Mohon tunggu...
Mahendra
Mahendra Mohon Tunggu... Guru - Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sembilan Keunikan Pilgub Jambi 2020

16 Desember 2020   15:20 Diperbarui: 17 Desember 2020   23:30 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pilkada2020.kpu.go.id

Pada pemilu legilatif  DPR RI 2019 Dapil Jambi yang dimenangkan oleh Golkar mungkin sebagai warisan sejarah pengaruh Soeharto pada Orde Baru  dengan Golkarnya memenangkan pemilu sejak 1971-1997. Mungkin pertanda pengaruh Golkar sejak Orde Baru hingga saat ini masih konsisten.

Sebelum Orde Baru justru dimenangkan oleh Partai Masyumi (Majelis Syura Muslimin Indonesia) dan Partai NU (Nadhatul Ulama) pada pemilu 1955. Masyumi meraih 57,9 persen suara dari total 176.152 pemilih di Jambi (waktu itu masih lingkup Provinsi Sumatera Tengah) sedangkan NU meraih 22,5 persen suara. Perolehan suara ini berselisih jauh dengan perolehan suara partai lainnya.

Kemenangan Haris-Sani pada pilgub kali ini cukup menantang PAN dan PKS  serta PKB untuk komitmen dalam membangun Provinsi Jambi. Mulai era 2020 ini harus keluar dari sekat-sekat partai, sekat-sekat ideologi nasionalis, islamis dan sekat-sekat lainnya. Karena pembangunan ke depannya lebih diharapkan masyarakat dalam hal keadilan dan kemakmuran.

Semua kekuatan ego pribadi, ego keluarga biologis, ego keluarga ideologis maupun kekuatan partai koalisi dan jaringan lainnya, pada pilgub kali ini perlu diarahkan sejalan dengan program pembangunan di Jambi (visi dan misi yang telah digariskan pada saat kampanye maupun revisi program pada perjalanan pemerintahan nantinya yang pasti membutuhkan improvisasi).

Saya melihat keunikan pada pilgug jambi 2020 ini.

Pertama, harta kekayaan terkecil ada pada Haris-Sani dibandingkan pasangan lainnya. Dari KPU dilaporkan bahwa kekayaan Haris Rp  4,71 miliar, Sani Rp 2,29 miliar. Kekayaan Fachrori Rp 4,79 miliar, Syafril Rp 4,51 miliar. Sedangkan Cek Endra Rp 23,97 miliar dan Ratu Munawaroh Rp 30,03 miliar.

Kedua, berdasarkan hitung suara KPU pada situs webnya (belum hasil pleno) Koalisi Golkar dan PDIP  (total dukungan 16 kursi DPRD) meraih suara dengan selisih tidak sampai 1 persen dengan koalisi PKS, PAN, dan PKB (total 17 kursi DPRD). Haris-Sani mendapat 597.518 (38,1 persen)sedangkan CE-Ratu mendapat 585.400 suara (37,3 persen). Sedangkan koalisi Fahcrori didukung 19 kursi DPRD (Gerindra, Demokrat, PPP dan Hanura). Koalisi Fachrori mendapat suara paling rendah yaitu 385.312 (24,6 persen).

Ketiga, Haris-Sani meraih suara 69,6 persen di Merangin (116.242); 52,8 persen di Kota Jambi (126.252); dan 41,5 persen di Muaro Jambi (63.386) mengalahkan dua paslon lainnya. CE-Ratu meraih kemenagan sebesar 64 persen di Sarolangun (82.902); 47 persen di Tanjabbar (69.117); 43,4 persen di Tanjabtim (53.748); 41,5 persen di Batang Hari (63.110); dan Tebo 41 persen (54.519). Sedangkan Fachrori-Syafril memenangkan suara di Kota Sungai Penuh dengan perolehan 66,9 persen (36.153); Bungo 48,4 persen (78.997); dan Kerinci 47,7 persen (50.994). Haris Sani atau Fachrori Syafril maing-masing hanya unggul di tiga wilayah sedangkan CE Ratu unggul di lima wilayah.

Keempat, ada 64,91 persen suara sah yaitu 1.568.230 dari 2.415.862 pemilih di pilgub Jambi 2020 . diperkirakan angka golput (golongan putih, pemilih yang tidak menggunakan hak pilih) di kisaran 30-33 persen. Angka golput ini mencapai kira-kira sepertiga dari DPT. Seandainya kaum golput membuat koalisi dengan mengusung calon gubernur tertentu maka kekuatan mereka cukup menantang Haris-Sani dan CE-Ratu. Diketahui pada pilgub 2010 angka golput mencapai 166.702 dan pada 2015 angka golput mencapai 861.031 (34,34 persen dari 2.507.371 pemilih dalam DPT).

