Challenge ketiga, tolak alat makan sekali pakai. Hasil estimasi, sekitar 40 miliar peralatan plastik dibuang setiap tahun di Amerika Serikat saja. Cara paling mudah menguranginya adalah membawa sendok, garpu atau sumpit sendiri.Â
Tak perlu tergiur membeli spork (sendok dan garpu yang menyatu) jika memang kita masih punya banyak peralatan makan yang bisa dipakai. Mulailah dari membawa barang-barang yang sudah kita miliki.
zero waste shop. Tapi teman-teman tidak perlu khawatir karena toko curah tradisional sebenarnya banyak ditemukan di pasar dekat rumah. Kuncinya adalah komunikasi dengan si penjual untuk membungkus belanjaan kita di kemasan yang sudah kita bawa. Jangan lupa senyum, pasti si penjual akan senang.
Challenge keempat, beli curah. Saat ini memang sudah banyak bermunculan bulk store atauHasil survei refill.org.uk menyatakan bahwa 3 dari 4 orang menginginkan akses untuk opsi reuse dan refill, yang memberi harapan bahwa ada potensi besar pasar untuk ekonomi hijau. Mengadaptasi budaya refill tidak mahal. Untuk memulai tidak perlu membeli tumbler extra mahal atau alat-alat fancy.Â
Jika di rumah sudah memiliki botol kemasan, pakai yang ada. Jika ada botol kaca bekas selai, manfaatkan. Jika sedotan stainless terlalu mahal bagi kantong, pilih opsi untuk langsung meminum dari gelas, simpel dan murah.Â
Jika bulk store terlalu jauh dari rumah, opsi lain adalah belanja curah di pasar dekat rumah. Jangan sampai adaptasi budaya minim sampah menjadikan kita boros, kuncinya adalah hidup berkesadaran.
Mulai langkah kecil teman-teman di Plastic Free July hari ini. Selain baik untuk bumi, budaya refill ini juga ramah untuk kantong. Selamat mencoba!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H