Mohon tunggu...
Emilianus Elip
Emilianus Elip Mohon Tunggu... Human Resources - Direktur Yayasan Nawakamal Mitra Semesta (https://nawakamalfoundation.blogspot.com)

Berlatar pendidikan Antropologi. Menulis....supaya tidak gila!!! Web: https://nawakamalfoundation.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mbak Ari: Staf Puskesmas yang Inspiratif

11 April 2023   15:21 Diperbarui: 11 April 2023   17:08 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ari (no 2 dari kanan), berjilbab. Perempuan muda staf Puskesmas yang berdedikasi/Dok Pribadi

Seri Kisah Penggerak Kesehatan Jiwa:

"Ari: Staf Puskesmas Yang Inspiratif"

Oleh: Emilianus Elip dan Maryama Nihayah

Yayasan Nawakamal Mitra Semesta

Ari (38), adalah perempuan muda asal Mojokerto yang merantau ke Gunungkidul, mencoba peruntungan baru sebagai tenaga kesehatan. Sebelumnya dia berlatar pendidikan D-3 Keperawatan dan sudah diterima bekerja di salah satu rumah sakit swasta di Mojokerto. Namun dia merasa tidak puas, entah karena apa. 

Ari akhir keluar dan memutuskan untuk merantau ke Kabupaten Gunungkidul. Saya juga tidak mengerti benar mengapa daerah yang dipilih adalah DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta), tepatnya di Kabupaten Gunungkidul. Mungkin ada strategi-strategi tertentu berkaitan dengan keberuntungan hidup. Dan akhirnya benar, dia nampaknya diterima sebagai tenaga kontrak atau tenaga BLUD di Puskesmas Pathuk I, Kabupaten Gunungkidul.

Entah bagaimana jalannya, akhirnya Ari berkenalan dengan salah satu staff di RSJ Ghrasia Prov. DIY yang juga kadang-kadang dimintai bantuan oleh Yayasan Nawakamal Mitra Semesta. Sekitar 2 tahun lalu Ari datang ke Nawakamal. Ternyata dia sedang mengambil S-1 Ilmu Keperawatan di salah satu universitas di Yogya, sambil tetap bekerja sebagai tenaga kontrak di Puskesmas. 

Dia hendak konsultasi untuk penelitian S-1 Keperawatannya, ingin melakukan penelitian tentang skrining ODGJ/orang dengan gangguan jiwa atau ODDP/orang dengan disabilitas psikososial (selanjutnya saya sebut ODDP) dengan memakai format Self Reporting Questionnair (SRQ)-20, di Desa Beji, Kec. Pathuk, Gunungkidul.  Nawakamal sangat tertarik, dan sekuat tenaga berupaya bisa mendukung. Lantas, apa itu SRQ-20?  

Self-Reporting Questionnaire (SRQ) adalah kuesioner yang dikembangkan oleh World Health Organization (WHO), dan yang juga direkomendasi oleh Kemenkes RI, untuk skrining gangguan psikiatrik untuk keperluan penelitian. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menggunakan SRQ untuk menilai kesehatan jiwa penduduk Indonesia. 

Meskipun kuesioner ini sudah valid dan reliabel digunakan sebagai alat ukur gangguan mental emosional atau distres, namun masih perlu dilakukan analisis terhadap butir butir pertanyaan yang membentuk konstruksi kuesioner ini (http://repository.bkpk.kemkes.go.id/2045/). Ringkasnya, form kuesioner ini dimaksudkan untuk melakukan identifikasi terhadap kemungkinan adanya ODDP atau ODMK (orang dengan masalah gangguan psikologis berat).

Dan akhirnya terjadilah. Ditemukan 12 ODDP dan 20% penduduk desa mengalami ODMK. Di Beji ada + 2.000 orang umur di atas 18 tahun, berarti terdapat sekitar 400 orang ODMK. Sangat mungkin angka ini bisa terjadi di wilayah-wilayah lain di Gunung Kidul atau di DIY. Ini  mengejutkan!! (karena tidak pernah dibayangkan ada sebegitu banyak ODDP dan orang yang potensi jadi ODDP di satu desa saja). 

