Selain itu, dakwah juga dibutuhkan untuk membangun persatuan, menanamkan nilai-nilai moderasi dan toleransi beragama, menjaga kerukunan dalam kemajemukan yang merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa dan mencintai Tanah Air Indonesia.
Dengan carut-marutnya kebencian antarmazhab yang dirasakan saat ini, kita butuh sekali sosok habib yang muncul ke permukaan, sebagaimana saat nabi dilahirkan.Â
Yakni, membangun cinta dan perdamaian diantara suku-suku dan dua imperium besar---Kekaisaran Romawi dan Kekaisaran Sasaniyah Persia---yang kemudian peradaban itu bergeser ke Timur.
Prof. Habib Quraish Shihab dalam sebuah wawancara dengan media tirto pada 24 januari 2017 mengatakan, bawah nabi sebelum ditugaskan untuk berdakwah, disuruh membaca.Â
Wahyu pertama itu iqra!. Setelah itu turun ayat: Bangkitlah, untuk menyampaikan berita. Tapi masih diisyaratkan: Agungkan Tuhanmu. Penampilanmu biar baik.Â
Pakaianmu biar bersih. Tinggalkan segala macam kekotoran. Fisik atau non-fisik. Dan jangan memberi dengan mengharap menerima lebih banyak. Jangan jual agama.
Terlebih, ciri habib yang berasal dari Alawiyyin Hadramaut (mayoritas Indonesia) adalah mematahkan pedang yang berarti tidak bersikap keras. Apalagi terhadap sesama Muslim.Â
Habib seperti ini yang kita butuhkan dan populer di masyarakat sehingga dapat memengaruhi semua elemen agar lebih moderat dalam pandangan agama dan politik.
Habib berarti dikasihi sekaligus mengasihi. Tentu saja kita sebagai umat Islam sudah sepatutnya mencintai dan mengasihi para habaib. Namun hari ini, kita membutuhkan sosok habib yang penuh keteduhan seperti Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan, Habib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan Jakarta, dan Habib Umar Al-Muthohar Semarang.
Habib milenial yang mampu berdamai dengan situasi modernitas dengan keilmuan kontemporer itu, bernama Habib Husein Ja'far Al-Hadar. Ia sempat diundang dalam podcast Deddy Corbuzier berkomentar seputar keislaman.Â
Ia salah satu habib muda idaman dan idola kaum muda. Melalui dakwahnya di Youtube dengan channel "Jeda Nulis", betul-betul terlihat tentram dengan nada rendah, berdakwah dengan hati jernih bersih, serta menghargai pluralitas melalui dakwah kekinian, penuh kesejukan dan kedamaian.