Mohon tunggu...
Mabate Wae
Mabate Wae Mohon Tunggu... profesional -

senior citizen

Selanjutnya

Tutup

Politik

Simulasiku, Ahok Boleh Jadi Kalah!

24 Mei 2016   18:57 Diperbarui: 28 Mei 2016   08:42 848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini aslinya komenku buat tulisan Gatot Swandito, yang menulis tentang "Sjafri sjamsoedin jangan gentar sebab tingginya elektabilitas Ahok cuma tahayul", 

Sori mas Gatot, Saya tempel ulang lagi kesini, lagi greget dan gemes saking lucu lucunya ko Ahok, igh, nggemesin!

Seperti lewat hitunganku dulu, mensimulasi kemenangan Jokowi menjelang pilpress dahulu , pake Monte Carlo Simulasi. Modelku bilang, Ahok ga mungkin menang! Alasannya sederhana, suara sisa yang diperebutkan antara dua kubu Ahok dan non Ahok cuma sisa 20 -22% (yaitu kaum abangan, yaitu kaum yang ga punya masalah mau milih "Ahok", sok ajah. Mo milih "No Ahok" mangga, alias pemilih merdeka. 

Anggap aja seluruh dobel minor 13-15% pemilih primordial minor memilih Ahok. Lalu 35% pemilih yang takut masuk neraka jelas memilih non Ahok, Kaum loyalis stagnan/status quo sepanjang 5 pemilu empirik,  dan juga riwayat pilkada/pilgub jakarta, menyisakan 20-22% suara yg direbutkan, karena tersisa dari suara golput 30% yg ga ikut pilgub, atau memang suara hantu jakarta, doble ktp, meninggal, keluarkota, salah daftar, perkeliruan dlsbnya.

Saran gua sigh, lebih baik Ahok menyerah kalah mundur, dan kembali insap kembali percaya dan mengandalkan pada sistem. Percaya pada sistem bahwa Partai, DPR,DPRD, BPK, KPK, Hukum adalah sistim sokoguru di republik ini. 

Anti sistem jelas menempatkan diri superior diatas sistem, alias berbakat otoritarian, diktator dan OUTLAWS. 

Karena sistim independen yang tersedia saat ini, adalah sistim anak tiri dan cacat sistim, sistim egois individualis, bebas merdeka tanpa tanggung jawab organisasi, kontrol organisasi dan pertanggungan jawab pada konstituen, Independen adalah sistim habis manis sepah dibuang. (Apalagi bila punya cacat pribadi). Yang jelas nikmat dan untung adalah tokoh pemenangnya, Tak harus bertanggung jawab, dan berdisiplin organisasi, alias FREEMAN.

Mundurlah dan kembalikan legitimasi sistem, bukan merusaknya! Ga percaya sistim jelas menghancurkan negara, jika kesalahan hanya pada oknum, itu hanya hanya gejala sesaat pada saat tempat dan suatu waktu, ga akan sepanjang masa. 

Karena sistem jelas lebih langgeng daripada oknum.Jadi jelas Ahok ga mungkin menang, dan aku ga suka manusia yang tak menghargai LOYALITAS berbakat OUTLAWS/DIKTATOR, menganggap semua orang/pribumi selalu salah dan bisa dibayar dengan uang, alias budaya memuja uang adalah segalanya. Coba Ahok kerja di propinsi miskin, atau menggaji pegawai DKI dengan uang pribadinya, pasti nangis dia!

Alasanku agar Ahok mundur, jelas ia akan lebih mendinginkan mesin sosial yang keburu memanas akibat katub katub primordial yang tersumbat syahwatnya, siap ekstase. Nah, ia akan sangat berjasa dan bermanfaat bila ia mau dengan rendah hati memupus egonya, bagi saudara saudaranya.

Selanjutnya, sebagai seorang yang tak mampu menunjukkan sikap loyalitas dan kesederhanaan diri, ia jelas tak memenuhi sarat sebagai murid yang baik, justru menyalahinya. Hayoo Ahok, fikirkanlah matang.Ego memang sulit ditaklukan. Semua diktator penyakitnya adalah superego. Mereka memang doyan menuduh  semua orang suka salah, lalu merasa terancam, dan semua orang dimusuhinya. Cuma dia sendiri yang benar, mana mau mendengar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun