Ketiga pertanyaan reflektif ini kemudian mendorong saya untuk mulai membedah nalar tentang hal ini. Babak pikiran kritis itupun kemudian muncul dalam pemikiran saya selanjutnya.
Belajar  Dari  SBY
Kita semua tahu. Pada masa Pak SBY, influencer sudah ada. Hanya saja, Pak SBY sangat detail menempatkan tugas influencer.Â
Pak SBY adalah seorang Presiden sekaligus diberkati memiliki kemampuan menjadi seniman. Dia selalu menciptakan lagu. Lagu-lagu itu kemudian digubah dan dibawakan oleh aktor atau artis nasional. Maka, diskusi di Istana Presiden adalah tentang karya-karya seniman. Baik itu lagu, film, hingga batu akik.Â
Semua pekerja seni diminta untuk berkontribusi bagi kesenian Indonesia. Meski dikritik hobi menggubah lagu, Pak SBY tidak sekedar menggubah lagu tapi secara tidak langsung mendorong pekerja seni untuk selalu menempatkan orisinalitas dalam setiap karyanya.
Pada titik ini, kita meski tegas mengatakan bahwa Pak SBY sangat cermat menempatkan fungsi selebritas dalam tugasnya. Berbicara tentang seni dan mempromorsikan seni sesuai bidang tugasnya. Sementara itu, tugas memperkenalkan kebaikan kinerja Pemerintah hanya dibuktikan melalui output program pemerintah yang dirasakan warga bukan melalui selebritas atau influencer dalam istilah kekiniannya.
Pada era Pak SBY juga medsos ikut bertumbuh. Terbukti di era itulah, Pak SBY meluncurkan akun twitter perdananya dan langsung booming. Meski ada akun anonim yang menghajar kanan dan kiri menghancurkan Pak SBY dan Demokrat sekalipun, tak pernah terbersit beliau membuat influencer tandingan. Bahkan, dia membalikkan semua itu dengan kerja nyata. Masyarakat menikmati.
Lebih dari itu, tak ada kelompok anak muda yg dikumpulkan untuk jadi buzzerRp. Justru di zaman Pak SBY, anggaran pendidikan meningkat, anak muda dipacu bersaing mendapatkan beasiswa menjadi pemuda rasional yang menuntut ilmu dalam beasiswa yang di dapat. Seperti itulah Pak SBY dan programnya yang harus ditiru.
Mencegah Polarisasi
Pak Jokowi sudah seharusnya turun tangan sendiri. Tak perlu lagi mengolah isu apapun guna membuat pencitraan.
Sudah waktunya, Pak Jokowi turun gunung sendiri. Ada baiknya, dari pada Pak Jokowi menggunakan influencer, Pak Jokowi sebaiknya blusukan. Jelaskan kepada masyarakat kondisi sebenarnya. Harus diingat, menggunakan influencer hanya utk menutup kelemahan lainnya tanpa menyelesaikan masalah.