Sesunggunya inilah fenomena "gunung es" yang terjadi hampir diseluruh Indonesia mengenai identifikasi keberadaan ODDP. Inilah yang saya katakan tadi, lonjakan data itu sangat mungkin terjadi di wilayah lain di Gunungkidul, di DIY, atau bahkan di daerah-daerah lain di Indonesia.

Ingat, inilah realitasnya, bahwa sebagian besar masyarakat kita, tidak pandang bulu mau orang kaya, miskin, orang berpangkat, petani, orang terdidik maupun tidak...umumnya malu jika diketahui ada anggota keluarganya yang ODDP. Kalau Anda bertanya di masyarakat kepada Kepala Desa, Camat, Pastor, Pendeta, Kyai, bahkan Bupati sekalipun, apakah ada atau cukup banyak ODDP di wilayah bapak/ibu, rata-rata jawaban awal adalah...oohh mungkin tidak ada...sangat sedikit....kurang tahu brapa yah. 

Sangat sulit dibedakan antara kata "tidak ada" karena menyembunyikan realitas, atau tidak tahu karena memang benar-benar tidak pernah ada data pasti jumlah ODDP di wilayahnya. 

Nampaknya, kita yang bukan ODDP, pun malu memiliki anggota masyarakat kita yang ODDP. Negara kita ini, Indonesia, sudah mengeluarkan UU No. 18/2014 tentang Kesehatan Jiwa dan UU No. 8/2016 tentang Disabilitas. 

UU ini intinya mau menjamin bahwa orang disabilitas fisik maupun ODDP, dilindungi dan dipenuhi hak-haknya oleh negara. Ini sejalan dengan visi MDGs 30 (Millenium Development Goals), "no one left behind", tidak seorang pun ditingggalkan dalam pembangunan dunia.

Balai Desa Beji, Kecamatan Pathuk, Kab. Gunungkidul, DIY/Dok Pribadi
Balai Desa Beji, Kecamatan Pathuk, Kab. Gunungkidul, DIY/Dok Pribadi

Kembali ke cerita....data Ari tadi sampai jadi perbincangan di institusi terkait di kabupaten. Tentu saja mengagetkan!!! Itu baru 1 desa saja. Bagaimana kalu di seluruh Gunungkidul (18 kecamatan, 144 desa-situs resmi BPK 2023) dilakukan SRQ-20. Pasti akan heboh! Meledak! 

Sehabis lulus, kebetulan sekali Ari diangkat menjadi staf Unit Keswa (Kesehatan Jiwa) di Puskesmas Pathuk I. Di Gunungkidul ada 30 Puskesmas. Semuanya memiliki Unit Keswa. Namun mungkin sebagian besar belum berjalan sebagaimana mestinya. Sejak saat itu mbak Ari komit mengembangkan kegiatan kesehatan jiwa melalui program Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ), yang juga dianjurkan Kemenkes, di Puskesmas Pathuk I.

Sebagaimana dianjurkan oleh WHO (2010) di berbagai negera berkembang, atau negara dengan wilayah-wilayah yang fasilitas kesehatan dan rehabilitasi serta dukungan para-medis yang terbatas, dianjurkan mengembangkan pendekatan CBR (Community Based Rehabilitation) for Mental Health. 

Ringkasnya yaitu pendekatan program untuk melayani dan memberdayaakan para ODDP dan keluarganya melalui Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat. Prinsipnya adalah bahwa sumbedaya yang ada di masyarakat bisa dimobilisir, diolah, dimampukan (empowering), diorganisir (community organizing) guna membantu dan memberdayakan ODDP dan keluarganya.

Masyarakat yang dimaksud, mulai dari tingkat desa sampai paling tidak level kabupaten. Kita memiliki Kader Kesehatan Desa, memiliki perangkat Pemerintahan Desa beserta Anggaran Desa, ada tokoh masyarakat dan tokoh agama, mungkin ada kaum dermawan lokal, ada institusi-institusi kecamatan, ada institusi-institusi pemerintah seperti dinas-dinas dan anggaran tahunannya, ada sektor swasta, dan ada DPRD. Di Jawa fasilitas kesehatan dan rehabilitasi serta ketersediaan para-medis lumayan bagus. 

