Kampus Mengajar Angkatan 2 merupakan salah satu bagian dari program Kampus Merdeka yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan pengabdian pada masyarakat khususnya pada bidang pendidian di tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah petama diseluruh Indonesia.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berbagai keilmuan/keahlian pada lingkungan yang termasuk kedalam 3T dan terdampak pandemi Covid-19.
Para mahasiswa akan menjadi partner guru dan sekolah untuk melaksanakan berbagai program kerja pembelajaran berbasis literasi, numerasi, dan teknologi selama satu semester yang sedang pemerintah gerakan demi kemajuan pendidikan di Indonesia. Selain membantu proses pembelajara, mahasiswa juga membantu administrasi sekolah seperti kurikulum, sarana prasarana, dan layanan khusus.
Selama satu semester ini, mahasiswa bernama Ely Nur (21) sedang mengabdi di SDN Jatiwarna III bersama teman-teman kelompoknya berjumlah 5 orang mahasiswa dari berbagai kampus yang berbeda. Kami bersama menjalankan berbagai program kerja untuk membantu proses pembelajaran baik secara daring maupun luring.Â
Berbagai program kerja yang kami lakukan antara lain membantu memberikan materi pembelajaran berbasis literasi, numerasi, dan teknologi kepada para siswa selama pembelajaran daring maupun luring, membuat media pembelajaran interaktif untuk siswa gunakan saat pembelajaran tatap muka terbatas disekolah, membantu guru dalam mengaplikasikan berbagai aplikasi belajar sebagai variasi didalam pembelajaran, membantu administrasi sekolah dengan membuatkan rpp untuk wali kelas, dll.
Dalam masa pengabdian ini, kami mendapatkan banyak pengalaman dan pembelajaran baru yang sangat berguna untuk bekal kami dimasa depan nanti. Kami belajar beradaptasi dengan sistem sekolah, belajar bersama para siswa didalam kelas, belajar mengenali situasi disekolah, dll. Dimana baik dari pihak guru maupun para siswa menerima kami dengan baik dan memberikan kami cerita baru yang kami dapatkan setiap harinya. Kami menjadi lebih kenal dan dekat dengan para guru dan siswa melalui berbagai program kerja yang kami laksanakan bersama.
Namun tidak dapat dihindari juga bahwa selama masa pengabdian ini kami memiliki beberapa tantangan kegiatan pembelajaran selama pandemi. Salah satunya ialah kami tidak dapat bertemu langsung dengan para siswa sejak awal masa pengabdian hingga dua bulan pertama. Kami hanya dapat berjumpa melalui platform Zoom dan WhatsApp Group untuk dapat berkomunikasi dengan para siswa. Para siswa dirumah akan mengerjakan tugas yang sudah diberikan melalui WAG dan dikumpulkan setiap hari Sabtu dimeja wali kelas masing-masing.Â
Dengan sistem pembelajaran seperti ini, para siswa akan merasa bosan dan tidak tertarik lagi dengan pembelajaran, oleh karena itu kami memberikan materi pembelajaran dalam bentuk lain seperti video pembelajaran atau komik digital dimana pada setiap bagian dari komik tersebut terdapat link yang akan terhubung pada materi pembelajaran dan kuis yang sudah kami persiapkan sesuai dengan materi yang sedang dibahas.
Tantangan lain yang kami hadapi yaitu saat awal penyelenggaraan pembelajaran tatap muka terbatas. Pada saat itu, banyak orang tua siswa yang merasa khawatir akan kesehatan putra putrinya. Orang tua merasa jika melakukan kegiatan ptmt tersebut akan menimbulkan kerumunan yang tidak diinginkan.Â
Namun dalam pelaksanaan program ptmt tersebut kami tidak menyelenggarakannya dalam jumlah yang besar, kami membagi para siswa untuk dibuatkan sesi ptmt dengan jumlah siswa persesinya maksimal 15 orang atau setengah dari jumlah siswa didalam kelas, ini akan sangat membantu orang tua siswa untuk mengizinkan putra putri mereka mengikuti kegiatan pembelajaran tatap muka terbatas.Â
Tata kelas dan meja pun kami sesuaikan dengan protokol kesehatan yaitu dengan memberikan jeda seling satu pada setiap mejanya supaya para siswa dapat saling memiliki jarak untuk mengurangi interasis antar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.Â
Para siswa yang menjalankan kegiatan ptmt ini diwajibkan memakai masker selama diluar rumah, mencuci tangan dengan air mengalir, dan memeriksa suhu tubuh sebelum masuk kedalam kelas. Pembelajaran ini hanya dilaksanakan selama dua jam tanpa waktu istirahat sehingga siswa hanya datang kesekolah untuk belajar setelah selesai pembelajaran maka mereka harus pulang dan kembali mengerjakan tugas sekolah dirumah.
Tantangan selanjutnya ialah kurangnya sarana prasarana yang mendukung kegiatan pembelajaran disekolah sehingga kami mengambil alternatif lain yaitu dengan mengadakan sesi pembelajaran prakarya menggunakan barang bekas dan penerapan model pembelajaran realistik supaya siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran dan siswa menjadi lebih aktif berpikir kreatif tentang media pembelajaran apa yang akan mereka gunakan selama proses pembelajaran berlangsung.
Semua tantangan ini tidak mudah untuk dilalui namun dengan kerja sama yang baik antar anggota kelompok kampus mengajar dan guru serta para siswa yang selalu mendukung dan memberikan respon positif membuat kami semakin semangat untuk meningkatkan kemampuan literasi numerasi dan teknologi pada sekolah ini sebagai tujuan awal kami bahwa pendidikan dimasa kini sedang mengembangkan proses pembelajaran berbasis pengalaman pribadi setiap siswa kedalam materi pembelajaran supaya para siswa dapat lebih memahami konsep pembelajaran untuk memecahkan masalah di dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H