Rutinitas belajar dan mengajar selalu diawali dengan cek presensi. Setiap guru
yang masuk akan memanggil satu persatu murid. Pada saat itu, guru Bahasa
Indonesia yang terkenal galak mulai memanggil setiap murid. Dengan nada tegas
dan ekspresi kaku, ia menyebut nama murid. Hal ini menyebabkan murid yang
dipanggil pun menjawab tak kalah lantangnya.
"Andi Ahmad? “ "Hadir bu!" "Azmi Mahdi?” "Hadir bu!" "Bayu Satria?" "Hadir
bu".
"Akhirnya kamu masuk sekolah juga ya. Kenapa kamu kemarin tidak masuk?"
"Saya mesti ke rumah sakit, bu," jawab Bayu sembari senyum.
"Kenapa kamu jawab pertanyaan saya sambil senyum-senyum?" jawab sang guru
kesal.
"Iya bu, soalnya kata dokter saya terkena kanker otak."
"Apa yang lucu? Kanker otak itu berbahaya."
"Saya senang bu. Ibu sudah tidak bisa bilang 'dasar kamu tidak punya otak” karena
otak saya rusak.
Seisi kelas meringis mendengar jawaban Bayu. Mereka ingin tertawa, tetapi
khawatir dimarahi sang guru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H