Pelajaran keempat, biarkanlah apa yang sudah terjadi, terjadilah, jangan disesali dan membebani hati maupun pikiran lagi. Saatnya fokus dan kosentrasi pada apa yang bakal terjadi berikutnya. Kesasar lagi ntar!
Berhasil kembali ke arah Jakarta, untuk selanjutnya berputar balik ke arah Bandung kembali, dengan mengandalkan GPS dan setelah masuk kembali ke jalur yang sangat kukenal, karena dahulu sering dilewat tiap akhir minggu, namun karena emosi jadi terlewat. Bahkan sampai terjadi dua kali, sungguh suatu peristiwa diluar akal sehat, keledai saja tak bakal terperosok dua kali. Namun, memang desain belokan kilometer 66 sungguh desain belokan buatan anak STM mungkin? Perlu kesiagaan dan keberhati hatian yang cukup tinggi, karena bila mengandalkan papan kilometer jelas sering terhalang kendaraan jalur cepat. Zaman Belanda, sering dipasang di sebelah kiri jalan, karena disekolah kita diajarkan harus selalu berjalan disebelah kiri. Nah kan, demi ngirit biaya, dipasang saja sebuah dijalur tengah, lumayah bukan, bisa ngirit patok separuh jalan.
Papan petunjuk 1 kilometer dan 500 meter menjelang dipasang tinggi di atas dan jika kita dibelakang kendaraan besar jelas bakal tertutup pandangan oleh bak truk atau bis, demikian juga menjelang dekat belokan tak ada ciri atau warna apapun yang dapat membedakan agar bersiap membelok. Namun rata sejajar jalur ke Cirebon. Nah saat siap siap berbelok dengan suasana monoton tersebut,....wusss, terlewat dan tak tersedia alternatif jalur putar balik selain ke pintu tol Cikampek, atau bagi yang memang berjiwa santai, langsung putar balik Kalijati.
Terasa primitip deh jadinya, salah anda sendiri, ga siaga dan hati hati. Padahal sering bolak balik Jakarta Bandung tiap akhir pekan, tetap saja sudah beberapa kali terjadi terlewat kilometer 66, terutama saat malam hari karena penuh rendengan bus dan truk. Tak ada ciri khas atau lampu penerangan yang menunjukkan ...awaaasssss...ini belokan ke Bandung, dll! Pasang kek, lampu kedap kedip atau Banner, dlsbnya di belokan atau 50 meter di titik belokan tersebut. Mahal ngkali ongkosnya ya, urusan orang lain lagi? Bukan urusan gwa, Jasa Marga,PU atau negara buat rakyat yang suka teledor seperti elo! Walau lu rakyat, bayar pajak dan pajak kendaraan, memang dilarang menunggak.
Akhir kata, sampai juga ke Bandung, yang semula direncanakan bakal sampai jam delapan malam, akhirnya dengan jalan inspeksi tol Cipali berhasil tiba dirumah jam sepuluh malam. Disambut cucu TK yang langsung bertanya, kakung, mana yang salah kakung atau motornya, lalu mana yang keserempet motornya. Tanyanya sambil mencari bagian yang tergores dan tergerus motor dan mobil. Oooo...katanya. Huh..hilang seketika gereget dan emosi oleh kemalangan yang menimpa hari itu, akibat betapa empaty dan perhatian sang cucu, anak gadis TK Taman Lalu Lintas tersebut.
Akirnya, pelajaran kelima, seburuk apapun pengalaman yang terjadi, diujungnya selalu ada pelajaran, hiburan dan kegembiraan tak terduga, bahkan dari anak TK sekalipun. Buset banyak banget kesalahan hari itu yang terjadi, sehingga dapat lima pelajaran, dasar murid bandel ndableg mungkin ya?
Saran saya pada Jasa Marga maupun perusahaan pengelola jasa Tol, juga Negara, PU, dan lain lainnya, agar meningkatkan standard tinggi keselamatan dan kenyamanan berkendaraan di jalan Tol (Pakailah standard negeri maju, kita bukan underdevelop country lagi), misalnya dengan menambah jalur putar atau exit di titik penting pada lintasan atau belokan ke kota kota,dan berbagai titik titik penting. Jalur berbalik bagi kemungkinan pengendara yang terlanjur terlewat 500 meter atau 1 km di setiap belokan penting. Pasang marka atau lampu peringatan tiap persilangan atau di jalan tol yang memerlukan penerangan untuk membedakan sisi kiri dan kanan jalan, maupun adanya kelokan dan belokan.Eh, ini bukan saran, tapi ini wajib, karena rakyat sudah membayar pajak, pph, pbb, pajak kendaraan, konsumtip, tol, dll!.
Catatan:
Ini cerita H-4 menjelang mudik dan balik lebaran, jadi belum benar benar menjajal seluruh lintasan Cipali, baru sepertiganya, walaupun pulang pergi. Tak mengalami, terutama saat macet atau bumpetnya Cikampek dan Cipali saat mudik lebaran, yang dapat mencapai 20 jam di jalan antara Jakarta Magelang saat H-1, menurut kabar saudaraku.
Bandung, 20 Juli 2015.
Cerah, 26ºC