Saudara, sahabat atau kepercayaannya ikut aman, dan kebohongan mereka berubah menjadi kebenaran. Kebohongan inilah yang bikin negeri kita bangkrut secara total hingga kita kehilangan harga diri.
Dalam dunia politik memang banyak tokoh baik dan jujur, tapi itu hanya cerminan moralitas individual. Dengan begitu, anggapan bahwa dunia politik itu bohong, dan culas, bukan sikapgebyah uyah, melainkan penilaian mendasar, sahih, kuat, terpercaya.
Kedua, kebohongan ilmiah, yaitu perilaku culas kaum ilmuwan, yang menggelapkan data, mengemukakan data fiktif, palsu, manipulatif, atau mengklaim pemikiran dan hasil ijtihat pihak lain sebagai milik dan karyanya.
Ini berbahaya bagi bukan saja dunia ilmu yang karena itu tak bakal bisa berkembang melainkan juga bagi penegakan hukum dan etika sosial karena hal itu bisa menjadi ancaman keadilan dan kebenaran. Kalau sekadar angka dan data saja dicuri, konon pula setumpuk uang rakyat yang lebih menggiurkan. Orang macam ini menjadi sangat terlatih untuk bohong. Dan, potensial merusak masyarakat.
Ketiga, kebohongan pribadi, yang datang dari orang per orang, dan membohongi orang lain. Ternyata, pergaulan itu licin dan mudah melukai trust yang semula tampak anggun memahkotai sebuah persahabatan di kantor atau di masyarakat.
Salahnya, kita sering cepat percaya akan kebaikan orang. Kita lalu kaget setelah kita dibohongi oleh orang yang untuk waktu lama pernah kita anggap sahabat.
Ini terjadi tidak mendadak. Sinyal lembut sudah ada sejak lama. Tandanya? Biasanya orang itu gigih menempatkan menang-kalah, bukan benar-salah, sebagai ukuran.
Tujuan hidupnya mencari kemenangan dan bukan kebenaran. Bohong tak dianggap masalah. Lalu, diam-diam, bohong menjadi kebiasaan rutin yang tak terasa, tapi sebetulnya itu tindakan tiranis dan menindas.
Negeri kita bangkrut karena kebohongan para tokoh. Kita marah pada mereka, tapi lupa, tiap tokoh datang dari masyarakat kita juga. Maka, demi perbaikan, kita harus membenahi basis sosial di bawah, dengan pendidikan yang membentuk watak jujur, lurus, amanah, lewat cara hidup di keluarga, di kantor, di masyarakat, dan di sekolah, dengan kontrol sosial dan penegakan etika secara tegas. Dan kita memiliki cadangan tokoh-tokoh yang berkualitas.
Sikap kita pun jelas, kebohongan itu racun moral dan patologi sosial yang merusak. Para tokoh masa depan tak boleh terkena radiasi kebohongan macam itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H