Mohon tunggu...
Mahendra
Mahendra Mohon Tunggu... Guru - Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sikap Positif Lebih Prioritas daripada Fasilitas

30 Oktober 2017   17:06 Diperbarui: 30 Oktober 2017   17:27 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Games & Silaturahim Pelajar se-Merangin, 29/10/17, @Masjid Baitul Makmur (document pribadi MH)

Jurnalis Liputan6 menuliskan sebagai berikut: "Tak ada lengan, kaki pun jadi. Dengan lihai, Untung menggerakan kakinya untuk mengoperasikan tombol-tombol laptop. Untung pun tak canggung untuk menuliskan lafal ayat-ayat suci Al Quran di papan tulis agar murid-muridnya lebih mengerti.. Materi yang diajarkannya tak kalah dengan tulisan tangan normal. Tulisan kaki Untung sangat rapi dan mudah dipahami. Untung hanyalah 1 dari contoh guru teladan yang kini semakin jarang ditemukan."

Jurnalis media Okezone pun menulis tentangnya: "Dia tidak memiliki tangan. Namun keterbatasan itu tidak pernah menyurutkan semangat Untung untuk mencerdaskan anak-anak di desanya. Untuk mendapatkan informasi terbaru tentang mata pelajaran yang dipegangnya, Untung juga memanfaatkan teknologi internet. Dia berselancar di dunia maya menggunakan laptop milik sekolah dan membagikan hasilnya kepada anak didik. Untung mengaku pasrah dengan keterbatasan yang dimiliki. Menurutnya itu adalah takdir Tuhan Yang Maha Kuasa."

Habibie Afsyah, lahir 6 Januari 1988. Menderita Muscular Dystrophy saat usianya 9 bulan.  Otot-ototnya semakin lemah dan fisik menjadi tak berdaya sehingga sepanjang hidupnya ia menggunakan kursi roda. Ia bahkan divonis oleh dokter akan meninggal pada usia 24 tahun. Sekarang ia malah berbahagia.

 "Waktu saya kecil, saya hanya bisa menangis. Setelah itu saya masuk TK YPAC, lalu dipindahkan ke TK LAB Setiabudi. Dan sempat beberapa kali ppindah sekolah saat SD. Banyak teman-teman mengolokku. Namun saya berhasil lulus dari SMA Yayasan sunda Kelapa, pada tahun 2006," kata Habibie.

Jurnalis media News menuliskan: "Ibunya lantas melihat ketertarikan Habibie yang sangat besar di bidang internet. Habibie lalu didaftarkan ibunya ke pelatihan internet marketing dengan biaya 5 juta rupiah dari menjual mobil, pelatihan yang ia ikuti selama 2 hari."

Meskipun sulit baginya, ia terus berlatih dengan kedua tangannya. Tidak pernah menyerah hingga ia berhasil mandiri secara ekonomi melalui internet marketing. Ia bisa menghasilkan 10 juta rupiah setiap bulan. Sekarang selain sebagai internet marketer, ia adalah owner organisasi yaitu Indonesian Diable Care Community untuk para penyandang disabilitas, agar mampu menemukan dan mengembangkan keterampilan yang mereka miliki. Agar tidak ada lagi orang disabilitas yang meminta-minta di pinggir jalan. Melalui organisasi ini ia telah membina beberapa orang penyandang disabilitas.

Habibie Afsyah menuliskan di dalam bukunya berjudul Kelemahanku adalah kekuatanku untuk Sukses: "Kalau saya yang punya keterbatasan seperti ini saja bisa, Anda pasti bisa! Kemandirian dan kesuksesan adalah kodrat Anda."

Aang Permana (lahir 1990) sejak kecil mengurus Surat Keterangan Tidak Mampu setiap tahun karena keterbatasan ekonomi untuk bersekolah. Karena keterbatasannya pun Aang tidak pernah membeli buku pelajaran. Untuk itu ia hanya meminjam agar tidak ketinggalan pelajaran. Ia berhasil bekerja di perusahaan Minyak dan Gas. Kemudian ia sambil berbisnis Ikan Petek Cianjur yang diolah menjadi Crispy Ikan Sipetek. Setelah terlihat signal perkembangan bisnisnya, ia memutuskan resign dari perusahaan minyak dan gas. Tantangan yang ia hadapi adalah kuatnya bau amis ikan Petek. Tantangan kedua, produk yang ia buat belum sama sekali dikenal masyarakat. Sehingga ia mengerahkan seluruh tenaganya untuk riset menghilangkan bau amis dan mengedukasi pasar melalui inovasi rasa dan tampilan kemasan sehingga ia berhasil dengan 400 agen dan meraih omzet minimal 400 juta rupiah per bulan dengan produksi paling sedikit 1000 bungkus Crispy Ikan Sipetek. Modal awal yang ia gunakan 500 ribu rupiah (tahun 2014). Produknya pun sudah terjual hingga ke Malaysia dan Hongkong.

Kemanfaatan bagi sekitarnya juga menjadi perhatian pemuda usia 27 tahun ini. Aang memperkerjakan kaum ibu yang relatif menganggur (usia non produktif) agar bisa membantu meringankan perekonomian keluarga mereka. Ia juga tidak segan bermitra dengan para nelayan (di Danau Cilatah, Cianjur, Jawa Barat) untuk memasok bahan baku produknya. Sehingga perekonomian nelayan pun bisa terdongkrak lebih baik.

Prestasi Bob Sadino (lahir 1933) yang tutup usia pada 19 Januari 2015, patut menjadi pelajaran bagi kita. Jatuh bangun kehidupannya menjadi pengalaman tersendiri hingga ia mencapai keberhasilan dengan perusahaannya Kems Grup. Supermarket Kemchicks di bawah naungan Kemfood Grup merupakan supermarket kelas atas di Jakarta Selatan. Ia pernah menjadi karyawa agen pelayaran PT djakarta Lloyd, karyawan perusahaan barang konsumsi Unilever, supir taksi, kuli bangunan, hingga menjual telur ayam.

Jurnalis Tempo menuliskan: "Dia menjual telur ayam negeri. Berkat kemampuannya berbahasa Inggris, Bob mendapat banyak pelanggan orang asing. Belakanagan usahanya kian maju dan dia merambah bisnis lain. Seperti peternakan ayam dan ladang sayur. Dia pun mendirikan supermarket organik KemChicks, sementara bisnis pertaniannya semakin maju."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun