Mari kembali ke QS An Nahl ayat 78 di atas. Allah Subhaana Wa Ta'ala telah menjelaskan, bahwa kita terlahir dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apa pun. Supaya kita mengetahui tentang sesuatu dan banyak hal, maka Allah berikan alat atau potensi untuk itu. Yaitu pendengaran (telinga), penglihatan (mata), dan hati (fu'ada). Gunakan potensi itu dengan baik sebagai bentuk syukur kita kepada Allah.
Dari keadaan tidak mengetahui sesuatu apa pun, maka dengan pendengaran kita bisa tau, faham, dan berilmu. Sumbernya bisa guru, dosen, ulama, atau berita yang ada.Â
Dari mata kita bisa melihat, membaca, dan mengamati. Sumbernya, bisa realitas yang tampak, buku, berbagai tulisan, serta fakta dan data. Dan dengan hati kita dapat merasakan, memahami, menimbang, dan menentukan sikap dan pilihan. Acuannya jelas, kebaikan berdasarkan nilai-nilai Islam.
Pertanyaannya, selama kurang lebih 4 tahun ini kemana saja telinga, mata, dan hati kita tentang kondisi bangsa ini sehingga kita belum juga bisa menyatakan sikap dan menentukan siapa Capres yang kita pilih? Di sinilah letak keheranan saya itu.
Jika telinga, mata dan hati Anda merasa puas dengan kepemimpinan Jokowi selama ini, lanjutkan, pilih dia lagi! Jika telinga, mata, dan hati Anda memberi informasi bahwa bangsa ini semakin kacau, tidak berwibawa, penuh kebohongan, hentikan Jokowi, dan pilih Prabowo!
Begitu mudah, bukan? Kok masih blom punya pilihan, dan Anda kalah dengan sebagian emak-emak yang justru mantap menginginkan perubahan. Apakah Anda menunggu debat Sandiaga Uno dengan Ma'ruf Amin baru menentukan pilihan Capres? Apakah Anda menunggu Capres ideal menurut ajaran Islam? Kalau iya, izinkan saya tersenyum. Hmmm...
___
*Untuk yang berencana golput, saya mengingatkan, orang yang memiliki gangguan jiwa, kabarnya milih loh...jangan sampai kalah dengan mereka!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H