Bagaimana dengan luar Jawa, di daerah terpencil dan perbatasan. Baiklah, nanti di lain kisah, akan saya tulis khusus mengenai kondisi di salah satu wilayah di luar Jawa dalam hal penanganan ODDP ini. Nawakamal pernah memfasilitasi pelatihan untuk keluarga ODDP dan kader desa, di satu Puskesmas di wilayah pegunungan, di salah satu wilayah NTT.

Kembali ke kisah Ari. Seperti wilayah Gungkidul umumnya, wilayah kerja Ari tidaklahlah mudah, apalagi bagi perempuan muda seperti dia. Daerahnya bergunung-gunung. Jarak antar rumah penduduk sebagian cukup jauh. Jika musim kering atau kemarau panjang, kehidupan masyarakat cukup berat terutama dalam kurngnya ketersediaan air bersih. 

Jika musim hujan, juga cukup rawan berbatu dan becek, bahkan disebagian wilayah biasanya tergenang air hujan. Namun sejauh ini Ari dekat dengan para keluarga ODDP, para kader, perangkat desa, dll. Yayasan Nawakamal juga berkomitmen membantu semampunya di 2 desa wilayah kerja Ari, di Beji dan Salam. Gayung bersambut, desa-desa itu juga berkomitmen memanfaatkan Anggaran Desa. Kegiatan untuk ODDP dan keluarganya sudah 2 tahun ini (2022 dan 2023) mendapatkan dana dari desa.

Kondisi geografi wilayah kerja mbak Ari di Kecamatan Pathuk. Berbukit-bukit, tidak bersahabat di musim kering maupun musim penghujjan/Dok Pribadi
Kondisi geografi wilayah kerja mbak Ari di Kecamatan Pathuk. Berbukit-bukit, tidak bersahabat di musim kering maupun musim penghujjan/Dok Pribadi

Sudah beberapa kali pula, para tokoh masyarakat di Desa Beji dan desa lain di Kecamatan Pathuk, mengantar (istilahnya melakukan rujukan) ODDP yang mengamuk ke rumah sakit provinsi RSJ Ghrasia. Siang maupun malam. 

Sebelum melakukan rujukan, secara mendadak mereka pasti melakukan koordinasi antara keluarga pasien didampingi tokoh masyarakat, juga Polsek atau Danramil/Babinsa, Puskesmas, dan staf dari RSJ Ghrasia. Itu harus dilakukan, harus!! Karena semua terkait dengan persyaratan dasar yang harus dibawa, koordinasi mobil pengantar dari masyarakat, juga tentu kepastian ketersediaan tempat di RSJ. Kalau tidak berkoordinasi, kasihan sudah sampai RSJ yang perlu waktu tempuh + 2 jam, apalagi malam hari, ternyata ditolah karena persyaratan kurang lengkap atau tempat penuh. Jadi malam hari, jam berapapun, para pihak tadi selalu siap melakukan koordinasi. Lagi-lagi ini di Jawa. Di Jawa saja mungkin tidak di semua wilayah. Apalagi di luar Jawa!!!

Ari sontak menjadi buah bibir di kalangan Puskesmas di Gunungkidul. Dia dipandang sebagai staff Unit Keswa terbaik, paling berdedikasi, penuh ide dan inspirasi. Puskesmas Pathuk I merupakan satu dari beberapa Puskesmas yang Unit Keswa dan program DSSJ-nya berkembang. Bahkan Pemda Kabupaten Gunungkidul pun sudah mempunyai Renaksi (Rencana Aksi) Daerah terkait pemberdayaan ODDP dan pengembangan program kesehatan jiwa masyarakat, meskipun dalam implementasinya masih banyak kendala. Saya haru mengelus dada....tidak menyangka di dalam perempuan muda yang halus dan pemalu ini....ada keberpihakan pemberdayaan yang kuat. Pemberdayaan untuk kelompok masyarakat yg amat spesifik, yg hampir tak tersentuh oleh siapapun. Proficiat Ari...teruslah berjuang, meski dijalan sunyi penuh makna!!! [###]

Emilianus Elip: Direktur Yayasan Nawakamal. Berlatar belakang pendidikan Antropologi. Lebih dari 20 tahun bergiat dalam bidang pemberdayaan masyarakat dan penelitian di bidang sosial-budaya.

Maryama Nihayah: Berlatar belakang pendidikan Master bidang Psikologi. Pegiat di Yayasan Nawakamal, dan pengajar di salah satu universitas di Yogya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun