama ini yang kita lakukan hanyalah mengeluh dan meratap, daripada itu, kita seharusnya berhenti melakukan hal tersebut.Â
Sebagai gantinya, kita harus membahas penderitaan kita demi kesadaran kita akan penderitaan itu, tetapi tentunya secara ilmiah. Ajaran yang kita yakini (Islam) haruslah menjadi landasan kerja, kegiatan, dan pemikiran kita.
Berbicara dan bertindak, menganalisa dan mengamalkan harus erat bergandengan. Inilah praktek yang dilakukan oleh Rasul. Beliau tidak pernah memisahkan kehidupan menjadi dua bagian-bagian pertama khusus untuk berbicara dan bagian kedua khusus untuk bertindak.
Oleh karena itu, tugas kita terbesar dan terpenting dewasa ini adalah berbicara-berbicara yang benar, membicarakan penderitaan kita, tetapi sekaligus juga secara tepat dan ilmiah, serta menganalisa apa yang kita alami. Maka tugas pertama kita ialah memahami agama serta aliran pemikiran kita.
Ada berbagai cara untuk memahami Islam, diantaranya; Â dengan mengenal Allah dan membandingkan-Nya dengan sesembahan agama-agama lain, mempelajari kitab-kitab.