Mohon tunggu...
Mahendra
Mahendra Mohon Tunggu... Guru - Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dinamika 16 Bulan Pandemi di SD IT Permata Hati Merangin

5 Juli 2021   18:15 Diperbarui: 5 Juli 2021   18:22 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah Covid-19 di Indonesia lebih membunuh dibandingkan TBC atau efek merokok? Menurut data  dari WHO (who.int/indonesia), Komunitas TBC Indonesia (htbs.tbindonesia.or.id, 2018) dan Satgas Covid-19 (covid19.go.id)  terdapat jumlah kematian akibat efek merokok, karena Tbc, dan karena Covid-19 per tahun berurutan yaitu 225.700 jiwa; 93.000 jiwa dan 44.594 jiwa (update 25 April 2021, setahun lebih beberapa bulan). Artinya akibat merokok lebih membunuh 5 kali lipat dibandingkan akibat Covid-19, dan akibat TBC lebih membunuh 2 kali lipat dibandingkan akibat Covid-19.

Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan prediksi penulis ketika wabah Covid-19 berjalan 6 bulan (yang ditulis pada Oktober 2020), bahwa efek merokok 9 kali lebih berbahaya di bandingkan akibat Covid-19 dan bahwa akibat TBC 3 kali lebih berbahaya dibandingkan akibat Covid-19. Namun, memang diakui penyebaran Covid-19 jauh lebih cepat dibandingkan TBC.

Perlukah Vaksinasi sebagai Percepatan Pencegahan dan Pengendalian Covid-19?

Berkenaan dengan efektivitas vaksinasi terhadap Covid-19 masih diragukan masyarakat, hampir setengah responden yang disurvei oleh LSI pada Januari 2021. Hanya 46 persen yang percaya bahwa vaksin dapat mencegah kita dari tertular virus Covid-19, sedangkan yang tidak percaya masih tinggi 42 persen.

Apakah Covid-19 efeknya suatu saat nanti memusnahkan spesies manusia? Atau apakah Covid-19 suatu saat dianggap seperti penyakit menular lainnya yang diyakini manusia dapat beradaptasi secara alamiah dengan kemampuan membentuk kekebalan/imunitas optimal dari dalam tubuhnya sendiri dan kemampuan membudayakan pola/perilaku hidup bersih dan sehat yang dapat mempertahankan spesies manusia?

Jaga Imunitas dengan Habbatus Sauda

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami 'Ubaidullah telah menceritakan kepada kami Isra`il dari Manshur dari Khalid bin Sa'd dia berkata; Kami pernah bepergian yang di antaranya terdapat Ghalib bin Abjar, di tengah jalan ia jatuh sakit, ketika sampai di Madinah ia masih menderita sakit, lalu Ibnu Abu 'Atiq menjenguknya dan berkata kepada kami; "Hendaknya kalian memberinya habbatus sauda' (jintan hitam), ambillah lima atau tujuh biji, lalu tumbuklah hingga halus, setelah itu teteskanlah di hidungnya di sertai dengan tetesan minyak sebelah sini dan sebelah sini, karena sesungguhnya Aisyah pernah menceritakan kepadaku bahwa dia mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya habbatus sauda' ini adalah obat dari segala macam penyakit kecuali saam." Aku bertanya; "Apakah saam itu?" beliau menjawab: "Kematian." (lafazh ini dari HR Bukhari 5255; riwayat lain yang semakna Bukhari 5256, Muslim 4105, 4104; Ahmad 23916, 10525, 10217, 10146, 9892, 9668, 9666, 9177, 9107, 8695. 7242, 6986; Ibnu Majah 3440, 3439, 3438; Trimidzi 1964)

LANGKAH PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN

Penulis merekomendasikan dan diadaptasikan dari Keputusan Menteri Kesehatan pada bulan Juni 2021 tentang Panduan Pelaksanaan Pemeriksaan, Pelacakan, Karantina, dan Isolasi dalam rangka Percepatan Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 untuk Merangin maupun wilayah lainnya sebagai berikut:

  • Pertama dan paling utama menjaga ibadah karena ibadah akan membahagiakan seseorang dan selanjutnya meningkatkan imunitas.
  • Menjaga istirahat yang cukup dan konsumsi yang bergizi.
  • Merutinkan olahraga pekanan.
  • Menjaga kebersihan.
  • Gunakan masker jika ada gejala batuk, pilek, dan bersin.
  • Jaga diri untuk tidak menularkan penyakit ke orang lain dengan isolasi atau karantina jika mengalami gejala (kriteria suspek) sampai hari di mana kondisi tubuh tidak lagi demam.

KBM yang paling moderat sesuai hasil survei, menimbang pandangan dokter spesialis penyakit dalam, Magister Epidemiologi dan orang tua yang berlatar pendidikan di bidang kesehatan, juga berdasarkan kajian perbandingan (Covid19, TBC, dan Efek merokok), serta kajian prediksi untuk beberapa bulan ke depan maka direkomendasikan:

  • KBM dilangsungkan:
    • Hingga jam 11.00 WIB dengan shift, pada bulan Juli.
    • hingga jam 11.00 WIB tanpa shift, pada bulan Agustus (2 pekan pertama),
    • hingga jam 14.30 tanpa shift, pada bulan Agustus (2 pekan terkahir),
    • hingga jam 16.00 WIB tanpa shift, pada bulan September
  • Sebelum masuk sekolah dicek suhu tubuh
  • Jaga jarak secukupnya.
  • Wajib memakai masker.
  • Jaga pola hidup bersih dan sehat agar imunitas optimal. Berkenaan dengan efektivitas vaksinasi terhadap Covid-19 masih diragukan masyarakat.
  • Dilarang bersekolah jika masih demam.

BANGUN OPTIMISME BUKAN HANYA DENGAN STATISTIK

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun