Mohon tunggu...
Ekmal Medan
Ekmal Medan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer, Suka Motret dan Rebahan

...........

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Karena Internet itu Candu

24 Maret 2015   09:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:44 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya lebih senang menyebut kondisi sibuknya kita dengan smartphone ini sebagai sakaw ngenet (sakaw internet.red). Sebuah keadaan, dimana kita seolah kosong, hampa bin galau jika semenit saja tidak meng-scroll touchscreen smartphone atau tablet kita. Bila semua pengguna mobile internet tanah air seperti ini, maka Indonesia dalam ancaman bahaya!

Waspadai Dampak Sakaw Internet
Ketagihan adalah hal buruk. Begitu juga ketagihan pada internet, dan social media. Dikutip dari merdeka.com, Trisha Lin, seorang asisten profesor bidang komunikasi di Nanyang Technological University, Singapura,  mendefinisikan kecanduan digital melalui sejumlah gejala: ketidakmampuan mengontrol keinginan, gelisah jika jauh dari smartphone, menurunnya produktivitas belajar atau bekerja, dan merasa tidak bisa lepas dari keinginan mengecek telepon.

Dampak paling nyata dari sakaw internet adalah renggangnya  hubungan social. Membekunya kehangatan di rumah tangga. Sungguh tidak enak rasanya, saat kita tiba di rumah justru menyaksikan anak-anak kita lebih asyik dengan ponselnya dibanding menyambut kita. Sangat menyebalkan, saat waktu kita berduaan dengan pasangan justru ada jeda yang hampa, karena tiba-tiba masuk bbm, line dan beragam notifikasi lain.
Di kantor, kecanduan serupa bisa terjadi. Karyawan-karyawan yang terjebak situasi senyum-senyum sendiri sambil mantengin layar ponsel, jelas harus dicurigai sedang tidak 100 persen bekerja. Atau lebih parah, kerap terjadi konsumen tidak terlayani baik karena para karyawan gara-gara sibuk dengan smartphone mereka.

Kondisi terburuk dari sakaw internet adalah meningkatnya ketidakstabilan emosi dan pikiran. Penulis punya seorang teman yang sehari-hari bekerja sebagai cybertroop seorang politisi. Sesuai namanya, sebagai tentara cyber dia wajib bergelut dengan beragam taktik, strategi membangun pencitraan sang politisi di ranah internet.

Hari-harinya tidak lepas dari lalulintas pesan di jejaring social, blog, situs berita, hingga forum-forum diskusi. Dari tempat tugasnya dia dibekali sejumlah gadget. Mulai dari laptop, tablet hingga smartphone yang jumlahnya lebih dari satu.  Lazimnya cybertroop dia pun memiliki account socmed lebih dari satu. Saat ditanya berapa jumlah account twitternya, dengan pede dia menjawab punya lebih dari 300!

Dampak dari tugasnya itu, teman saya berubah menjadi sangat sensitif. Cenderung asosial, negative thinking, dan gampang marah. Emosinya fluktuatif mengikuti positif negative pesan yang menerpanya di Twitter juga Facebook. Dipaksa sakaw internet oleh tugasnya, membuat dia berubah menjadi sosok yang tidak mengasyikkan.

Penutup
Melihat dampak negatif sakaw internet via smartphone, maka sudah saatnya kita punya kesadaran bersama untuk mengatasinya. Harus ada sebuah gerakan untuk mengatur penggunaan smartphone secara wajar.Sudah waktunya,  kita pakai smartphone seperlunya saja.

Sudah saatnya membangun hubungan social yang hangat dan  nyata. Boleh saja memiliki banyak teman di ranah maya, namun tentu tidak elok jika kita karena ketagihan berteman dengan entah siapa saja di social media memakan korban hilangnya kemesraan di rumah tangga.

Boleh saja keranjingan update status di social media, asal semua pesan yang kita update bersifat positif, dan jauh dari fitnah. Silakan eksis dengan foto-foto selfie di internet, yang penting foto-foto kita santun dan sehat. Kita pasti bisa!(*)

(*) Tulisan ini pernah dilombakan dalam sebuah writing contest
(*) Diizinkan untuk copas, asal sebut sumbernya ya...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun