Mohon tunggu...
Eliza Bhakti
Eliza Bhakti Mohon Tunggu... Insinyur - Environmental Enthusiast

Government Officer | Environmental Enthusiast | Writer in progress |

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Makan Bergizi Gratis, Jangan Lupa Air Bersihnya

8 Januari 2025   11:23 Diperbarui: 8 Januari 2025   15:08 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa Sekolah Dasar (Unsplash/Bayusyaits)

On your mark, get set, go! Januari 2025 menjadi awal maraton panjang program flagship Makan Bergizi Gratis (MBG). Program bernilai anggaran fantastis Rp 71 triliun ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk memerangi stunting, kemiskinan dan kelaparan.

Merujuk pada data APEKSI, terdapat 53.300.038 siswa mulai jenjang PAUD hingga SMA di 439.444 sekolah yang menjadi bagian penerima manfaat. Selain peserta didik, perlu dicatat bahwa masih ada penerima manfaat lain yaitu balita, murid pesantren, ibu hamil, dan ibu menyusui.

Selama 9 bulan terakhir Badan Gizi Nasional (BGN) telah memetakan kebutuhan makanan pokok beserta lauk untuk "Rp 10 ribu per anak" ini. Dari hasil trial didapatkan perkiraan untuk 3.000 anak per hari per satuan pelayanan diperlukan 200 kilogram beras, 350 kilogram ayam atau 3.000 telur, dan 350 kilogram sayur. Sebagai catatan, estimasi tersebut hanya untuk satuan pelayanan di satu wilayah. Apabila program MBG ini telah full berjalan penuh, maka dalam satu kecamatan setidaknya ada lima satuan layanan MBG.

Lalu Bagaimana dengan Kebutuhan Air dan Sanitasinya?

Memasak nasi memerlukan air. Mencuci sayur mayur memerlukan air. Memastikan kebersihan peralatan makan dan minum memerlukan air. Pembiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) juga memerlukan air bersih. Semua aspek dalam program MBG memerlukan air.

Ada beragam akibat dari mengonsumsi air tidak bersih atau terkontaminasi bakteri, yang sering dikaitkan sebagai waterborne disease antara lain diare, kolera, disentri, dan typhoid. Dalam beberapa kasus, pencemaran air dapat menyebabkan wabah hepatitis A dan B.

Mengutip pernyataan Abdul Rahim -Kepala BPPOM di Padang (2024), air yang tercemar bakteri E Coli dan Salmonela dapat menjadi penyebab Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan. Kontaminasi E Coli juga bisa disebabkan kontaminasi feses manusia dan hewan serta sanitasi yang buruk. 

Faktor lain yang berkontribusi terhadap keracunan pangan adalah akibat penggunaan air yang tercemar E Coli, orang terinfeksi yang menangani penyiapan pangan, serta pembersihan dan sanitasi peralatan yang tidak tepat.

Ironisnya, data UNICEF menyatakan secara global 29 persen sekolah tidak memiliki layanan air minum dasar, yang berdampak pada 546 juta anak sekolah. Fakta lain menyatakan bahwa 1 dari 3 sekolah dasar dan 1 dari 4 sekolah menengah tidak memiliki layanan air minum dasar.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyebutkan hingga 2024 masih ada 3,1 juta peserta didik di Indonesia yang belum memiliki sumber air bersih di sekolah. Selain itu, setidaknya ada 8,9 juta anak Indonesia yang belum memiliki akses sarana sanitasi yang layak di sarana pendidikan.

Makan Siang Gratis Sebagai Jalan Masuk Pembenahan Air di Sekolah di Amerika Serikat

Michelle Obama selaku penggagas kampanye kesehatan masyarakat Let's Move (reflector-online.com/John Balladi, Brannan Tisdale, Emma Hardy)
Michelle Obama selaku penggagas kampanye kesehatan masyarakat Let's Move (reflector-online.com/John Balladi, Brannan Tisdale, Emma Hardy)
Di Amerika Serikat, program makan siang gratis di sekolah menjadi jalan masuk pembenahan penyediaan air di sekolah. Pada pertengahan era 2000-an, 40% sekolah di negara bagian California gagal menyediakan air gratis di kantin sekolah.

Fakta itu terdengar ke telinga Gubernur California Arnold Schwarzenegger, dan diresponsnya dengan baik. Pada September 2010 mantan binaragawan dan aktor tersebut melegalkan kebijakan SB 1413 - sebuah mandat yang mengharuskan sekolah menyediakan air minum gratis selama jam makan.

