Â
"Aku tinggalkan Kekayaan alam Indonesia, biar semua negara besar dunia iri dengan Indonesia, dan aku tinggalkan hingga bangsa Indonesia sendiri yang mengolahnya," ucap Kusno-nama kecil Soekarno.
Keluasan dan kekayaan alam Indonesia menyuguhkan dua hal, keindahan dan tantangan. Salah satu adalah Indonesia menjadi negara nomor 2 dengan penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) setelah Brazil versi WHO. Hanya negara tropislah yang akan mengalami serangan DBD karena ini terkait dengan karakteristik nyamuk penyebar virus dengue, yaitu Aedes Aegypti.
Sore itu, Jogja diguyur hujan. Kamis, 9 Nopember 2017 bersama dengan jejaring netizen Jogja yang terdiri dari komunitas Genpi Jogja, Duta Damai Jogja, Malamuseum, dan Kompasianer Jogja, saya berkesempatan belajar di insektarium Eliminate Dengue Project Indonesia lebih dikenal dengan EDP Jogja.
November adalah salah satu bulan yang mengalami musim hujan. Musim yang cocok untuk perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti. Sehingga pada bulan-bulan basah ini rawan bagi setiap orang yang tidak menjaga kebersihan terserang DBD.
Seperti yang kita tahu, sampai detik ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit demam berdarah. Padahal DBD telah mengancam seperempat penduduk bumi atau sekitar 2,5 miliar orang. Berbagai tindakan pun dilakukan untuk menanggulangi DBD di Indonesia diantaranya dengan upaya pengasapan (fogging), penggunaan obat nyamuk bakar/semprot/lotion, namun hasilnya tak signifikan.
Kondisi tersebut membuat gelisah para #PahlawanZamanNow yang tergabung dalam Tim Eliminate Dengue Project Jogja (EDP Jogja) dalam mengembangkan metode alamiah untuk mengurangi penyebaran virus dengue dengan menggunakna bakteri alami bernama wolbachia.
"Wolbachiaadalah bakteri yang mampu menekan replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk sehingga diharapkan dapat menurunkan kemampuan nyamuk untuk menularkan DBD dari satu orang ke orang lain," Warsito Tantowijoyo, Ph.D selaku Entomolog EDP Jogja.
EDP Jogja adalah bagian dari EDP Global sebuah lembaga yang melakukan penelitian teknologi wolbachiadi Australia, Vietnam, Colombia, dan Brazil. Penelitian EDP di Indonesia dilakukan oleh Pusat Kedokteran Tropis , fakultas Kedokteran UGM dan didanai oleh Yayasan Tahija dari Jakarta.
Penelitian ini dimulai sejak 2011 di Jogja sesuai dengan situasi dan kondisi alam dan masyarakat Indonesia dengan studi kelayakan dan keamanan metode wolbachia. Hal yang melatarbelakangi adalah jumlah angka kejadian DBD di Jogja mencapai 28,8 kasus per 100.000 orang di Indonesia (Dinas Kesehatan DIY, 2011).