Bel sekolah berdentang lama dan cukup nyaring pertanda berakhirnya jam pelajaran kami hari ini.  Aku menghela napas sembari buru-buru  kujejalkan buku-buku ke dalam tas  ku. Hari ini adalah hari perdana ku memakai tas baru, tas yang cukup trendi berwarna pink dengan saku samping yang terbuat dari jala-jala. Tas yang sudah lama kuidam idamkan,  hadiah karena mendapat ranking di kelas dengan hasil raport yang memuaskan, dengan perasaan mengembang ku panggul ransel baru ku itu keluar ruang kelas.
Kataku "ayo pulang wes jam nya pulang sambil kuamit lengan teman sebangku ku Denok....
Yo ayuk...balasnya
Aku yo di tunggu no...saut Agus keras dari belakang kami
Buru-buru kami ber tiga berlari lari kecil keluar gerbang sekolah, boleh dibilang kami sering pulang sekolah bersama-sama maklum jalan pulang kami sama. Ditengah jalan kami sibuk ngobrol macam-macam mulai dari membicarakan Pak Nanang wali kelas kami yang galak sampai membicarakan adik Denok yang masih suka ngompol padahal sudah TK nol besar. Sesampainya kami di jalan aspal besar yang cukup ramai kami melirik sederet pohon petai cina yang tumbuh dan berbuah lebat di samping kiri jalan.
Hei liat!....Buah petai china buanyaknya.....seru Agus sambil menunjuk ke deretan pohon petai china yang rimbun di sebelah kiri.
Wahhhhhh..seru ku dan Denok berbarengan.
Ayok di panjat dan kita petik buahnya....emak ku biasa bikin Bothok (sejenis makanan yang terbuat dari campuran parutan kelapa, petai china, terri, tempe atau tahu yang di bungkus daun pisang dan dikukus) wuueennakkk ..lo kata Agus sambil mengacungkan jempolnya.
Buru-buru melepas tas ransel kami dan mulai memanjat pohon petai china, dengan tas kresek hitam yang kami temukan direrumputan kami masing-masing membawa sebungkus besar petai china. Kami berdendang kecil berjalan kearah rumah sambil membayangkan Bothok buatan ibu kami masing-masing.
Sesampainya dipersimpangan ujung gang rumah kami, kami mulai berjalan sedikit cepat, dan tiba-tiba kepala ku kejatuhan sesuatu.
Waduh..!!! Â teriak ku keras keras
Otomatis Agus dan Denok berpaling ke arahku
Ono opo, ada apa Lin..katanya serempak
Kepala ku kejatuhan sesuatu kataku..Sambil ku elus elus kepala ku yang berkepang dua itu
OOOhhhh...kata denok kejatuhan jambu Lin..katanya sambil membungkuk memungut buah jambu ke tanah.
Lihat tuh buah jambu mbah Legi...wuihhhhh..mantap nih seru Agus.
Kami bertiga menyeka air liur kami membayangkan segar dan manisnya jambu air mbah Legi yang memang terasa legi (manis) itu. Kami mengetuk pintu rumah mbah Legi bermaksud meminta izin memetik buah jambu yang menggiurkan itu. Setelah izin di dapat kami bertiga berlomba-lomba naik memanjat pohon jambu air yang tak sebarapa tinggi . Sambil mengunyah buah jambu..kami terus menjejalkan buah-buah kemerah merahan dan berair itu ke kantong baju seragam kami dan tas kresek hitam pemberian mbah Legi. Dalam waktu kurang dari 5 menit segera tas kresek itu menggembung penuh sesak. Setelah baju seragam kami kotor dan tas kresek terasa berat dan cukup, kami bertiga pamit pulang. Rejeki nomplok neh pikirku..dalam perjalanan pulang kami berdendang ceria membayangkan makan sepiring nasi hangat ditemani sayur Bothok dan tempe goreng, tak lupa buah jambu air manis mbah Legi dengan membayangkan saja merasa segerrrrnya pasti maknyuss.
Makasih ya..Gus, Nok..besok pulang sekolah bareng lagi....kataku sambil melambaikan tangan dan bergegas memasuki halaman rumah ku.
Yooooo.....teriak Agus dan diiringi anggukan Denok mantap sambil berlalu .
Ku ketok rumah ku keras-keras "tok-tok-tok-tok", BU....BUeee...teriak ku
sabarrrr..seru ibu dari dalam rumah sembari membuka pintu, nih anak teriak -teriak  trus to...
Bu.....ku bawain petai China ma buah jambu nih..kataku bangga sambil menunjukkan 2 buah tas kresek hitam yang ku tenteng di tangan kanan dan kiriku, buat sayur Bothok yah bu...kataku merajuk.
Halah..nduk repot besok aja yo.....jawabnya
Lha mana tas mu nduk katanya...sambil meraih 2 tas kresek dari tangan ku
Aku melonggo dan bingung....bagai disengat listrik...tas pink baru ku tak lagi bertengger di pundak ku.
Kemana yah..raib nya....seingat ku aku masih menentengnya waktu dirumah mbah Legi.
Mana nduk...tanya ibu ku lagi.
Aku ndak tahu..jawab ku sambil terisak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H