Resensi buku bukanlah hal baru, bahkan para founding fathers kita dulu adalah para peresensi buku yang ulung. Soekarno menyebut proses membuat resensi sebagai “tilikan” atau proses mengamati buku dengan sungguh-sungguh. Muhidin M. Dahlan dalam Inilah Resensi menyampaikan bahwa resensi buku tak hanya sekedar merangkum namun bisa sebagai alat untuk mengkritisi suatu karya.
"Meresensi adalah kerja memasuki buku secara intens dan memberikan umpan balik atas buku yang dibaca. Namun, meresensi tidak sekadar itu, ada siasat bekerja di sana."
Memulai Membuat Resensi
Perkenalan dengan resensi buku mulai saya dalami pada salah satu webinar Buibu Baca Buku (BBB) Book Club pada April 2024. Salah satu challenge dan isu yang dikampanyekan BBB adalah climate literacy. Puty Puar, founder BBB mengajak para ibu-ibu untuk kembali membaca dan membuat resensi terkait isu iklim. Isu iklim yang sepertinya "nun jauh di sana", ternyata bisa dibalut dengan kemasan membumi dengan resensi ringan di instagram. Postingan instagram dengan carousell dan video pendek -yang awalnya digadang-gadang menurunkan atensi- kini dikompromikan sebagai alat untuk meningkatkan minat baca utamanya ibu-ibu.
"Tak ada resensi buku tanpa lewat praktik membaca. Meresensi adalah menuliskan kembali apa yang tersirat maupun tersurat dalam buku yang dibaca." Muhidin M. Dahlan.
Berbekal ilmu nekat, saya mulai menulis resensi buku. Dan ternyata menulis resensi tidak semudah merangkum tulisan. Ok, mungkin ini pengaruh pendidikan saya di SD yang diminta mencatat dan merangkum, sehingga jiwa kritis saya amat sangat kurang.
Iqbal Aji Daryono pernah menyampaikan, bagaimana mau menulis dengan kedalaman yang kompleks jika kita hanya terbiasa melahap buku-buku praktis. Membuat resensi nyatanya mengasah critical thinking. Tak hanya sekedar membaca, saya pun harus mulai menelisik seperti apa latar penulis, atau apa pemicu penulis membuat statement A atau B. Sama seperti otot yang tak pernah dilatih, otak jadi kian tumpul jika tidak aktif berfikir. Nicholas Carr dalam bukunya The Shallows mengungkapkan keresahannya tentang bagaimana kemampuan berpikir manusia akan digantikan komputer.
Jadi, mari kita kembali membaca dengan "sadar", dan menuliskan refleksi dari setiap yang kita baca dalam resensi (walau sekedar postingan singkat di media sosial).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H