Mohon tunggu...
emil syarif lahdji
emil syarif lahdji Mohon Tunggu... wiraswasta -

Direktur Tamara Institut : Diskusi Kajian dan Dinamika Politik Kontemporer. Mantan mahasiswa Jurusan Ilmu Politik Fisip Unair.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menanti Menteri yang Pasti

26 Oktober 2014   18:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:40 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bila tidak ada wangsit baru yang diterima Presiden Jokowi, Hari Minggu ini kita akan mendengarkan Pengumuman Presiden tentang Susunan Kabinet utk 5th kedepan. Wangsit biasanya bisa berupa mimpi, insting, khayalan, cita-cita, dan bahkan tekanan dari banyak pihak yang pada akhirnya merubah draft akhir Susunan Kabinet.

Seperti pernah di ungkap JK bbrp waktu lalu, saat ia mendampingi sebagai Wapres SBY 2004 silam, penundaan2 pun kerap terjadi, bahkan setengah jam sebelum diumumkannya Susunan Kabinet, draft itu msh terus berubah seiring dengan perkembangan saat itu, dan memang faktanya berubah-ubah. Info-2 penting seperti itu biasanya masuk pada detik2 terakhir jelang pengumuman.

Paling tidak dalam waktu seminggu penuh Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden M.Jusuf Kalla sangat intens memilih orang2 terbaiknya sebagai Menteri. Meskipun ditengah kesibukan yang penting itu, Presiden masih terus maladeni pertemuan2 dengan duta besar dan utusan negara asing, kami semua hanya bisa menanti dengan sabar, sambil terus diganggu pikiran dan berita, opini dan diskusi media massa tentang bocoran dan spekulasi Kabinet Presiden Jokowi mendatang.

Rakyat, tentu menanti, rakyat wajar mengikuti. Ditengah berbagai kesulitan yang belum terselesaikan, seperti tingkat pengangguran, tingginya harga pangan, beban biaya listrik dan bahkan bbm yang santer akan segera dinaikkan hingga 40% pada 1 Nopember nanti, tentu membuat rakyat menanti dengan perasaan sok tau dan ingin segera tau: seperti apa wajah2 tim kerja kabinet Presiden Jokowi-JK nanti. Omong kosong kah? Kontroversial kah? Akan menyiksa mereka kah? Atau justru benar2 bisa bekerja? Atau jangan2 ujung2nya juga Penjara?

Semua rasa kepo itu paling tidak akan sedikit terpuaskan setelah tahu wajah-wajah menteri yang baru. Tim Transisi

Kemana Kerja Tim Transisi
Masih segar dalam ingatan kita, bahwa masa tenggang setelah putusan MK yang menetapkan Capres Jokowi sebagai Presiden Terpilih Pemenang Pilpres 2014, sampai dengan tanggal pelantikan Presiden Jokowi 20 Oktober lalu, telah ada dan telah merampungkan kerja sebuah tim yang dinamakan Tim Transisi.

Tim ini terdiri dari banyak Pokja yang menyusun berbagai prioritas program, arah pembangunan, pendekatan, anggaran, strategi dsb yang lingkup pembahasannya setara dengan penyusunan GBHN, yakni tentang pemerintahan 5th kedepan. Pastinya juga dibahas kriteria dan personifikasi struktur kabinet. Lalu kemana hasilnya?

Jadwal pelantikan Kabinet yang awalnya digadang2 berlangsung sehari setelah Pelantikan Presiden, molor. Diluar alasan2 positif yang tentu bisa diungkap seperti mencari the right man on the right place, integritas, kapasitas, chemistry dll dll, tentu alasan negatif juga mulai bermunculan, termasuk anggapan bahwa hasil2 tim transisi sebenarnya bukanlah hasil final yang siap dieksekusi. Hasil tim transisi hanyalah satu input yang harus dimasak sesuai tekanan interaksi politik pd saat akan dieksekusi.

Terbukti, produk2 tim ini ternyata bukanlah barang jadi yg ready to use, tidak sekedar tinggal tekan tombol. Padahal seperti pernah diungkap Jokowi sendiri: semua sudah disiapkan tim dan tidak ada waktu belajar bagi menteri baru karena semua tinggal dijalankan. Performa, strukrur, harmonisasi kabinet dsb dsb sdh tinggal jalan. "Ga ada masalah", kata Jokowi. Nyatanya chemistry, kapasitas, kapabilitas, integritas, gender dan bahkan modal kekuasaan, semuanya sedang digodok ulang. Siapa tepat dibidang apa juga masih terus dibongkar pasang.

Perubahan orientasi seperti juga terucap dari Jokowi saat kampanye, bahwa kabinet mendatang haruslah terdiri dari para profesional, sebagian berasal dari luar partai dan sebagian bisa berasal dari dalam partai politik. Orientasi ini kini dimodifikasi: Menteri akan berasal dari proffesional (orang luar partai) dan orang dalam partai (yang proffesional). Ada kapling2 yang diakomodir, ada kompromi yang sedang diatur2.

Kapling2an jatah menteri asal partai politik bahkan diakui secara terbuka: pemilik tiket paling besar akan mendapat kursi menteri lebih banyak. PDIP mungkin akan mendapat jatah 6 kursi Menteri, Hanura 2 Menteri, PKB 3 Menteri, Nasdem 3 Menteri dan PPP 1 Menteri. Pembagian kursi ini nampaknya menjadi tanda terima kasih dan penghargaan Presiden pada koalisi partai pengusung. Syukur-syukur bila dianggap sebagai tanda pelunasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun