Aku rasakan kemudian tubuh ini bergetar pelan, pemandangan perlahan bisa terlihat. Awan yang membungkusku itu perlahan memudar sedikit demi sedikit lalu kemudian lenyap tak berbekas sehingga menjadi cerahlah pandanganku atas apa yang disuguhkan di depanku.
Aku terkesiap untuk beberapa saat hanya demi mengagumi pemandangan yang terhampar begitu indah. Hampir aku terjingkat olehnya.
"Putri Duyung? Putri duyung, kah ia?" gumamku. Aku menggosok-gosok kedua mataku.Â
Wanita cantik dengan bagian bawah berupa ikan itu terlihat tersenyum kepadaku. Wajahnya cerah, ayu, dan menawan. Seberkas cahaya putih samar-samar mengepungnya sehingga menjadikan penampilannya berkemilauan.
"Selamat datang, Pangeran. Selamat datang di kerajaanku," ucapnya dengan lembut.Â
Ia terlihat mengucap kata-kata itu seperti ringan saja, tetapi di telingaku terdengar berwibawa dan merdu luar biasa.
"Siapa kau? Aku di mana?"
Kulihat wanita cantik berbentuk separuh ikan itu hanya tersenyum. Senyum yang benar-benar senyum. Bukan senyum yang dibuat-buat yang untuk menyenangkan orang lain saja atau senyum yang terpasang sekadar untuk menguatkan hati belaka.
"Tenanglah. Tak usah takut. Aku penguasa pantai ini. Sudah lama aku menantikan kehadiranmu, Pangeran."
Sebentar. Pangeran? Dia menyebutku pangeran?
"Aku bukan Pangeran. Maaf," ketusku.