Kelima, Haris-Sani mendapat tantangan besar di 8 kabupaten/kota di mana mereka tidak unggul suara di pilgub kali ini. Haris Sani hanya unggul di 3 kabupaten/kota. Haris-Sani membutuhkan tim yang membangun keadilan dan kemakmuran di wilayah tersebut, berbeda dengan pilgub periode sebelumnya pada tahun 2015 Zumi Zola-Fachrori unggul di 8 kabupaten/kota. 

Haris Sani perlu tidak pandang apakah ia warga Merangin, Kota Jambi atau Muaro Jambi tapi semuanya warga Jambi. Tidak pandang apakah ia golput, pro maupun kontra tapi tapi semua warga Jambi. Karena pemilu bukan sekedar menang-menangan, mengalahkan lawan, kesuksesan, kepopuleran, dan ajang bergengsi, tapi sedaya upaya membangun keadilan dan kemakmuran di seluruh Provinsi Jambi dan menjadi bagian tanggungjawab kepada Allah Swt dalam membina masyarakat menuju kebahagiaan hakiki dan keselamatan di akhirat. Haris-Sani perlu ikatan erat dengan PKS, PAN dan PKB dan partai lainnya.

Keenam, perlunya partai membaca peta kekuatan popularitas dan pengaruh tokoh yang akan diusung untuk pemilu, dan perlunya tokoh menentukan teamwork yang solid. Pada pilbup Merangin 2018 Haris dan pasangannya menang dan meraih suara 84.166 suara (44,81 persen). Pada pilwakot Jambi 2018 Sani dan pasangannya kalah dan meraih suara 117.435 (44,30 persen).

Fachrori saat maju pilgub 2010 sebagai calon wagub (berpasangan dengan Hasan Basri Agus) menang di 5 kabupaten/kota (Sarolangun, Merangin, Kota Jambi, Muaro Jambi dan Batanghari) meraih suara total 607.030 (40,60 persen) dan pada pilgub 2018 sebagai calon wagub (berpasangan dengan Zumi Zola) menang dan meraih suara 968.497 (60,25 persen) yang unggul di 8 kabupaten/kota  yaitu Tanjabtim, Tanjabbar, Muaro Jambi, Kota Jambi, Batanghari, Tebo, Bungo, dan Kota Sungai Penuh. 

Cek Endra (CE) pada pilbup 2017 menang dan meraih suara 73.845 (55,76 persen) dan Ratu Munawaroh pada pileg DPR RI 2015 dari PAN meraih suara 157.651 dan berhasil mendapat kursi anggota DPR RI Dapil Provinsi Jambi. Sehingga pada pilgub 2020 ini benar-benar persaingan yang super ketat.

Ketujuh, baik Haris-Sani maupun CE-Ratu Munawaroh masih menunggu hasil pleno KPU Provinsi Jambi karena selisih suara mereka berdasar Hitung Suara cepat KPU (pilkada2020.kpu.go.id) hanya 12.118  suara. Diduga kedua belah tim sebagian besarnya tidak sabar menunggu hasil pleno karena hasil Quickcount LSI Haris-Sani yang menang, sedangkan Quickcount Chartapolitica CE-Ratu yang menang. Keduanya hampir menang dan hampir kalah.

Kedelapan, Haris-Sani dan CE-Ratu akan diuji keikhlasannya, siapa di antara mereka yang tetap kosnsiten membangun masyarakat atau hanya sekedar mencari cita-cita yang kerdil. Karenanya, keduanya perlu bersikap ikhlas jika ternyata hasil pleno KPU tidak sesuai harapan mereka. Dalam titik itulah, di mana mereka konsisten ikhlas dan terus berkhidmat untuk masyarakat, mereka menjadi kebanggaan warga Jambi, kemanusiaan yang beradab.

Kesembilan, PAN dengan koalisinya kembali unggul di pilgub Provinsi Jambi meskipun Ratu Munawaroh mantan kader PAN dan istri gubernur Zulkifli Nurdin yang juga kader PAN (1999-2010). PAN dengan koalisinya juga unggul pada pilgub 2010 dengan mengusung kadernya, Zumi Zola putra dari Zulkifli Nurdin. Ada pandangan lain, PAN tampaknya kembali beruntung dan berkoalisi dengan PKS-PKB pada pilgub 2020 ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun