Andy F Noya bertanya padanya dalam program TV Kick Andy, "Sebaiknya apa langkah-langkah yang harus saya lakukan supaya saya bisa mencapai prestasi maksimal dalam dunia bisnis?".
"Hilangkan rasa takut, untuk memulai apapun, takut gak ada duit, takut gak ada modal, takut gagal, akut resiko, buang semua," ujar Bob.
Ia juga menyarankan agar jangan berlebihan dalam berharap. Kita harus menyediakan kotakdi dalam hati kita untuk kekecewaan, agar kita tidak terlalu kecewa. Kita harus punya kemauan dengan tekad yang bulat, harus berani mengambil peluang, harus tahan banting dan tidak boleh cengeng.
"Masih ada lagi?" tanya Andy F Noya.
"Bersyukurlah pada Sang Pencipta!" ungkap Bob.
Dalam wawancara yang lain ia menegaskan tips berwirausaha, ada tiga hal, melawan ketakutan, jangan berharap berlebihan, dan melepaskan belenggu pikiran. Menurutnya, untuk mengurangi angka kemiskinan dan angka pengangguran, kita butuh entrepreneur (berwirausaha).
Dari Jurnalis website Yayasan Budha Tzuci Indonesia berjudul "Melampaui Keterbatasan Diri," Â kita dapati kisah Hellen Hock (lahir 1979), seorang wanita kristiani keturunan Tiongkok. Sewaktu kecilnya, ia pernah terjatuh hingga tulang panggulnya patah sebelah kanan, kakinya mati rasa hingga usia belasan tahun. Namun syarafnya terobati sehingga ia bangkit belajar berjalan sendiri dengan tongkat. Kini ia memiliki sahabat dekatnya yang menemaninya menjalankan visi sebagai relawan di Yayasan Budha Tzuci Indonesia. Meskipun fisiknya tidak mendukung, ia tetap bersyukur karena mampu memberi manfaat kepada orang-orang yang membutuhkan pertolongan.
Sungguh semangatnya butuh diikuti. Di pagi hingga sore hari Ellen sebagai supervisor sebuah perusahaan jasa di bidang komputer. Sore hingga malam ia sebagai kasir di sebuah rumah makan. Di samping itu ia juga berjualan baju secara online. Ini ia lakukan untuk memaksimalkan waktunya. Bahkan, ia sebagai Kristiani yang baik, ia rutin beribadah di gereja sekaligus menjadi relawan multimedia untuk membantu ibadah di gereja. Di hari Ahad (Minggu) ia sebagai relawan di Yayasan Budha Tzuci Indonesia.
Ellen menyadari bahwa batin yang dikelola dengan baik akan menjadi batin yang tahan uji. Wajar bila ia kemudian tidak putus asa dalam kehidupannya.
Kisah Ellen Hock membuat kita bercermin bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang bagi kita uuntuk melakukan kebajikan. Bukan juga keterbatasan ekonomi, atau keterbatasan pendidikan. Keterbatasan atau belenggu pikiran menjadi penghalang utama manusia untuk menncapai prestasi maksimal. Dari Ellen kita belajar bagaimana ia memaafkan Ayahnya yang kurang peduli dan peratian terhadpnya sejak kecil. Luka masa lalu bukanlah untuk dipendam. Dengan memaafkan, kita menjadi lapang, merdeka dari sakit hati dan beban pikiran kita sendiri.
 Mereka mendapatkan kebahagiaan