Program penyediaan air gratis di California ini kemudian diusung ke level nasional. Saat era Presiden Obama diluncurkan Healthy, Hunger Free Kids Act (Undang-Undang Anak Sehat dan Bebas Kelaparan) -sebuah paket kebijakan federal yang menetapkan standar gizi dan pendanaan makanan untuk sekolah umum dan pusat penitipan anak, dengan menambahkan penyediaan air minum ke dalam undang-undang tersebut.

Kenney, seorang ahli gizi anak dari Harvard TH Chan School of Public Health seperti dikutip dalam the guardian mengatakan bahwa sekolah harus menggunakan strategi untuk menyediakan air minum gratis di ruang kelas dan kantin sekolah. Sekolah bisa meletakkan cangkir dan teko di meja kafetaria. 

Beberapa sekolah menambahkan tempat pengisian botol yang disaring ke pancuran air (water fountain) yang sudah ada. Bahkan, beberapa sekolah yang lebih "mampu" menyediakan pendingin air portable di kelas. Survei United States Department of Agriculture (USDA) atau Departemen Pertanian Amerika Serikat menunjukkan bahwa sebagian besar sekolah telah menavigasi strategi penyediaan air ini dengan memadai.

PR Besar Pembenahan Penyediaan Air Mendukung MBG

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) menggaris bawahi bahwa air bersih menjadi kunci utama untuk menyukseskan program strategis ini. 

Penyediaan air bersih sendiri merupakan urusan konkuren pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Oleh karenanya kesuksesan penyediaan air untuk program MBG harus didukung oleh pemerintah daerah (level provinsi dan kabupaten/kota) maupun BUMD air minum.

Air Keran Langsung Minum di Kota Malang (Dok. Pribadi)
Air Keran Langsung Minum di Kota Malang (Dok. Pribadi)
Tiga hal yang menjadi mitigasi risiko dapat dilakukan sebagai upaya memberikan makan bergizi dan air yang aman sebagai sokoguru program MBG.

Pertama, perbaikan tata kelola penyediaan air utamanya air minum perpipaan. Penyelenggara penyediaan air minum yang meliputi BUMN, BUMD, Unit Pengelola Teknis Daerah (UPTD) Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), serta kelompok masyarakat harus didorong sebagai penyedia air minum di satuan pelayanan penyedia MBG.

Kedua, perkuatan pengawasan internal dan eksternal terhadap kualitas air di satuan pelayanan. Rantai pasok air dari sumber hingga ke keran harus diperiksa secara periodik dan dimitigasi risikonya melalui Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM). 

Kisah pilu tragedi meninggalnya 22 anak-anak (2013) akibat keracunan makanan di sekolah perlu dijadikan pelajaran besar dalam mitigasi risiko makan siang gratis. Keracunan di Bihar India tersebut dituding sebagai kelalaian pemerintah melakukan pengawasan kualitas makanan yang disediakan sekolah.

Pengambilan sampel air untuk uji kualitas air (Dok. pribadi)
Pengambilan sampel air untuk uji kualitas air (Dok. pribadi)
Hal ini selaras dengan rilis Celios (2025) yang menyatakan pentingnya pengawasan ketat dalam pelaksanaan program MBG. Pengawasan tidak hanya melulu terkait penyelewengan dana namun juga bagaimana pengawasan kualitas makanan. Celios menekankan kombinasi antara kualitas makanan, pengawasan, partisipasi masyarakat dan transparansi sebagai kunci program MBG berjalan baik dan memberi dampak positif.

Ketiga, MBG sebagai upaya dalam penyebarluasan awareness pentingnya hidup bersih dan sehat. Anak-anak harus mulai diajari  higiene dan sanitasi dasar seperti cuci tangan pakai sabun sebelum makan. 

Selain itu diperlukan pelatihan kebersihan dan sanitasi dasar bagi staf yang menangani pangan di tiap satuan pelayanan, serta penggunaan alat pelindung seperti sarung tangan dan masker saat menyiapkan bahan pangan.

Sebagai penutup, mengutip Celios (2025) bahwa program MBG tidak bisa dijalankan hanya dengan niat baik, tetapi harus ada perencanaan yang matang dan tata kelola yang jelas. Tanpa fondasi yang kokoh, sebaik apa pun tujuan MBG, dampaknya akan tetap kurang dirasakan penerima manfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun