Dia tersenyum lagi. Mengusap halus rambut poni halusnya yang berkibar-kibar lembut.
Benar-benar sempurna wajahnya. Aku tidak pernah melihat wanita secantik ini. Namun, begitu melihat tubuh bagian bawahnya, aku menjadi ragu, meski tak menghilangkan rasa kekagumanku atasnya.
"Aku sudah menunggumu sangat lama. Dan hari ini adalah hari dimana pertemuan kita menjadi sepasang kekasih. Bagaimana? Kau mau, 'kan?"
Aku tidak siap dengan apa yang diucapkannya. Itulah makanya aku hanya bisa diam saja.
Dia melanjutkan, "Di sini, kau tidak akan merasakan kekurangan apapun. Kau pun tidak akan dilecehkan, dihina, dianggap remeh, justru kau akan diagung-agungkan karena kau akan jadi pasanganku. Bagaimana?"
Sebuah tawaran yang menggiurkan memang. Namun, apakah tawaran menggiurkan adalah sesuatu yang benar-benar baik? Maksudku, apakah sesuatu yang terlihat indah selalu membawa kebaikan?
Aku memang orang miskin. Pekerjaanku pun hanya seorang petani yang hanya memiliki sawah sepetak. Hidup sendirian sebagai bujang lapuk yang tak bermateri dan selalu dianggap remeh oleh orang-orang adalah sebuah dilema yang besar ketika di depan mataku tersuguh kan tawaran menggiurkan begitu rupa. Namun, aku selalu terlatih sejak kecil. Dulu ayahku ketika masih hidup selalu mengajarkan bahwa kebahagiaan tidak terletak pada benda-benda. Tetapi ada di dalam hati kita.Â
Tidak untuk meremehkan kekayaan, tetapi hanya untuk melihat dengan jernih bahwa kekayaan hanya sebatas benda-benda dan bukannya kebahagiaan itu sendiri. Nilai itulah yang sampai kini mengakar dalam jiwaku.
"Bagaimana, Pangeran? Kau boleh memikirkan tawaranku ini matang-matang. Namun, sebelum aku mendengar persetujuanmu. Biarlah aku mengungkapkan syaratnya. Syaratnya, kau mesti rela hidup bersamaku selamanya dan meninggalkan duniamu yang penuh kemunafikan itu. Jadilah pasanganku. Di sini, selamanya. Kau tidak akan kekurangan apa-apa, tidak akan dihina siapa-siapa," ujar Putri cantik itu dengan lembut.
"Sebentar. Sebelum aku menjawab, aku ingin bertanya. Kau ini sebenarnya bangsa apa? Jin atau apa? Dalam duniaku, kau dikenal hanya melalui dongeng-dongeng saja."
Ia tertawa kali ini. Tapi cara tertawanya tetap anggun. Tidak sedikitpun menghilangkan kecantikan di wajahnya.